Manfaatkan Tembok Toko Sebagai Wadah Kreasi, Begini Kisah di Balik Terciptanya Mural Solo
Berbagai gambar mural yang terlukis di tembok-tembok toko itu merupakan inisiasi dari Choirul Hidayat, seorang perupa asal Solo.
Emperan toko di sepanjang Jalan Gatot Subroto, Kota Solo, dalam beberapa tahun terakhir tak hanya menjadi pusat perekonomian. Kawasan itu menjelma menjadi sebuah wadah kreasi bagi anak-anak muda.
Tembok-tembok toko di sepanjang jalan yang berada di pusat Kota Solo itu dipenuhi oleh berbagai lukisan mural. Ada yang menggambar tokoh mulai dari Didi Kempot hingga Presiden Jokowi, ada pula yang menggambar tokoh pewayangan.
-
Mengapa Sosis Solo dibuat? Dalam versi lain dikatakan bahwa Sosis Solo dibuat karena masyarakat ingin mencoba makanan kesukaan para Meneer dan Noni Belanda, namun dengan citra rasa pribumi.
-
Kapan Jalan Tol Jogja-Solo dibuka untuk umum? Mulai 22 Desember 2023, tol fungsional Jogja-Solo mulai dibuka untuk umum.
-
Apa itu Selat Solo? Selat Solo menjadi salah satu kuliner yang bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke Kota Surakarta, Jawa Tengah.
-
Apa yang terbakar di Solo? Pada Selasa (3/10), terjadi kebakaran di sebuah gudang rongsok yang terletak di Kampung Joyosudiran, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
-
Apa yang digambarkan di mural makam kuno tersebut? Adegan-adegan kehidupan selama Dinasti Tang menghiasi dinding makam, pintu, koridor, dan platform tempat peti mati ditempatkan. Langit-langit kubah ruang tersebut dilukis dengan gambar yang mungkin merupakan naga dan burung phoenix. Penjaga makam Beberapa sosok yang dilukis di dekat pintu mewakili "penjaga pintu" atau penjaga makam; mereka mengenakan jubah kuning dan beberapa memiliki pedang di pinggang mereka, kata Xinhua.
Berbagai gambar mural yang terlukis di tembok-tembok toko itu merupakan inisiasi dari Choirul Hidayat, seorang perupa asal Solo.
Lalu seperti apa latar belakang dari terciptanya karya-karya itu? berikut selengkapnya:
Inklusivitas Seni Mural
Terkait dengan terciptanya karya-karya mural itu, Choirul mengatakan bahwa sejak awal ia ingin mendudukkan seni mural itu sebagai seni publik.
Selama ini ia melihat banyak karya seni mural yang hanya merupakan ekspresi personal dari para muralis. Ia pun mengajak para seniman mural untuk menjadikan kawasan pertokoan di Jalan Gatot Subroto sebagai wadah berkreasi.
Tak hanya para seniman, Choirul juga mengajak elemen lain untuk ikut berkolaborasi yaitu para pemilik toko di sepanjang Jalan Gatot Subroto serta Pemerintah Kota Solo.
- Tokoh Masyarakat Jebres Dukung Sekar Tandjung di Pilkada Solo 2024
- Cara Mudah Rebus Telur Agar Gampang Dikupas dan Hasilnya Mulus, Cuma Pakai 2 Bahan Dapur
- Seniman Mural Ini Diminta Menggambar Peti Anak yang Meninggal Dunia, Potret Lukisannya Bikin Haru
- Pengrajin Mural ini Dapat Job Lukis Peti Mati Anak Kecil, Gambarnya Ceria Tapi Bermakna Mendalam
“Dari hasil kolaborasi ini akhirnya kami membuat karya seni yang tak hanya mengangkat isu publik, tapi juga ada kaitannya dengan toko-toko terkait. Juga tema-tema lokal yang diharapkan Pemkot, yaitu memunculkan citra Kota Solo yang kuat,” kata ungkap Choirul dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Sebuah Hubungan Timbal Balik
Beberapa pemilik toko di Jalan Gatot Subroto merasakan dampak positif adanya mural-mural itu. Salah satunya adalah Djiaw Pieng Woe, salah satu pemilik toko jam di sana.
Para muralis menggambar tokoh seorang lelaki dengan kumis dan jenggot tebal serta rambutnya yang klimis. Tokoh itu tampak menyilangkan tangan dan mengenakan atasan lurik. Di atas tokoh pria rupawan itu, terdapat sebuah lingkaran arloji yang besarnya dua kali ukuran wajah si pria.
“Dia adalah Peter Henlein, orang Jerman. Ini ada nilai edukasinya, semua orang jadi tahu kalau yang pertama kali menemukan arloji ya ini (Peter Henlein). Banyak orang yang nggak tahu. Pengusaha jam aja nggak ngerti kok. Jadi ada timbal baliknya. Apalagi orang-orang bilang kalau mural ini paling bagus yang ada di sini,” kata Djiaw Pieng Woe.
Jadi Magnet Wisatawan
Keberadaan mural-mural ini menjadi magnet wisatawan. Manda, wisatawan dari Jakarta, datang jauh-jauh ke Solo untuk menyaksikan keberadaan mural itu. Menurutnya, hasil kara para muralis Solo itu harus mendapat apresiasi yang tinggi.
“Menurutku harusnya pemerintah bisa memberi ruang lebih bagi mereka untuk bisa mengeksplorasi kreatifitas mereka melalui gambar-gambar mural tersebut. Selain itu mural-mural ini mencerminkan kepribadian orang Solo yang halus, santun, dan rapih,” kata Manda.
Choirul mengakui, banyak warga dari luar daerah yang sengaja datang ke Jalan Gatot Subroto, Kota Solo untuk membuat konten di media sosial mereka. Menurutnya, konten-konten tersebut bisa melahirkan ruang ekonomi buat mereka sendiri.