Mengunjungi Mata Air Warisan Kolonial Belanda di Semarang, Diyakini Jadi Kediaman Ular Naga
Kini tempat itu sering digunakan warga untuk ritual maupun aktivitas kebatinan lainnya.
Kini tempat itu sering digunakan warga untuk ritual maupun aktivitas kebatinan lainnya.
Mengunjungi Mata Air Warisan Kolonial Belanda di Semarang, Diyakini Jadi Kediaman Ular Naga
Perkebunan kopi yang dibangun tahun 1886 ini adalah peninggalan Belanda.
Perkebunan ini berada tepat di tepian Rawa Pening. Di tengah kebun kopi itu ada sebuah mata air.
Dulunya mata air itu digunakan anak-anak kolonial untuk mandi dan mengairi perkebunan kopi di sana. Masyarakat setempat menamai mata air itu “Tuk Bong”.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
-
Kapan Ujung Kulon Janggan buka? Ujung Kulon Janggan dibuka mulai pukul 07.00 hingga 18.00.
-
Kenapa Tueng Dara Baro penting? Apabila upacara ini tidak dilaksanakan maka keluarga mempelai perempuan akan merasa kecil hati dan tidak diterima dalam lingkungan keluarga mempelai laki-laki.
-
Kapan Tuk Budoyo ramai dikunjungi? Biasanya mata air Tuk Budoyo akan ramai pengunjung pada malam satu suro.
-
Kapan Tangkuban Perahu buka? TWA Gunung Tangkuban Parahu, dibuka setiap hari. TWA Gunung Tangkuban Perahu buka mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, dengan jam terakhir masuk pukul 16.00.
-
Bagaimana penemuan makam kuno ini terungkap? Mereka pun lantas meminta bantuan organisasi Arkeologi AOC untuk menganalisinya lebih mendalam.
Tak hanya sebagai situs bersejarah, masyarakat setempat percaya bahwa Tuk Bong merupakan tempat kediaman sesosok ular naga.
Berikut selengkapnya:
Perjalanan menuju rumah tua peninggalan Belanda itu melewati tepian Rawa Pening. Dilansir dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, kopi di sana kualitasnya diakui dunia.
Beberapa rumah tua peninggalan Belanda masih tampak berdiri utuh. Tak jauh dari rumah-rumah inilah letak pemandian itu berada.
Tuk Bong tampak hanyalah sebuah kolam kecil berbentuk persegi. Airnya masih utuh. Namun masyarakat setempat punya cerita mistis sendiri mengenai tempat tersebut.
Mas Bagus, salah seorang warga Purworejo, mengaku sering melakukan kegiatan mencari ketenangan di tempat itu. Ia mengaku sering mendengar kejadian-kejadian tak masuk akal di Tuk Bong.
“Ada seperti penampakan, perasaan seperti orang berjalan, bahkan joglo ini bisa bergetar seperti ada gempa,” kata Mas Bagus dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
- Dukun di Rembang Ini Ternyata Pengedar Uang Palsu, Modusnya Terbongkar karena Ini
- Hasil Konseling, Santri Korban Pengeroyokan di Pekalongan ingin Pindah Sekolah
- Mengunjungi Kampung Brem Madiun, Jajanan Khas Sejak Zaman Kolonial Belanda
- Meriahnya Ritual Kebo-keboan Alas Malang, Wujud Kekuatan Budaya Banyuwangi
Mas Bagus mengatakan, Tuk Bong sering digunakan warga sebagai tempat ritual, semedi, dan aktivitas kebatinan lainnya.
“Saya berbicara dengan warga yang bekerja di sini. Mereka bilang tempat ini adalah pusat dari Rawa Pening,” kata Mas Bagus.