Keunikan Tari Soreng Magelang, Citra Diri Masyarakat Lereng Merbabu
Kesenian tradisional Tari Soreng lahir dari balik kabut gunung. Tari Soreng merupakan jati diri masyarakat Lereng Merbabu. Memuja keperkasaan alam yang masyarakatnya didominasi sebagai petani.
Kompak gerakan para penari ini berjajar rapi. Bak tentara yang hendak berperang saat baris-berbaris. Terkesan serius, raut wajah mereka memiliki aura garang yang fokus menghadap ke depan. Inilah tari soreng khas Magelang yang berkembang di lereng Gunung Merbabu. Salah satunya di Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Gerak tari Soreng begitu khas, melambangkan visualisasi kekuatan para petani saat di ladang. Para penari penuh ekspresi dan energi, memposisikan diri sebagai petarung masyarakat gunung dalam menghadapi tantangan alam. Gerakan kaki dan tangannya melambangkan kegigihan mereka mengolah pertanian aneka sayuran di kawasan lereng-lereng gunung.
-
Kapan tari tradisional mulai berkembang? Jenis tari tradisional telah berkembang dari masa ke masa yang telah melewati waktu cukup lama di suatu daerah, adat, atau etnik.
-
Bagaimana cara melestarikan tari tradisional di Indonesia? Mendidik dan melatih generasi muda untuk mempelajari dan menguasai tari tradisional dari daerah asalnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, sanggar tari, komunitas tari, atau media daring.
-
Di mana Tari Tradisional dapat dipentaskan? Mendukung dan mengapresiasi pertunjukan tari tradisional yang diselenggarakan di tempat terbuka, panggung, pura, atau tempat lainnya.
-
Apa yang menjadi simbol kebangsawanan dan kecantikan dalam tradisi Telingaan Aruu? Telingaan Aruu sendiri adalah memanjangkan daun telinga yang sudah menjadi identitas kebangsawanan seorang pria dan simbol kebangsawanan serta kecantikan bagi para perempuan Suku Dayak. Menurut mereka, semakin panjang daun telinga, maka dianggap cantik pula wanita tersebut.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Bagaimana cara nelayan merayakan tradisi Larung Kepala Kerbau? Pesta Bersenang-senang Saat Larung Kepala Kerbau atau Tradisi Lomban digelar, baik itu masyarakat biasa atau nelayan turut tumpah ruah dalam kegembiraan dan menghabiskan waktu bersenang-senang di laut. Selain itu, ada juga lomba menangkap bebek dan angsa yang dilepaskan ke tengah laut. Kemudian ada lomba mengambil barang yang dilempar dari perahu.
Tari Soreng merupakan warisan dari nenek moyang yang hidup dan berkembang diantara Lereng Gunung Merbabu juga Lereng Gunung Andong.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Lahirnya kesenian ini sudah ada sejak tahun 1960. Seperti dalam gerakannya, Tari Soreng menceritakan keprajuritan Kadipaten Jipang Panulan. Dipimpin oleh seorang Adipati bernama Arya Penangsang dan Patih Ronggo Metahun beserta para prajuritnya.
Para prajurit sedang melakukan gladi perang di alun-alun untuk melawan Brawijaya. Berperang untuk merebut tahta di Kerajaan Demak. Kelompok-kelompok tari prajurit tinggal di Gunung Merbabu, dan Gunung Andong. Seiring perjalanannya, hingga kini Tari Soreng sering ditampilkan pada saat upacara atau ritual tradisi yang ada di mayarakat setempat.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Tari Soreng pernah mendapatkan rekor MURI dalam ajang 10 ribu penari Soreng. Kemeriahannya terlihat dalam pagelaran ini. Secara kompak bersama membawakan tarian khas daerah mereka.
Tari Soreng mengandung makna tersendiri untuk masyarakat Kabupaten Magelang. Tari Soreng sering ditampilkan pada saat upacara atau ritual tradisi yang ada di masyarakat, termasuk pada acara ritual Nyadran Kali.
Pada saat tradisi, Tari Soreng dilakukan sebanyak tiga kali dan pada tiga tempat yang berbeda, tentunya setiap pementasan memiliki peran dan makna yang berbeda pula.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Mulanya tari Soreng bernama Tari Prajuritan. Oleh warga kemudian dilengkapi dengan peran penari tokoh cerita dari Kadipaten Jipang Panulan. Beserta prajuritnya seperti Soreng Rono, Soreng Pati, Soreng Rungkut, Patih Ronggo Metahun dan pekatik. Sehingga kesenian ini kemudian dinamakan Soreng.
Penambahan peran penari tokoh, tata rias busana maupun iringan musik. Menjadikan kesenian Tari Soreng sebuah tontonan lebih menarik dan atraktif sehingga sangat digemari oleh masyarakat.
Siapa sangka, kesenian tradisional ini mampu menjadi bagian dari daftar kebudayaan di Indonesia. Pementasannya bahkan hingga ke mancanegara.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Tari soreng diiringi dengan lantunan irama musik gamelan yang bernada semangat. Gamelan, bende, kendang dan truntung berpadu melahirkan irama pembangkit semangat.
Kostum Tari Soreng didominasi warna merah dan hitam. Baju kebaya berlengan pendek, kain batik panjang dan selendang. Tak lupa penutup kepala dari kain batik menjadi pelengkap aksesorinya.
Lereng Gunung Merbabu terkenal dengan tanahnya yang subur. Di sanalah secara turun temurun mereka setia melestarikan sebuah tradisi luhur yakni tari keprajuritan bernama Tari Soreng.
(mdk/Ibr)