Sejarah Becak Dayung, Moda Transportasi Tenaga Manusia dari Kota Medan
Moda transportasi dengan tenaga manusia ini dulunya menjadi kendaraan ikonik dan digunakan untuk mengangkut penumpang di Kota Medan.
Moda transportasi dengan tenaga manusia ini dulunya menjadi kendaraan ikonik dan digunakan untuk mengangkut penumpang di Kota Medan.
Sejarah Becak Dayung, Moda Transportasi Tenaga Manusia dari Kota Medan
Alat transportasi sangatlah berguna sebagai pendukung dalam memangkas waktu perpindahan dari satu tempat menuju tempat lainnya. Tak heran, transportasi sudah mulai berkembang ratusan tahun lalu.
Sebelum mengenal moda transportasi bertenaga mesin, di Indonesia dulu banyak dijumpai alat transportasi yang masih menggunakan tenaga hewan. Mungkin, sampai sekarang di beberapa daerah masih menggunakan untuk mengangkut barang di pedesaan.
-
Apa itu Becak Padang Sidempuan? Kendaraan yang satu ini cukup populer di daerah asalnya sebagai angkutan umum bagi masyarakat. (Foto: Youtube Rafafara Family) Becak Padang Sidempuan ini tidak menggunakan tenaga manusia seperti becak-becak yang ada di Pulau Jawa.
-
Bagaimana Becak Padang Sidempuan dirancang? Kendaraan ini menggunakan motor yang kemudian digabungkan dengan rangka mirip kapsul yang berfungsi sebagai kursi penumpang.
-
Dimana Becak Padang Sidempuan beroperasi? Salah satu kendaraan transportasi umum yang unik ada di Padang Sidempuan, Sumatera Utara yang bernama Becak Padang Sidempuan.
-
Kenapa Becak Padang Sidempuan populer? Kendaraan ini menjadi andalan masyarakat setempat untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Bahkan, Becak Padang Sidempuan sudah menjadi ikon dari kota tersebut.
-
Dimana Betandak Dangkong berasal? Salah satu daerah dengan ciri khas Melayu yang kental disetiap budayanya yaitu Kepulauan Riau.
-
Apa itu Betandak Dangkong? Betandak Dangkong atau biasa disebut dengan Joged Dangkong. Kesenian ini merepresentasikan bentuk interaksi kesenian pergaulan rakyat Melayu.
Di Kota Medan, terdapat satu moda transportasi yang cukup legendaris dan ikonik bernama becak dayung. Meski masih menggunakan tenaga manusia, moda transportasi yang satu ini kerap digunakan untuk mengangkut penumpang.
Penasaran dengan sejarah Becak Dayung yang ikonik? Simak ulasannya yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Moda Transportasi Tenaga Hewan
Mengutip Skripsi karya Zuliana "Transportasi Becak di Kota Medan (1950-1990)", ada beberapa macam alat transportasi yang ada di Kota Medan, di antaranya masih menggunakan tenaga hewan dan juga manusia.
Dengan tenaga hewan seperti kuda dan sapi, biasanya digunakan untuk mengangkut barang, manusia, dan hasil perkebunan. Biasanya moda transportasi ini disebut dengan sado, gerobak lembu dan cikar.
Sementara itu, transportasi menggunakan hewan ini juga cukup populer di Kota Medan yang berfungsi sebagai angkutan di objek-objek wisata. Biasanya angkutan ini digunakan oleh kaum pribumi, etnis Tionghoa, dan Eropa yang tinggal di Deli (Kota Medan).
Alat Transportasi Angkong
Tak hanya transportasi tenaga hewan, di Kota Medan juga terdapat alat transportasi yang menggunakan tenaga manusia yang dikenal dengan nama angkong. Alat transportasi ini disebut angkutan umum atau dengan nama lain hongkong.
Sejak zaman Hindia Belanda, angkong menjadi moda transportasi yang sering digunakan di Tanah Deli. Angkong memiliki manfaat yang cukup serbaguna, mulai dari mengangkut barang hingga mengunjungi kerabat.
Munculnya Becak Dayung
Seiring berkembangnya zaman, alat transportasi pun ikut tergeser dan berubah. Semula yang tadinya menggunakan angkong, kemudian berubah menjadi becak dayung.
Selain perkembangan teknologi, pada saat itu banyak muncul anggapan dehumanisasi bagi para penarik angkong yang dianggap mirip dengan hewan. Hingga akhirnya terjadi sebuah protes dan kampanye untuk menghapus angkong sebagai moda transportasi.
Sejak tahun 1927, angkong perlahan sudah mulai dihapuskan dari Tanah Deli hingga sampai puncaknya pada tahun 1935 akhirnya dihapus secara keseluruhan.
Asal-usul Becak Dayung
Tidak dijelaskan secara pasti siapa dan kapan awal keberadaan becak dayung di Kota Medan. Namun, pada tahun 1930-an, becak dayung sudah ada lebih dulu di Kota Batavia yang dibawa oleh orang Tionghoa dari Singapura.
Tujuan mereka membawa becak dayung ke Nusantara untuk upaya mencari penghasilan dengan menyewakan kepada masyarkaat pribumi yang membutuhkan. Pada tahun 1950-an, becak dayung diperkirakan sudah masuk ke Kota Medan.
Bentuk becak dayung ini unik, pengemudi berada di samping penumpang menggunakan sepeda yang digabung dengan rangka kabin tertutup. Sehingga penarik becak ini bisa langsung menggunakannya. Secara fungsi, sangat mirip seperti angkong.