Menilik Ponpes Al-Achsaniyyah, Pesantren Khusus Penyandang Autisme di Kudus
Ponpes Al-Achsaniyyah merupakan pondok pesantren khusus bagi penyandang autis. Pondok itu didirikan pada tahun 2007 di atas tanah wakaf seluas 3.800 meter persegi.
Di daerah Kudus, Jawa Tengah, ada pondok pesantren khusus penyandang autisme. Namanya Ponpes Al-Achsaniyyah.
Dilansir dari Panduanterbaik.id, pesantren bagi anak berkebutuhan khusus itu dibangun pada tahun 2007 di atas tanah wakaf seluas 3.800 meter persegi atas nama K. Kusmin di Desa Padawang, Kecamatan Bae, Kudus.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Pada mula berdirinya, ponpes itu diberi nama Pondok Pesantren Modern Al-Achsaniyyah. Namun karena pendirinya memiliki ketertarikan pada anak-anak autis, maka ponpes itu kemudian diganti menjadi Pondok Pesantren Autis Al-Achsaniyyah.
Lalu seperti apa pendidikan dijalankan di pondok pesantren itu? Berikut selengkapnya:
Berawal dari Keprihatinan
©YouTube/BETA TV
Dilansir dari Wikipedia, KH. M. Faiq Afthoni mendirikan pondok pesantren itu karena memiliki keprihatinan pada anak-anak penyandang autis. Kebanyakan dari mereka ditelantarkan di jalan dan tidak mendapatkan perhatian publik. Begitupun pada lembaga-lembaga Islam lain, keberadaan anak autis ini masih dipandang sebelah mata.
Di tempatnya sendiri, ponpes itu memiliki nama “Pesantren Tepat Teknologi Islam”. KH Faiq khawatir apabila keberadaan pondok itu diketahui secara jelas, maka dimungkinkan kedatangan masyarakat baik untuk berkunjung maupun memondokkan anak maupun saudaranya yang autis tidak sesuai dengan jumlah SDM yang tersedia di pondok pesantren itu.
Kondisi Santri di Al-Achsaniyyah
©YouTube/BETA TV
Secara garis besar, santri di Ponpes Al-Achsaniyyah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu zero (tidak mandiri dan memerlukan pendampingan secara intensif), menengah (sudah mampu berkomunikasi dan melakukan kegiatan meski dengan pendampingan), dan mandiri (bisa melakukan komunikasi dengan santri lain secara pengawasan).
Para santri di Al-Achsaniyyah berasal dari daerah-daerah yang berbeda. Pada tahun 2020 lalu tercatat ada 130 santri yang terdaftar di ponpes tersebut. Sebanyak 80 persen merupakan santri putra, dan 20 persen merupakan santri wanita. Jumlah itu cenderung fluktiuatif karena sebagian santri datang dan pergi.
Sekolah Formal
©YouTube/BETA TV
Pada 2023, pondok pesantren itu menangani anak-anak berkebutuhan khusus lainnya seperti down syndrome, disleksia, hiperaktif, dan lain sebagainya. Selain itu, di dalam kompleks pondok pesantren terdapat juga sekolah SDLB Sunan Kudus.
Kegiatan di pondok pesantren ini dimulai pada pukul 04.00 dengan kegiatan mandi bergiliran. Acara dilanjutkan dengan salat berjemaah dan kemudian mengaji. Sekitar pukul 06.00, anak disuruh berjemur. Kemudian agenda dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan.