Cegah Krisis Iklim ala Petani Madu Lanceng Gunungkidul
Tak sekedar memproduksi madu lanceng, Sugeng juga berupaya mencegah krisis iklim lewat gerakan menanam di rumah bersama 30 warga di Gunungkidul.
Tak sekedar memproduksi madu lanceng, Sugeng juga berupaya mencegah krisis iklim lewat gerakan menanam di rumah bersama 30 warga di Gunungkidul.
Cegah Krisis Iklim ala Petani Madu Lanceng Gunungkidul
Tak sekedar memproduksi madu lanceng, Sugeng juga berupaya mencegah krisis iklim lewat gerakan menanam di rumah bersama 30 warga di Gunungkidul.
Sugeng Apriyanto yang tinggal di Dusun Ngrandu, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, sehari-hari bertani madu lanceng.
Kesabarannya menunggu tetes-tetes nektar dari dalam perut lebah Trigona cukup membantu dapurnya terus hidup. Media kendil, yakni gerabah tanah liat serupa gentong kecil ia gunakan sebagai sarang sekaligus tempat produksi madu.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Apa saja yang terjadi di Gunungkidul terkait kekeringan? Memasuki Bulan Agustus, beberapa daerah di Indonesia mulai dilanda kekeringan. Kondisi ini juga terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dikenal dengan daerah rawan kekeringan. Pemkab Gunungkidul menetapkan status siaga darurat kekeringan. Terlebih sebanyak 14 dari 18 kecamatan di sana mengalami kesulitan air bersih.
-
Siapa yang mengembangkan madu lanceng di Gunungkidul? Sabtu (2/3) siang, matahari tepat berada di atas kepala. Sugeng Apriyanto baru saja tiba di rumahnya yang juga tempat produksi madu lanceng di Dusun Ngrandu, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul.
-
Di mana kenaikan suhu global dapat menyebabkan meluasnya gurun pasir? Kenaikan suhu dapat menyebabkan gurun pasir meluas ke area yang sebelumnya subur. Ini mengurangi lahan yang tersedia untuk pertanian dan habitat alami, serta meningkatkan risiko kekeringan dan kelaparan.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Apa yang menjadi ciri khas bentang alam di wilayah selatan Kabupaten Gunungkidul? Wilayah selatan Gunungkidul merupakan bagian dari Gunungsewu Geopark yang telah diakui oleh UNESCO. Wilayah ini identik dengan bukit-bukit kecil yang jumlahnya sangat banyak.
Dalam mengelola madu lanceng, Sugeng tak sendiri. Ia dibantu 30 warga yang tergabung ke dalam Kelompok Tani Hutan Madu Sari (KTH). Dari kegiatan ini, perputaran ekonomi bisa turut dirasakan oleh warga hingga kawasan itu dikenal sebagai desa wisata madu lanceng.
Sabtu (2/3), jadi hari yang cukup sibuk bagi Sugeng. Sejak pagi, ia sudah berkeliling desa mencari homestay untuk wisatawan yang ingin berkunjung beberapa hari ke depan. Rumah produksi madu miliknya memang menjadi tempat belajar budidaya madu lanceng. Tak sedikit mahasiswa, akademisi, peneliti sampai peminat madu datang dari berbagai daerah termasuk luar negeri untuk mengetahui proses produksinya.
Sugeng selalu menyempatkan diri untuk mengecek hasil madu lanceng di hari itu. Di dalam kendil-kendil sudah terbangun sarang lebah, untuk menampung cairan madu lanceng.
“Saya hanya merawat dan sebisa mungkin menghindarinya dari semut atau kemonggo (laba-laba) karena mereka predatornya. Pas dicek juga, jangan sampai debu masuk supaya tetap steril,” kata Sugeng saat ditemui Merdeka.com.
Madu Lanceng dan Upaya Mencegah Krisis Iklim
Di samping budidaya madu lanceng, pria 55 tahun ini juga memiliki mimpi untuk mencegah krisis iklim yang mengancam kehidupan manusia.
Kabarnya jika lebah punah, maka kehidupan manusia juga akan berakhir dalam empat tahun ke depan.
“Karena kalau itu sampai lebah itu punah, ini sudah pertanda kiamat dalam empat tahun ke depan. Itu ada ilmu pengetahuannya, karena lebah membantu penyerbukan berbagai tumbuhan yang menjadi makanan pokok di bumi,” kata Sugeng
Dari keyakinan ini, Sugeng kemudian bergerilya bersama KTH dan Ikatan Lebah Madu Indonesia (ILMI) Yogyakarta untuk membuat kampanye dalam mengenalkan gerakan menanam pakan lebah atau Gertakanlah.
