Melihat Kerajinan Eceng Gondok di Semarang yang Terkenal hingga ke Luar Negeri, Omzet Per Bulan hingga Rp30 Juta
Seorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Melihat Kerajinan Eceng Gondok di Semarang yang Terkenal hingga ke Luar Negeri, Omzet Per Bulan hingga Rp30 Juta
Rawa Pening adalah sebuah danau alam yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Luasnya mencapai 2.670 hektare.
Di balik keindahan Rawa Pening, terdapat permasalahan, yaitu sebagian permukaannya tertutup tanaman eceng gondok.
Di kawasan Rawa Pening itu, tinggal seorang pemuda bernama Firman Setyaji. Pemuda lulusan Universitas Indonesia itu memilih pulang ke kampung halamannya. Di sana ia membangun usaha berbasis bisnis pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
-
Di mana bejana keramik yang diyakini sebagai granat tangan ditemukan? Empat pecahan keramik ini ditemukan di Taman Armenia, berlokasi di Kota Tua Yerusalem pada tahun 1961-1967.
-
Mengapa bejana keramik ini diyakini sebagai granat tangan? Salah satu pecahan keramik yang disebut pecahan 737, adalah yang paling penting. Pecahan 737 ini berisi bahan campuran yang kemungkinan digunakan sebagai peledak.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Kapan Klenteng Talang dibangun? Klenteng Talang dulunya dibangun tahun 1450 masehi.
-
Apa arti cincin di jari kelingking? Jari ini sering dikaitkan dengan status profesional, intuisi, dan kemampuan komunikasi.
-
Bagaimana bentuk Rangkiang? Dari segi arsitektur, secara kasat mata terlihat jelas pada bagian atapnya menyerupai rumah gadang. Atap Rangkiang berbentuk gonjong dan terbuat dari bahan ijuk. Untuk dindingnya, Rangkiang terbuat dari anyaman bambu tanpa diberi jendela maupun pintu.
Usahanya itu dinamakan Bengok Craft. Dalam usahanya, ia memberdayakan masyarakat bagaimana mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual. Di daerahnya, eceng gondok biasa disebut “bengok”.
Mengutip YouTube Bengok Craft, salah satu semangat Firman dalam menjalankan bisnisnya adalah membawa produk lokal ke ranah global.
“Di sini dari aku kecil sampai besar sudah tumbuh ekosistem untuk pengolahan bahan mentah. Mereka menjual eceng gondok terus dijual ke tempat lain untuk kemudian diolah jadi kerajinan. Dan di sini kita membuka ekosistem baru untuk membuka ruang pengolahan kerajinan eceng gondok,” kata Firman.
Hasil produk kerajinan Bengok Craft adalah produk yang bisa digunakan sehari-hari mulai dari sandal, tas, gelang, karpet, hingga jaket.
Tak hanya di dalam negeri, Firman berhasil memasarkan produk Bengok Craft itu hingga ke luar negeri mulai dari Jepang, Italia, Uni Emirat Arab, Singapura, hingga Spanyol.
“Harapannya kami bisa meningkatkan value dari eceng gondok, dari yang sebelumnya kalau dijual mentah hanya Rp5.000-Rp10.000, tapi kalau kita olah lagi bisa dijual mulai dari harga Rp100-Rp200 ribu. Jadi ada kenaikan value di situ yang nantinya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar,”
jelas Firman terkait peningkatan nilai jual dari produk yang ia hasilkan dari eceng gondok itu.
Peminat kerajinan Bengok Craft juga tak sedikit. Banyak dari mereka yang tertarik karena produk yang dihasilkan unik dan berbeda dibanding kerajinan pada umumnya.
“Produk ini sangat bagus kalau menurut saya. Makanya saya memutuskan untuk ke sini untuk membeli salah satu dari barang-barang ini. Sangat unik karena ini benar-benar dianyam seperti kain, padahal ini dari eceng gondok,"
kata Rian, salah seorang pembeli kerajinan eceng gondok tersebut, mengutip YouTube Liputan6 pada Rabu (7/2).
Lebih dari 100 produk Bengok Craft yang dijual, baik secara daring maupun luring. Dengan mendorong kreativitas, Firman bisa mengantongi omzet hingga Rp30 juta per bulan.