Mencicipi Nasi Grombyang, Makanan Unik Khas Pemalang yang Jadi Warisan Budaya
Pada 29 Oktober 2021, Nasi Grombyang, salah satu kuliner asal Pemalang, Jawa Tengah, ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud RI. Lantas apa keunikan yang dimiliki makanan itu?
Kabupaten Pemalang merupakan salah satu wilayah di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah. Biasa dilalui para pengendara lintas provinsi, tak banyak orang tahu kalau wilayah ini menyimpan banyak keunikan. Salah satunya adalah kuliner nasi grombyang.
Dilansir dari laman Jatengprov.go.id, kuliner berbahan utama nasi putih dan daging sapi atau kerbau itu pada 29 Oktober 2021 lalu ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Melihat perkembangan ke sini, makanan khas banyak yang diklaim daerah atau bahkan negara lain. Sehingga kami punya kewajiban mengusulkan nasi grombyang, itu asline sega grombyang,” kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang, Ismun Hadiyono.
Lantas keunikan apa yang dimiliki nasi grombyang? Dan apa pula yang membedakannya dengan kuliner-kuliner lain? berikut selengkapnya:
Sejarah Nasi Grombyang
©jatengprov.go.id
Dilansir dari Jatengprov.go.id, nama “grombyang” pada makanan itu berasal dari bahasa Pemalang yang artinya mengapung bergoyang-goyang di permukaan. Dalam penyajiannya, komposisi kuah pada makanan itu memang lebih banyak ketimbang nasinya. Sehingga nasinya terlihat mengapung dan bergoyang-goyang di atas kuah.
Konon, makanan ini sudah ada sejak tahun 1960-an. Waktu itu para penjual nasi grombyang menjajakan makanan itu dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Salah seorang pewaris nasi grombyang, Waridin, menceritakan dia sudah membuka usaha nasi grombyang sejak tahun 1978.
“Awalnya ikut paman jualan nasi grombyang. Akhirnya buka sendiri sejak tahun 1978 sampai sekarang. Dulu harganya 15 perak. Sekarang sudah Rp 16 ribu per porsi,” kata Waridin dikutip dari Jatengprov.go.id pada 5 November 2021.
Makanan yang Rumit
©jatengprov.go.id
Menurut Waridin, membuat nasi grombyang lebih rumit dibandingkan membuat soto daging maupun daging kuah lainnya. Waridin menjelaskan, membuat nasi grombyang dilakukan dengan mulai memasak daging, mengiris, dan juga membuat menu kaldu dari kluwak, serundeng, serta lemak daging itu sendiri.
Kuahnya pun dibumbui rempah seperti lengkuas, jahe, kunyit, daun salam, kemiri, dan lainnya. Sebelum disajikan, makanan itu ditaburi irisan onclang dan bawang merah.
“Kalau dulu pakai daging kerbau, tapi karena sekarang sulit akhirnya pakai daging sapi. Butuh waktu dua sampai tiga jam untuk membuat nasi grombyang,” jelas Waridin.
Dicicipi Ganjar Pranowo
©jatengprov.go.id
Secara pribadi, Waridin mengaku bangga karena kuliner yang telah ia rintis sejak lama itu ditetapkan sebagai salah satu WBTB. Karena inilah makanannya mendapat sorotan dari banyak pihak tak terkecuali Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Suatu hari, Ganjar menyempatkan diri mampir dan menikmati nasi grombyang buatannya. Saat itu Waridin tidak tahu kalau yang datang ke warungnya itu adalah orang nomor satu se-Jateng karena dia berpakaian seperti masyarakat umum.
“Perasaan saya Alhamdulillah. Saya sebagai pedagang kecil didatangi pejabat itu adalah kebanggaan. Apalagi Pak Gubernur orangnya sederhana, tidak mau ditonjolkan seperti rakyat biasa. Setelah itu warung saya tambah ramai, dikenal nasi grombyang yang didatangi Gubernur, disyuting pakai tangan sendiri,” kata Waridin dikutip dari Jatengprov.go.id.