“Ketika lebah ini nggak ada, dalam empat tahun ini udah punah makanan apapun. Buahnya ya tidak berbuah, karena tidak ada penyerbukan. Lebah jadi tidak memiliki rumah dan kesulitan bertahan hidup,” kata dia.
Lebah sendiri biasanya hidup di berbagai jenis pohon dan tanaman, maka upaya perusakan lahan hutan dengan sengaja dapat memusnahkan rumah lebah.
- Melihat Kehidupan Warga di Dusun Semen Magelang, Bergantung pada Pertanian Gula Semut
- Evakuasi Ular di Rumah Warga, Aksi Cekatan Petugas Damkar Ini Tuai Pujian
- Kisah Sugeng Kembangkan Madu Emas dari Gunungkidul
- Kisah Para Perajin Payung Lukis Juwiring Klaten, Tak Henti Berkreasi di Tengah Krisis Regenerasi
Dari Budidaya Lebah, Tumbuhan Bermekaran
Betapa pentingnya peran lebah untuk kehidupan, membuat Sugeng merangkul masyarakat sekitar untuk menanam berbagai jenis tanaman dan bunga. Setelah mereka mengikuti jejaknya membudidaya madu lanceng, warga mulai sadar untuk menghijaukan teras sampai halaman belakang.
Semakin banyak tanaman dan pepohonan, maka populasi lebah bisa terus bertambah. Ini tentunya baik bagi siklus kehidupan manusia, karena ketersediaan oksigen terjaga dan ketersediaan bahan pangan di alam tidak berkurang akibat kurangnya penyerbukan lebah.
“Secara tidak langsung akan tercipta gerakan penghijauan dan ini sudah jalan. Jadi warga kan otomatis menanam tanaman seperti pohon kelapa, pohon kaliandra, pohon talok (kersen), pohon palem, angsana sebagai rumah dan makanan lebah,” ucapnya.
Dalam budidaya madu lanceng ini, Sugeng dibantu oleh program-program BRI. Sejak 2020 Sugeng tergabung sebagai nasabah, dan meminjam KUR dari BRI sebesar Rp100 juta untuk membantu operasional produksi madu.
Sugeng juga mendapatkan bantuan mesin pencetak propolis yang merupakan bantuan CSR dari BRI. Mesin itu amat membantu Sugeng untuk berinovasi dengan hasil Trigona yang tak hanya madu.
Sesuai dengan Visi Misi BRI
BRI turut melihat jerih payah Sugeng, termasuk inisiatifnya dalam mencegah krisis iklim. Hal ini sejalan dengan visi misi BRI, yang juga menaruh perhatian penuh terhadap lingkungan melalui program BRI Menanam.
“Kami melihatnya misi visinya Pak Sugeng itu bagus, artinya dia tidak hanya sekadar berpusat di sektor ekonomi, tapi dia juga terpikir dengan pelestarian lingkungan sekitar. Ini sesuai dengan visi misi kami, yang salah satunya melalui program BRI Menanam,” kata Kepala BRI Unit Nglipar, Ari Wibowo, kepada Merdeka.com.
BRI Siap Support Gerakan UMKM yang Berfokus di Pelestarian Lingkungan
Sebagai perbankan yang dekat dengan masyarakat, BRI terus berupaya menjawab permasalahan UMKM yang memiliki keinginan untuk maju dan berkembang.
Sugeng, menjadi salah satu yang menjadi prioritas lantaran membawa visi misi yang sejalah dengan BRI seperti kegiatan penghijauan yang ia lakukan.
“Kami memandang bahwasanya ini memang bagus, artinya BRI bisa mensupport ketika nanti terdapat program demikian dari UMKM. Selama ini, kami kan juga ada yang namanya tanam pohon yakni BRI Menanam yang memberikan bibit-bibit pohon ke binaan kami,”katanya
BRI selalu berkomitmen untuk membantu geliat perekonomian di desa, melalui bantuan pinjaman berbunga ringan kepada UMKM. Dari sini, diharapkan masyarakat yang memiliki usaha namun terkendala modal bisa terbantu untuk berinovasi dan meningkatkan inovasi di bisnisnya.
“Harapan kami nanti ada 70% penduduk desa di Nglipar bisa memiliki mata pencaharian di UMKM. Mereka pun tidak perlu merantau, sehingga desa menjadi lebih mandiri mandiri dan tidak bergantung terhadap pemerintah,” tambah Ari
BRI membantu gelia UMKM madu lanceng di Gunungkidul