Menguak Jejak Kehidupan Gajah Purba di Situs Sangiran, Beranak Pinak Hingga Ratusan Ribu Tahun Lamanya
Fosil gajah purba ditemukan lengkap di Situs Sangiran. Diperkirakan mereka menghuni dataran Sangiran hingga ratusan ribu tahun lamanya
Pada zaman purbakala, Sangiran merupakan sebuah pusat peradaban di mana manusia dan hewan purba hidup berdampingan. Mereka saling berbagi ruang di sebuah alam terbuka yang subur dan makmur, namun juga penuh bahaya dan ketidakpastiannya.
Salah satu hewan yang banyak menghuni daratan Sangiran purba adalah gajah purba. Banyak perbedaan yang terdapat pada gajah purba dibandingkan dengan gajah modern. Ukuran gajah purba sedikit lebih besar dan kekar dibandingkan gajah masa kini sehingga terkadang disebut binaragawan gajah.
-
Bagaimana manusia purba di Sangiran berdiri tegak? Di lokasi ini ditemukan puluhan fosil manusia purba, termasuk Pithecanthropus erectus, manusia purba berdiri tegak yang disimpulkan nenek moyang manusia modern.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kenapa Waduk Gajah Mungkur dibangun? Waduk ini dibangun pada tahun 1978 dengan maksud untuk menyediakan sumber daya air bagi irigasi, perikanan, dan energi listrik.
-
Kapan fosil gajah purba ditemukan? Hasilnya, mereka menemukan fosil utuh gajah purba yang diperkirakan usianya mencapai jutaan tahun. Di samping itu, mereka juga menemukan fosil kerbau dalam penggalian itu.
-
Kapan Gapura Sekar Putih dibangun? Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911.
-
Apa yang ditemukan di dalam gua purba tersebut? Mereka kemudian menemukan lukisan zaman prasejarah yang menakjubkan di dalam gua itu.
Gajah-gajah purba inilah yang dahulu menjadi penghuni daratan Sangiran. Buktinya, sangat banyak fosil yang ditemukan di Sangiran merupakan fosil dari gajah purba ini. Diperkirakan mereka menghuni Sangiran hingga 800 ribu tahun lamanya.
Berikut selengkapnya:
Ekskavasi Fosil Gajah Purba di Sangiran
Proses ekskavasi di situs purbakala Sangiran dimulai sejak tahun 1934. Saat itu ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald memulai eksplorasi di daerah tersebut setelah mencermati laporan-laporan penemuan “balung buta” (tulang raksasa) oleh warga yang kemudian diperjual belikan.
Hingga kini, fosil-fosil tulang terus ditemukan. Pada 1 Agustus 2023 lalu misalnya, warga menemukan fosil gading gajah purba yang panjangnya mencapai tiga meter dan diameter pangkal 20 centimeter. Fosil itu diperkirakan berumur 800 ribu tahun karena ditemukan di lapisan tanah formasi satu.
“Bisa saya pastikan gading gajah untuk jenisnya bisa stegodon bisa elevas. Kalau gading yang ditemukan ini cenderung elevas,” kata Penanggung Jawab Penyelamatan Temuan dan Imbalan Monitoring Situs Sangiran, Suwita Nugraha, dikutip dari Liputan6.com.
- Berkat Fosil Batang Kayu Berusia 30 Juta Tahun, Ilmuwan Temukan Hutan Purba Tersembunyi di Pulau Tanpa Pohon
- Mengenal Kirab Fosil Manyarejo, Bentuk Nyata Pelestarian Warga terhadap Warisan Purbakala Situs Sangiran
- Menguak Rahasia Besar Kehidupan Purbakala di Situs Bumiayu Brebes, Jadi Saksi Bisu Terbentuknya Pulau Jawa
- Menguak Fakta Fosil Utuh Gajah Purba di Patiayam Kudus, Diperkirakan Usianya Capai Jutaan Tahun
Tiga Generasi Gajah Purba
Dikutip dari Kemdikbud.go.id, di Sangiran sendiri ada tiga generasi gajah purba yang pernah tinggal. Mereka pernah hidup dan berkembang biak di Sangiran antara 1 juta hingga 200 ribu tahun yang lalu. Ciri fisik yang membedakan ketiganya adalah tipe gigi dan bentuk gadingnya.
Generasi pertama adalah Mastodon. Gajah paling primitive di Sangiran ini memiliki empat gading. Dua gading berukuran besar tumbuh di rahang atas, dan dua lainnya berukuran mungil tumbuh di rahang bawah.
Generasi kedua adalah Stegodon. Jenis gajah purba ini fosilnya paling banyak ditemukan di Sangiran. Secara anatomis temuannya relatif lengkap mulai dari kaki, badan, hingga kepala. Gajah ini memiliki gading berbentuk membulat dan agak melengkung. Giginya bertipe brachydont yaitu jenis gigi yang sesuai untuk melumat dedaunan yang lembut.
Lalu generasi terakhir adalah Elephas. Bentuknya relatif sama dengan gajah modern. Bentuk gadingnya relatif lurus dan digunakan untuk menumbangkan pohon. Gigi Elephas bertipe hypsodont dan digunakan untuk mengunyah makanan keras seperti rumput kering dan biji-bijian.
Satu-Satunya yang Bisa Disentuh
Guna memperkenalkan dan mendekatkan gajah purba kepada para pengunjung, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran menyediakan sebuah display khusus yang diberi nama “Sentuhlah Aku”. Pengunjung dapat menyentuh fosil gajah purba guna merasakan sensasi berjumpa dengan gajah purba sekaligus merasakan kembali kejayaan mereka sekitar 700 ribu hingga 500 ribu tahun yang lalu.
Display ini ada di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan, pengunjung dapat berinteraksi dan menambah pengalaman. Koleksi di display ini hanya satu-satunya yang koleksinya boleh disentuh dengan tujuan memberi sensasi bagi pengunjung.