Melihat Kemeriahan Kirab Budaya Toa Pe Kong di Tegal, Diikuti Oleh 70 Kelenteng di Indonesia
Kirab budaya ini menjadi hiburan murah meriah warga dengan sejumlah atraksi.
Kirab budaya ini menjadi hiburan murah meriah warga dengan sejumlah atraksi.
Melihat Kemeriahan Kirab Budaya Toa Pe Kong di Tegal, Diikuti Oleh 70 Kelenteng di Indonesia
Budaya Tionghoa telah tersebar di berbagai kota di Indonesia. Salah satunya di Kota Tegal. Di sana warga Tionghoa rutin menggelar Kirab Budaya Toa Pe Kong.
Kirab budaya itu dilakukan dari Kelenteng Tek Ha Kiong hingga mengelilingi jalan protocol Kota Tegal. Kirab budaya ini menjadi hiburan warga dengan sejumlah atraksi.
Ribuan warga tegal antusias melihat kirab budaya itu. Apalagi pagelaran itu diikuti oleh 70 kelenteng dari berbagai daerah di Indonesia.
-
Kenapa Keteng-keteng dianggap penting dalam budaya Karo? Ada yang mengatakan bahwa Keteng-keteng adalah kentongan warisan nenek moyang dari tanah Kabupaten Karo ratusan tahun silam. Menghasilkan Suara Mirip Kendang sampai Gong Pernah dengar sebuah alat musik menghasilkan tiga suara dari alat musik lain? Jawabannya Keteng-keteng, karena ketika dipukul di titik tertentu, akan menghasilkan suara kendang, gong bahkan drum.Merujuk Youtube Simpei Sinulingga, di sana dijelaskan bahwa saat titik yang dipukulnya berbeda maka suara yang dikeluarkan pun berbeda. Suara kendang akan muncul saat dipukul di dekat mulut bambu, kemudian suara gong kecil di tengah dan gong besar tepat di tengah-tengah senar.
-
Apa yang diyakini membawa berkah dalam tradisi Kirab Kebo Bule? Beberapa orang percaya, kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap bisa membawa berkah.
-
Kapan kira-kira budaya Wari berkembang? Budaya Wari merupakan budaya yang ada pada abad ke-7 - ke 13 di wilayah bagian Peru. Namun pada tahun 1100 Masehi, budaya Wari dihancurkan oleh Kekaisaran Inca yang saat itu sedang bangkit.
-
Kenapa Kirab Kebo Bule dianggap membawa berkah? Masyarakat percaya bahwa Kirab Kebo Bule ini dianggap membawa berkah.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
-
Kapan Kirab Tebu Temanten dilakukan? Acara ini digelar pada Selasa Selasa (23/4).
Kirab ini menjadi sarana silaturahmi umat Konghucu sekaligus memperkenalkan wisata religi di Kota Tegal. Berbagai atraksi menarik seperti ular naga, barongsai, hingga debus turut memeriahkan kirab yang dimulai dari Kelenteng Tek Ha Kiong hingga ke jalan protokol Kota Tegal.
“Di sini saya dua hari dua malam. Saya ke sini dari Jakarta bawa 12 orang,” kata Asnawi, peserta dari Kelenteng Jakarta Utara, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Kamis (5/7).
Warga yang menyaksikan kirab sangat terkesima melihat berbagai atraksi dari berbagai kelenteng di Indonesia.
“Seru banget sih. Dari yang pertama sampai yang terakhir bagus-bagus semuanya. Ini baru nonton pertama kali,” kata warga Tegal Tia Amirasih.
Sementara itu rohaniwan klenteng, Cheng Ling Wei, menyebut tradisi ini sebagai bentuk kunjungan para dewa untuk memberikan berkah pada umatnya.
Hari ini setelah para dewa dimasukkan ke joli dan diarak keliling kota, para malaikat langit dan dewa bintang yang sejak hari pertama sudah diundang untuk kehadirannya, ini diadakan upacara terakhir untuk menghantar para dewa ke tempatnya masing-masing,” kata Chen Li Wei.
Rangkaian acara kirab diawali dengan pagelaran pusaka kiai naga mulia. Kemudian acara dilanjutkan dengan ritual penyeberangan jembatan tujuh bintang. Puncak acara ini adalah kirab gotong Tao Pe Kong yang diikuti oleh puluhan kelenteng dari berbagai daerah.
Selain Kirab Budaya Toa Pe Kong, di Kota Tegal juga digelar perayaan ulang tahun Dewa Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun di Kelenteng Tek Ha Kiong, Kota Tegal.
Selain diserbu warga lokal keturunan Tionghoa, pengunjung juga dapat melihat prosesi jalannya sembahyang.
- Pawai Budaya Rangkaian Iraw Tengkayu Hadirkan Keberagaman
- Pegawai Kehutanan Temukan 10 Butir Telur Paling Langka, Mirip Batu dengan Warna Hijau Gelap
- Melihat Keseruan Kirab Tebu Manten di Bantul, Tetap Berlangsung Meriah Walau Diguyur Hujan
- Mencicipi Kipang Kacang, Kudapan Asli Pariaman yang Masuk Daftar Warisan Budaya Tak Benda
Dikutip dari kanal YouTube Liputan6, perayaan itu sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi COVID-19. Ritual penyeberangan jembatan tujuh bintang atau paito merupakan persembahyangan kepada Dewa Rasi Bintang yang dipercaya dapat menolak semua malapetaka.
“Agar semua untuk ke depannya, hidup kita itu lancar. Tidak ada beban di belakang. Biar semua kejelekan hilang,” kata Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal Gunawan Lo Han Kwee.
Sebelumnya, tradisi Gotong Toa Pe Kong Tegal sempat dilarang selama delapan tahun. Rohaniawan Kelenteng Tek Hay Ki Kiong Tegal, Chen Li Wei mengatakan bahwa kirab itu telah ada sejak zaman Soekarno.
Namun pada masa Orde Baru, Kirab Gotong Toa Pe Kong sempat dilarang selama delapan tahun. Saat itu pelarangan datang bukan dari pemerintah pusat, namun dari pemerintah Kota Tegal.
Hal ini membuat pengurus kelenteng hanya bisa melakukan sembahyang laut dan patung para dewa dibawa menggunakan mobil.
Larangan itu terjadi pada masa pemerintahan Wali Kota Tegal, Zakir pada tahun 1990-1998. Alasan dari pelarangan itupun tidak jelas. Zakir menyebut larangan itu berasal dari Organisasi Sospol, namun Sospol menyebut bahwa larangan itu berasal dari Wali Kota Zakir. Namun setelah tahun 1998, kirab itu boleh diselenggarakan kembali secara bebas.