Desa di Wonosobo Ini Disebut Sebagai Tempat Kelahiran Sultan Jogja, Ini Kisahnya
Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, ada sebuah desa yang dipercaya sebagai tempat lahir salah satu Raja Keraton Yogyakarta. Tak hanya itu, desa itu memiliki banyak petilasan dan adat budaya di sana masih dijaga dengan baik.
Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, ada sebuah desa yang dikenal memiliki banyak petilasan dan juga adat budaya masyarakat yang masih dijaga dengan baik. Namanya Desa Pagerejo.
Tak hanya itu, banyak masyarakat percaya bahwa desa itu menjadi tempat di mana salah satu Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono II, dilahirkan.
“Saya berkenalan dengan desa ini pada tahun 2019, tepatnya saat riset Festival Sundoro-Sumbing. Saat itu saya menemukan banyak hal menarik, salah satunya saat pembacaan silsilah desa bahwa desa itu sangat erat dengan Keraton Yogyakarta terutama tahun 1700-an. Dalam silsilah itu tertulis nama Raden Mas Sundoro, yang tak lain merupakan nama kecil dari Sri Sultan Hamengkubuwono II,” kata Erwin Abdilah, seorang peneliti Dewan Riset Daerah Wonosobo, dikutip dari kanal YouTube Official Wonosobo WEB TV.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu apa bukti lain kalau desa itu merupakan tempat lahir dari Raja Yogyakarta pada masanya itu? berikut selengkapnya:
Tempat Lahir Sri Sultan Hamengkubuwono II
©YouTube/Official Wonosobo WEB TV
Berdasarkan situs resmi Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono II lahir di lereng Gunung Sindoro pada 7 Maret 1950. Ia diberi nama kecil Raden Mas Sundoro. Masa kecilnya dilalui bersama ibunya, Kanjeng Ratu Kadipaten, di wilayah pengungsian akibat situasi perang melawan VOC. Situasi tersebut kelak membentuk karakter keras Raden Mas Sundoro.
Dalam keterangan ini, tidak disebutkan secara lebih rinci desa mana tempat ia dilahirkan. Akhirnya banyak anggapan masyarakat yang tertuju pada Desa Pagerejo, Kertek, Wonosobo, yang berada di sisi selatan lereng Gunung Sindoro.
Sejarah Desa Pagerejo
©YouTube/Official Wonosobo WEB TV
Berdasarkan silsilah yang dibacakan sesepuh desa, tokoh yang membuka Dusun Pagerotan, Desa Pagerejo, dan berjasa melindungi warga dari serangan penjajah Belanda adalah Sunan Puger, kakek dari Raden Mas Sundoro. Sementara itu, nama Desa Pagerejo sendiri dulunya bernama Desa Dawuhan.
Namanya kemudian diubah menjadi Desa Pagerejo pada tahun 1922. Erwin mengatakan, saat itu Belanda menetapkan sebuah peraturan di mana para kepala desa harus bisa menulis huruf latin. Padahal waktu itu para kepala desa rata-rata hanya bisa menulis aksara Jawa dan aksara Arab-Melayu.
Medan Pertempuran
©YouTube/Official Wonosobo WEB TV
Para leluhur desa percaya bahwa dulunya Desa Pagerejo merupakan medan pertempuran para pejuang melawan Belanda. Hal ini dibuktikan dari nama-nama toponim tempat di sekitar Pagerejo seperti Dusun Dawuhan yang diyakini sebagai tempat berunding para pejuang, Dusun Tempuran yang diyakini sebagai tempat bertempur melawan penjajah, Bukit Pranggong yang dulunya menjadi lokasi sebuah perang besar, dan Surodilogo yang secara harfiah memiliki arti “berani perang”.
“Saya juga menemukan satu fakta menarik bahwa warga desa masih memperingati satu peristiwa besar tentang Sunan Puger, bahkan ada satu tempat yang diyakini sebagai makam Sunan Puger, di tempat itulah warga menggelar Ruwat Sikramat. Sikramat diyakini sebagai tempat perundingan untuk perang melawan penjajah Belanda,” ungkap Erwin.
Peninggalan di Desa Pagerejo
©YouTube/Official Wonosobo WEB TV
Samsul Mudasim, tokoh pemuda Desa Pagerejo, menyebutkan ada banyak peninggalan bersejarah di Desa Pagerejo di antaranya petilasan pohon beringin besar bernama Kyai Sodo Lanang dengan batu berukir tulisan kuno di bawahnya, Meriam Sitomi yang dipendam, Petilasan Mbah Bondan Kejawan, dan Petilasan Mbah Makukuhan.
“Selain itu juga ada peninggalan keris diduga milik Sunan Puger yang sampai sekarang masih terjaga di Museum Masjid Agung Jawa Tengah. Ada juga dokumen berupa foto tentang tradisi sadranan. Ada juga peninggalan berupa kesenian seperti tari lengger, tari kuda kepang, dan juga wayang,” kata Samsul dikutip dari kanal YouTube Samsul.
Hipotesis yang Masih Harus Diuji
©YouTube/Official Wonosobo WEB TV
Erwin mengatakan, berdasarkan penelitian yang ia lakukan, masih banyak peninggalan lain yang ditemukan di Desa Pagerejo. Walau begitu, ia mengakui kalau hipotesis yang mengatakan desa itu sebagai tempat kelahiran Sri Sultan Hamengkubuwono II masih harus terus diuji kebenarannya.
“Namun dari silsilah yang warga ceritakan secara turun-temurun banyak sekali data atau informasi penting terkait era itu. Bahkan dari trah Hamengkubuwono II juga menghubungi kami untuk menguji kebenaran itu. Karena literatur Keraton Yogyakarta sendiri mengatakan, bahwa ia lahir di lereng Gunung Sindoro, sehingga beliau bernama Raden Mas Sundoro,” pungkas Erwin.