Kawasan Hutan Jati Terpencil di Semarang Ini Dulunya Tempat Pembantaian Anggota PKI, Cerita Saksi Hidup Bikin Merinding
Saat peristiwa pembantaian para anggota PKI yang terjadi pada kurun waktu tahun 1965-1967, Pak Darmadi masih duduk di kelas 4 SD. Namun ingatannya masih tajam.
Saat peristiwa pembantaian para anggota PKI yang terjadi pada kurun waktu tahun 1965-1967, Pak Darmadi masih duduk di kelas 4 SD. Namun ingatannya masih tajam bagaimana peristiwa itu terjadi.
Bersama dengan tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, ia mengunjungi tempat yang dulunya diduga menjadi tempat pembantaian massal. Lokasi itu tak jauh dari rumahnya.
-
Siapa yang memimpin sidang PPKI? Sidang bersejarah itu dipimpin oleh Soekarno.
-
Siapa yang menyelamatkan para tawanan dari PKI? Mereka menyelamatkan para tawanan yang hendak dieksekusi para anggota PKI.
-
Bagaimana TNI AU mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara. Mereka terbang rendah kemudian menjatuhkan bom di komplek kantor kabupaten. Misi itu sukses.
-
Siapa yang ditahan oleh KPK? Eks Hakim Agung Gazalba Saleh resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (30/11/2023).
-
Di mana penganiayaan terhadap anggota KKB terjadi? Di Puncak Jaya, khususnya di daerah Ilaga, Gome, dimana TKP itu terjadi (penyiksaan). Kita akan usut tuntas masalah ini. Apapun yang terjadi disana akan menjadi bahan untuk proses hukum nanti,” kata Izak saat jumpa pers di Jakarta, Senin (25/4).
-
Apa yang membuat tokoh PKI kebal peluru? Ada sejumlah tokoh PKI ternyata tak mempan ditembak. Mereka punya ilmu kebal peluru.
Ia masih ingat bagaimana suara berondongan tembakan para eksekutor terdengar dari rumahnya. Saat itu, ia dan banyak penduduk lainnya tidak berani keluar rumah. Suasananya begitu mencekam.
“Peristiwanya terjadi sekitar pukul 9-11 malam. Waktu itu tak ada satupun penduduk yang keluar rumah,” kata warga yang tinggal di Dusun Sombron, Desa Tlompakan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang itu.
Berikut selengkapnya:
Makam Tokoh Desa
Sehari-hari, Pak Darmadi berprofesi sebagai penyadap karet. Namun saat ditemui kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, ia bersedia meluangkan waktu untuk menunjukkan tempat yang merupakan lokasi pemakaman massal para korban PKI.
Pak Darmadi lantas menunjukkan sebuah jalan setapak yang berada di bawah tiang sutet. Jalan setapak itu melintas di tengah ilalang dengan cuaca siang yang begitu terik.
Pak Darmadi berjalan perlahan dengan mengenakan sepatu boots. Di tengah ilalang itu terdapat sebuah makam dengan dua nisan kecil. Di sanalah dikubur seorang tokoh PKI bernama Mbah Harjo Hadi.
Sosok Sakti Mandraguna
Semasa hidupnya, Mbah Harjo Hadi merupakan Kepala Desa Kopeng. Dia dikenal sosok yang sakti mandraguna. Pak Darmadi bercerita, waktu ditembak para eksekutor, Mbah Harjo Hadi tak langsung mati. Hingga kemudian jaket yang dikenakan di tubuhnya dilepas sehingga saat ditembak ia langsung mati di tempat.
Hingga kini, beberapa kerabat dari Mbah Harjo Hadi masih sering mengunjungi makam itu. Pada awalnya tak ada yang tahu di mana makam lurah Kopeng itu. Namun setelah melalui proses tirakat, barulah sanak saudara tahu di mana letak salah satu anggota mereka dikuburkan.
Kuburan Massal Anggota PKI
Setelah beranjak dari makam Mbah Harjo Hadi, penelusuran dilanjutkan. Sekali lagi Pak Darmadi menunjukkan sebuah makam kecil serupa dengan milik Mbah Harjo Hadi. Pak Darmadi mengatakan di sanalah letak kuburan massal para anggota PKI yang dieksekusi.
Menurutnya, di makam yang berada tepat di bawah sutet tegangan tinggi itu terdapat puluhan jasad korban anggota PKI. Dulunya tempat itu merupakan perkebunan karet. Namun sejak dibangunnya jalur listrik itu, pohon karet pada ditebang dan kini berganti menjadi kebun ilalang.
“Semoga mereka yang dibunuh di sini mendapat imbalan dari Allah SWT. Mendapat surga. Belum tentu mereka itu berdosa atau bersalah,” pungkas Pak Darmadi dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.