Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah
Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.
Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.
Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah
Kepekaan pendengaran menjadi modal utama Apih Uta untuk melestarikan rebab. Ia tak ingin alat musik gesek ini punah. Kecintaannya membawa Apih Uta mementaskannya dari satu tempat ke tempat lain walau memiliki keterbatasan pengelihatan.
Sosok Apih Uta bersahaja. Ia asyik bercerita panjang lebar tentang alat musik nenek moyang ini. Keindahan nada rebab membuatnya jatuh cinta dan terus memainkannya.
-
Apa makna merpati dalam tradisi Sunda? Dalam unggahan di laman napak jagat pasundan disebutkan bahwa burung merpati memiliki makna khusus bagi orang Sunda. Ia digambarkan sebagai hewan yang penuh cinta dan menjunjung tinggi rasa setia. Dalam mitologi Yunani kuno, burung merpati adalah hewan yang selalu setia dengan pasangannya. Merpati juga digambarkan sebagai burung putih kecil bernama Aphrodite, atau dewi cinta yang terbang dengan tenang.
-
Apa itu kecapi buhun Baduy? Kecapi buhun merupakan alat musik tradisional khas warga adat Baduy. Instrumen ini dikenal sakral karena dibuat melalui iringan ritual.
-
Kenapa Oo Supardi membuat Terompet Sunda? Bermula dari ingin memiliki terompet Pembuatan terompet sudah Oo lakukan sejak 2003 silam. Sebelum itu, Oo ingin memiliki terompet, namun tidak terbeli.
-
Mengapa Lempah Kuning penting? Lempah Kuning juga sebagai simbol akulturasi orang laut dan orang darat sekaligus kearifan lokal dalam melestarikan lingkungan.
-
Bagaimana Oo Supardi membuat Terompet Sunda? “Awalnya ini nggak kebeli, terus saya cari kayu ke hutan. Saya perhatiin itu tukang terompet, lalu saya ukur-ukur kayunya pakai tangan karena nggak ada meteran,“ kata Oo, seraya mengenang awal proses merintis usahanya, mengutip YouTube SCTV Banten, Jumat (4/8).
-
Apa itu empet-empetan Sunda? Empet-empetan biasa dimainkan anak-anak para petani di tatar Sunda. Biasanya mereka memainkan ini saat ikut kedua orang tua memanen di lahan persawahan.
Menurut Apih Uta, rebab berbeda dengan gitar. Ia hapal betul dengan karakteristiknya yang memiliki senar, juga dimainkan secara gesek. Alat musik ini juga mudah ditenteng, karena ukurannya yang tak sebesar alat musik petik lainnya.
Dalam kanal Youtube Restu Reynaldi, Apih Uta berbagi kisah tentang rebab yang melegenda di tanah Sunda.
“Kalau gitar mah dipetik, kalau ini beda. Ini digesek, dengan jumlah senar yang hanya dua. Cara memainkannya juga hanya disimpan di bawah saja, berbeda dengan biola yang juga digesek namun harus ditaruh di Pundak,” katanya.
Mengalun Nada Indah
Dari alat musik ini, mengalun nada-nada indah dari gesekan tangan luwesnya. Apih Uta selalu memainkan rebab dengan perasaan. Ia sadar, modalnya hanya hati dan pendengaran.
Ini yang membuat permainan rebabnya selalu indah didengarkan. Ini juga menekan bahwa hati dan pendengaran lebih mampu mengontrol nada, dibanding pengelihatan.
“Memainkannya juga bisa nyorog (agak menukik ke bawah untuk menggesek senarnya),” tambah Apih uta.
Pandai Memainkan Rebab Sejak Usia 15 Tahun
Dalam laman Napak Jagat Pasundan, terungkap jika Apih Uta sudah puluhan tahun berkecimpung di kesenian ini. Bahkan, ia sudah mulai menggunakannya secara mahir sejak 15 tahun.
Pria asal Kecamatan Purwadadi itu juga sudah kesohor sebagai pemain rebab. Hajatan demi hajatan ia sambangi untuk mentas. Panggilan untuk meramaikan acara juga sering ia terima. Namun itu dulu.
“Kalau dulu, kesenian-kesenian itu kan dekat ya,” terang Uta
Terpaksa Ngamen Karena Pandemi Covid-19
Saat muncul wabah Covid-19 beberapa tahun ke belakang, geliatnya di dunia rebab kian terasa berkurang.
Pasalnya selama ini, ia hanya mengandalkan hajatan maupun acara kebudayaan untuk mencari nafkah. Apih Uta akan mendapat uang saat ada panggilan pentas.
Setelah pandemi mereda, nasibnya tak kunjung berubah. Bahkan, ia terpaksa harus mengamen di pelataran Pasar Purwadadi Purwakarta.
Jadi Maestro yang Harus Diperhatikan Pemerintah
Kiranya kehidupan seniman perlu campur tangan pemerintah, terutama untuk kemudahan pementasan dan saat terdampak pandemi Covid-19. Ini untuk menghindari seniman-seniman yang mengharumkan nama daerah harus kesulitan menanggung hidup, seperti Apih Uta.
Sampai saat ini, Apih Uta masih setia dengan rebabnya. Bahkan ia juga mampu memainkan alat musik kecapi yang juga legendaris.
Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.