Inspiratif, Begini Kisah Para Lansia di Jateng Tetap Semangat Tunaikan Ibadah Haji
Di antara mereka, ada seorang nenek berusia 99 tahun yang terlihat semangat untuk menunaikan ibadah haji
Di antara mereka, ada seorang nenek berusia 99 tahun yang terlihat semangat untuk menunaikan ibadah haji
Inspiratif, Begini Kisah Para Lansia di Jateng Tetap Semangat Tunaikan Ibadah Haji
Sebelum diberangkatkan menuju tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, sejumlah jemaah haji asal Provinsi Jawa Tengah diinapkan terlebih dahulu di Asrama Haji Donohudan.
Di sama mereka saling berbagi cerita bagaimana hingga akhirnya bisa menunaikan haji setelah masa penantian bertahun-tahun.
-
Kenapa Nakata berangkat haji? Saya menggantikan ibu saya. Saya berangkat sendiri menggantikan bapak yang sudah berangkat haji sebelumnya
-
Kapan Nakata berangkat haji? Nakata Firdaus usianya masih 18 tahun. Ia merupakan jemaah haji termuda asal Solo.
-
Kapan Hasjim Ning lahir? Lahir pada 22 Agustus 1916, Hasjim memang dikenal sebagai pengusaha dengan julukan Raja Mobil Indonesia.
-
Apa itu haji? Haji sendiri merupakan salah satu rukun Islam yang bisa ditunaikan. Haji merupakan ibadah yang ditunaikan setelah syahadat, salat, zakat, dan puasa. Namun dalam syariatnya, menunaikan ibadah Haji dapat dilakukan apabila seorang muslim mampu melaksanakannya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Di antara mereka ada Nenek Ngatemi. Ia baru bisa menunaikan ibadah haji saat ia menginjak usia 99 tahun. Nenek Ngatemi berangkat haji didampingi oleh putri dan menantunya. Saat berada di Asrama Donohudan Boyolali, ia tampak bergembira dan bersemangat jelang waktu keberangkatan.
Wanita yang lahir tahun 1925 itu dulunya bekerja sebagai buruh tani dan berjualan beras. Dari penghasilannya itu Ngatemi menabung sedikit demi sedikit untuk berhaji.
Menurut petugas kesehatan pendamping haji daerah kloter 73, nenek Ngatemi saat ini dalam kondisi sehat dan tidak memiliki keluhan penyakit apapun. Meski tampak sehat dan bersemangat, dalam berhaji nenek Ngatemi menggunakan alat bantu berjalan seperti tongkat dan kursi roda yang sudah disiapkan oleh pihak keluarga.
“Beliau menggunakan pendampingan dengan kursi roda, dan juga ada pendampingan dari pihak keluarga. Alhamdulillah beliau kondisinya sehat dan saat ini tidak ada keluhan apapun,” ungkap dr. Laily Handayani, petugas kesehatan pendamping haji kloter 73, dikutip dari Liputan6.com pada Jumat (7/6).
Selama menunaikan ibadah haji, Nenek Ngatemi akan mendapat perhatian dan prioritas khusus dari petugas haji bersama 90 jemaah lainnya dari 360 jemaah calon haji yang masuk kategori risiko tinggi di kloter 73.
Rela Jual Sawah Demi Naik Haji
Masih dari Boyolali, Hadi Ngajiran (70) dan Tohatin (68), sehari-hari bekerja sebagai petani padi. Mereka bersuka cita karena tahun ini mereka bisa pergi haji, suatu hal yang mereka impikan selama puluhan tahun silam.
Hadi dan Atin mendaftar haji pada tahun 2012 lalu. Untuk memenuhi keinginan itu, mereka terpaksa menjual sawah yang digunakan untuk biaya pendaftaran haji sebesar Rp55 juta.
Sementara untuk menutup biaya kekurangan haji, mereka menyisihkan uang dari hasil panen padi sebesar Rp1-2 juta setiap kali panen.
“Sekarang sudah cukup. Dari hasil panen saja, nggak punya apa-apa. Padahal hasil panen juga tidak menentu,” kata Hadi dikutip dari YouTube Liputan6.
Hasil panen yang tidak menentu setiap musim juga membuat mereka tidak bisa menabung secara rutin. Namun berkat ketekunan dan jerih payahnya selama 12 tahun terakhir akhirnya mereka bisa berangkat haji.
Meski hari keberangkatan sudah dekat, Hadi dan Atin tetap beraktivitas di sawah untuk merawat padi milik mereka. Aktivitas ini dilakukan juga sebagai olahraga agar fisik tetap sehat selama beribadah haji di tanah suci.