Mengunjungi Situs Kerto, Saksi Bisu Kejayaan Mataram Islam yang Hampir Tak Bersisa
Situs Kerto merupakan sebuah situs yang menurut sejarah pernah menjadi pusat Kraton Kerajaan Mataram Islam. Berada di Dusun Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, tak banyak wisatawan yang mengenal tempat ini.
Situs Kerto merupakan sebuah situs yang menurut sejarah pernah menjadi pusat Kraton Kerajaan Mataram Islam. Berada di Dusun Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, tak banyak wisatawan yang mengenal tempat ini.
Padahal dulunya, situs ini menjadi tempat di mana Sultan Agung Hanyokrokusumo mengendalikan pemerintahannya dalam memimpin Kerajaan Mataram Islam. Termasuk dua penyerangan fenomenal terhadap Kompeni Belanda dalam usaha menaklukkan Batavia di tahun 1628 dan 1629. Saat Sultan Agung bertakhta di Kerta pulalah Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Namun kini yang tersisa dari Situs Kerto hanyalah sebuah tanah kosong yang dipagari dan dua batu besar atau umpak yang berdiameter sampai 1 meter. Dua batu itu adalah penyangga saka guru bangunan utama Kraton.
Dibangun Sultan Agung
©kemendikbud
Situs Kerto merupakan saksi bisu keberadaan Kerajaan Mataram Islam. Dulunya, situs Kerta merupakan tempat berdirinya kraton yang dibangun Sultan Agung. Ketika pembangunan Kraton Kerto, Sultan Agung sementara tinggal di kraton ayah dan neneknya yaitu Kotagede.
Benda peninggalan yang dapat ditemukan di sana hanyalah dua buah umpak dari batu andesit yang berbentuk prisma terpancung. Dulunya jumlah umpak tersebut lebih dari dua. Namun, salah satu umpak yang ada di sana dibawa oleh Sultan Hamengkubuwono untuk pembangunan Masjid Saka Tunggal di Taman Sari dan umpak yang lain tidak diketahui.
Dulu Luas, Kini Tinggal Lahan Kosong
©Indonesiana.id
Sumber sejarah yang menceritakan tentang Kraton Kerto sangatlah minim. Namun dalam catatan seorang ilmuwan Belanda bernama Jan Vos menceritakan, Kerto merupakan tempat yang cukup luas. Bukti peninggalan Kerto lainnya diperoleh dari sketsa yang dibuat oleh R van Goens yang memberikan gambaran tentang kondisi keruangan dari Kraton Kerto.
Dilansir dari Kemendikbud.go.id, sumber lain yang membahas Kerto diperoleh dari catatan Hendrick de Haen. Namun catatan itu lebih banyak membahas tentang peristiwa yang ditemui selama perjalanan dari Kerto pada tahun 1662 M.
Sayangnya, kini Kraton Kerto hampir tak bersisa. Hanya menyisakan pemetaan tanah kosong dan umpak besar, yang diduga sebagai pondasi tiang besar kraton.
Menjadi Pusat Pemerintahan Sultan Agung
©Kerajaannusantara.com
Beberapa sumber sejarah menyebut nama Kerto dengan berbagai versi seperti Charta, Karta, Kerta, dan Kerto. Pada waktu Kerajaan Mataram Islam diperintah oleh Sultan Agung, kekuasaan Mataram Islam hampir meliputi seluruh Pulau Jawa. Selain itu Sultan Agung juga menjalin persahabatan dengan beberapa negara tetangga.
Namun informasi pusat pemerintahannya justru sangat minim dan masih misteri. Padahal keberadaan Kraton itu mempunyai peran cukup penting karena selama menjabat Sultan Agung bertakhta di sana. Walaupun sepeninggalnya pusat pemerintahan berpindah ke Pleret.
Pemberontakan Orang-Orang Pajang Ke Mataram
Pada tahun 1617-1618, terjadi peristiwa pemberontakan yang dilakukan orang-orang Pajang terhadap Mataram. Setelah pemberontakan itu dapat teratasi, Sultan Agung memerintahkan penduduk Pajang untuk melakukan bedol desa dan pindah ke Kerto. Penduduk Pajang itu kemudian dipekerjakan untuk membuat batu bata.
Pembuatan batu bata yang cukup banyak itu kemungkinan besar digunakan untuk membangun Kraton Kerto dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.
Kehancuran Kraton Kerto
©kemendikbud
Tak diceritakan bagaimana dinamika aktivitas yang pernah terjadi di Kraton Kerto. Babad Moana sendiri justru malah menceritakan tentang hancurnya istana tersebut.
Dilansir dari Kemendikbud.go.id, dalam babad itu diceritakan terjadi beberapa kali kebakaran di dalam Kraton yang menewaskan beberapa abdi dalem. Setelah terjadinya peristiwa kebakaran itu, Sultan Agung meninggalkan kraton yang telah rusak.
Pemerintahan Mataram Islam pun kerap berpindah. Dari Kerto ke Kraton Pleret, berpindah lagi ke Kartasura, hingga ada konflik dan membuat Kraton pindah ke Surakarta dan akhirnya terpecah menjadi dua, Kraton Surakarta dan Yogyakarta.