Menguak Sejarah Jalur Kereta Api Jogja-Bantul, Dulu Tarifnya Hanya 1 Rupiah
Jalur kereta api ini ditutup karena kalah bersaing dengan moda transportasi lain
Jalur kereta api ini ditutup karena kalah bersaing dengan moda transportasi lain
Menguak Sejarah Jalur Kereta Api Jogja-Bantul, Dulu Tarifnya Hanya 1 Rupiah
Dahulu ada jalur kereta api yang menghubungkan antara Kota Yogyakarta hingga Bantul. Bahkan jalur itu berlanjut hingga daerah Sewugalur di Kabupaten Kulon Progo. Kini bekas-bekas jalurnya masih kelihatan. Malah beberapa bangunan stasiun masih berdiri kokoh.
-
Mengapa jalur kereta api Kedungjati-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta ditutup? Jalur kereta api Kedungjati-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta dulunya merupakan jalur strategis militer Hindia Belanda. Namun sejak tahun 1976, jalur kereta api itu ditutup.
-
Bagaimana jalur kereta api di Padang Panjang di bangun? Mereka meminta insinyur dari Inggris untuk merancang jalur kereta dengan geografis di Minangkabau yang cenderung banyak bukit dan lembah.
-
Kenapa rel kereta api dibangun di Bandung? Agar mudah diangkut dengan biaya murah dan jarak yang dekat, pemerintah melalui perusahaan jawatan kereta api membangun jalur rel. Ini untuk mengurangi ongkos kirim dari yang sebelumnya menggunakan sistem transportasi pedati tradisional.
-
Apa yang diangkut menggunakan Jalur Kereta Api Solo-Boyolali? Di sisi lain jalur ini juga digunakan untuk layanan kereta api penumpang. Selain diperpanjang, jalur kereta api ini juga mengalami perubahan rute.
-
Di mana kecelakaan kereta api di Bandung itu terjadi? Pada 29 Maret 1924, sebuah kecelakaan kereta api terjadi di Rancaekek, Bandung.
-
Mengapa jalur kereta api dibangun di Sumatera? Terbentuknya jalur rel kereta api di Sumatra tak lepas dari kebutuhan pemerintah Hindia Belanda dalam mobilisasi pengiriman logistik dan komoditas hasil bumi menuju pesisir untuk diperdagangkan.
Dilansir dari Wikipedia, jalur kereta api itu mulai dioperasikan pada tahun 1895. Sementara itu untuk lintas Srandakan-Sewugalur dioperasikan pada tahun 1915.
Jalur kereta api ini aslinya menggunakan lebar sepur 1.435 mm seperti jalur Samarang-Vorstenlanden.
Pada tahun 1943, pekerja Romusha Jepang membongkar jalur kereta api untuk segmen Palbapang-Sewugalur untuk pembangunan jalur kereta api di tempat lain dan mengubah jalur Yogyakarta-Palbapang dari lebar sepur 1.435 mm menjadi 1.067 mm.
Karena kalah bersaing dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, PJKA akhirnya menutup jalur tersebut pada tahun 1973.
Kini bekas-bekas peninggalan jalur tersebut masih terlihat. Di antaranya bekas Stasiun Ngabean, Stasiun Dongkelan, Stasiun Winongo, Stasiun Bantul, dan Stasiun Palbapang.
Stasiun Ngabean misalnya, kini dibangun monumen berupa peninggalan rel beserta bangunan stasiunnya di sana. Halamannya kini telah berubah menjadi tempat parkir bus pariwisata.
Lalu tak jauh ke selatan ada Stasiun atau Halte Dongkelan. Kini bangunan yang berdiri tak jauh dari Pasar Hewan Pasty itu hanya tersisa replikanya. Bangunan aslinya telah ludes terbakar.
Ke selatan lagi ada Stasiun Winongo. Tak jauh dari stasiun itu ada sebuah jembatan yang membentang di atas Sungai Winongo. Kini bekas jembatan itu masih digunakan untuk lalu lalang warga yang menggunakan motor.
Dahulu, dari stasiun ini ada jalur percabangan menuju Pabrik Gula Padokan (Sekarang PG Madukismo). Bangunannya sempat rusak akibat gempa Bantul 2006. Namun warga berinisiatif memperbaikinya dan kini bangunan itu menjadi tempat penyimpanan inventaris kampung.
Pada saat masih aktif, penumpang kereta api yang naik turun di Stasiun Winongo cukup banyak, terutama saat hari libur. Bahkan tarif tiketnya pun tergolong murah, yakni Rp1 baik ke arah Kota Yogyakarta maupun ke arah Bantul.
Selanjutnya ada Stasiun Bantul. Letak bekas stasiun ini berada di seberang Pasar Bantul. Dahulu stasiun ini digunakan sebagai tempat pengangkutan abdi dalem dan alat upacara untuk labuhan. Kini bangunannya telah berubah fungsi menjadi warung makan.
Dahulu di sebelah selatan stasiun terdapat percabangan jalur kereta api menuju ke timur sampai Pabrik Gula Bantul. Kini selain bangunan stasiun, tak ada lagi peninggalan yang tersisa.
Berikutnya ada Stasiun Palbapang. Setelah stasiun ini, dulu terdapat jalur kereta api terusan menuju Sewugalur. Namun jalurnya kemudian dibongkar untuk pembangunan jalur kereta api di Burma.
Pada 20 Juli 1990, Pemerintah Bantul memugar stasiun ini bersamaan dengan peresmian terminal bus Palbapang. Hingga kini, kondisi bangunan stasiun masih terawat dengan bersih.