Mengenal Jogja Berkebun, Komunitas Bercocok Tanam di Kalangan Anak Muda
Komunitas Jogja Berkebun merupakan salah satu komunitas anak muda di Kota Jogja. Beranggotakan 130 orang dan berasal dari latar belakang dan usia yang berbeda, komunitas itu mempunyai misi untuk memanfaatkan lahan tidak terpakai di suatu kota untuk menjadi lahan yang produktif.
Berbagai aktivitas yang bermanfaat dan produktif bisa kita lakukan di tengah pandemi. Salah satunya adalah berkebun.
Selain bisa memberi manfaat pada lingkungan alam sekitar, dengan berkebun kita bisa memproduksi bahan makanan sendiri, yang ini begitu pentingnya di tengah masa pandemi ini.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Salah satu komunitas anak muda di Yogyakarta mengajak masyarakat khususnya anak muda untuk mencintai kegiatan berkebun. Tak jauh dari misinya, komunitas itu dinamakan “Jogja Berkebun”.
Beranggotakan 130 orang dan berasal dari latar belakang dan usia yang berbeda, komunitas itu mempunyai misi untuk memanfaatkan lahan tidak terpakai di suatu kota untuk menjadi lahan yang produktif.
Awal Terbentuknya Jogja Berkebun
©Instagram/Jogja Berkebun
Komunitas Jogja Berkebun berdiri pada 10 Oktober 2011. Pada awalnya, komunitas ini dibentuk untuk menjadi sarana bagi anak muda untuk mengisi kekosongan waktu.
Waktu itu, komunitas Jogja Berkebun masih termasuk dalam bagian jejaring dari Indonesia berkebun yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan perkotaan di Indonesia.
Semangat berdirinya komunitas ini tak bisa lepas dari inisiatif Gubernur Jabar Ridwan Kamil membuat aksi sosial peduli lingkungan.
Aksi itulah yang kemudian memunculkan gairah berkebun di kalangan anak muda hingga muncul berbagai komunitas seperti Jakarta Berkebun dan tentu saja, Jogja Berkebun.
Kebanyakan Anggotanya Mahasiswa
©Instagram/Jogja Berkebun
Dari 130 orang total anggota Komunitas Jogja Berkebun, hanya 15-20 orang saja yang aktif mengikuti kegiatan. Kebanyakan mereka merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di Jogja.
Dilansir dari Brilio.net, mereka bergerak dari keprihatinan akan kondisi negara Indonesia yang walaupun sebagai negara agraris tapi malah mengimpor beberapa bahan baku pangan dari negara tetangga.
Oleh karena itulah kemudian mereka berusaha memanfaatkan lahan yang tidak terpakai untuk menjadi lahan produktif yang bisa menghasilkan bahan baku pangan sendiri.
Sering Berpindah-pindah
©Instagram/Jogja Berkebun
Sejak awal terbentuknya, komunitas ini telah berpindah lokasi berkebun sebanyak 5 kali. Beberapa tempat yang pernah dijadikan tempat bercocok tanam adalah di daerah Pakualaman, di belakang kantor Dinas Kehutanan, dan di daerah Kali Code.
Namun pada akhirnya komunitas ini memiliki basecamp dan tempat bercocok tanamnya sendiri yang berlokasi di Jalan Kaliurang km 7,8 atau tepatnya di Jalan Kopen Raya 2 No. 15.
Alasan tempat berkebunnya sering berpindah dikarenakan lahan yang digunakan merupakan lahan pinjaman milik warga setempat.
Sayuran yang Ditanam
©Instagram/Jogja Berkebun
Mengusung konsep urban framing, tanaman yang ditanam komunitas Jogja Berkebun merupakan tanaman sayur dan buah-buahan yang perawatannya mudah dan masih dapat ditinggal. Beberapa dari tanaman itu di antaranya tomat, cabe rawit, sawi, kangkung, bayam, cabe keriting, pepaya, dan tanaman penangkal hama.
Di samping itu, alasan komunitas itu memilih untuk bertanam pada satu tempat saja karena ingin memberikan dampak dan kontribusi yang baik demi lingkungan di sekitar Jogja. Namun, mereka juga tetap merawat tanaman yang mereka tanam di kebun lain sehingga menjadi kebun yang pantas bagi masyarakat.
Membantu Perekonomian
©Instagram/Jogja Berkebun
Dengan prinsip 3E (Ekologi,Edukasi, Ekonomi), yang dimiliki Jogja Berkebun, komunitas ini berharap tanaman-tanaman yang mereka tanam dapat memanfaatkan lahan kosong di perkotaan mereka menjadi lahan yang lebih produktif dan juga menjadi tempat edukasi lingkungan kepada masyarakat sekitar.
Selain itu, dengan berkebun pula mereka bisa membantu perekonomian dari lingkup terdekat seperti para anggota Jogja berkebun karena mereka dapat membawa pulang hasil dari bercocok tanam.
Oleh karena itulah, kegiatan yang diadakan setiap Minggu ini mendapat tanggapan positif dari warga sekitar, terutama pemilik lahan tempat komunitas ini bercocok tanam.
Menjalin Relasi dengan Komunitas Lain
©Instagram/Jogja Berkebun
Selain bercocok tanam, komunitas ini kegiatan yang bersifat edukatif seperti acara workshop Kelas Hijau dan Halo Kebun.
Selain itu, komunitas ini juga menjalin relasi dengan berbagai komunitas lainnya seperti Indmira, Bumi Langit Institute, dan Pasar Kemisan untuk menambah wawasan dan bertukar ilmu.