Mulai dari Adu Kekuasaan hingga Perjudian, Ini Sejarah Sabung Ayam di Nusantara
Akhir-akhir ini, polisi gencar memberantas kasus perjudian yang semakin menjamur di tengah masyarakat. Salah satu jenis judi yang berhasil diungkap oleh pihak kepolisian itu adalah sabung ayam. Dalam sejarahnya, permainan sabung ayam telah dikenal sejak lama di Indonesia, bahkan sejak zaman kerajaan.
Akhir-akhir ini, polisi gencar memberantas kasus perjudian yang semakin menjamur di tengah masyarakat. Salah satu jenis judi yang berhasil diungkap oleh pihak kepolisian itu adalah sabung ayam. Dalam sejarahnya, permainan sabung ayam telah dikenal sejak lama di Indonesia, bahkan sejak zaman kerajaan.
Bahkan jenis permainan ini tercatat dalam buku karya Thomas Stamford Raffles berjudul The History of Java yang terbit pada 1817. Dalam bukunya, ia menulis kalau sabung ayam merupakan perlombaan yang sangat umum dilakukan di kalangan masyarakat Jawa.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu seperti apa sejarah permainan sabung ayam di Nusantara? Berikut selengkapnya:
Digemari Orang Portugis
©2018 REUTERS/Athit Perawongmetha
Secara etimologi, kata jago berasal dari bahasa Portugis yaitu “jogo” yang secara harfiah berarti “permainan”. Konon istilah ini mengacu pada permainan sabung ayam di Nusantara yang sangat digemari orang-orang Portugis.
Istilah ini kemudian diserap ke Nusantara ke bahasa seperti bahasa Melayu dan Jawa. Namun tak terlalu jelas kapan istilah “jago” jadi bahasa serapan.
Menurut Sejarawan Anthony Reid, setidaknya pada masa Jawa pra-Islam hingga kini, praktik sabung ayam merupakan bentuk ritus sosial dan juga menjadi bagian penting dalam acara keagamaan. Darah ayam dari hasil sabung dipandang sebagai korban untuk menyenangkan dewa-dewa, demi kesuburan, dan juga demi merayakan keberhasilan perang.
Sabung Ayam di Tanah Jawa
©REUTERS/Alexandre Meneghini
Dalam Kitab Pararaton, sebelum jadi raja Singasari Ken Arok merupakan tukang sabung ayam. Selain itu sejarah mencatat di Kerajaan Singasari pernah ada peristiwa politik besar saat momen sabung ayam. Raja Singasari yang berkuasa saat itu, Anusapati, dibunuh adik tirinya, Tohjaya, saat sang raja menyaksikan sabung ayam.
Pada era Majapahit, Raja Hayam Wuruk, yang bergelar Maha Raja Sri Rajasanagara, justru memakai nama ayam. Seperti diketahui, arti “Hayam Wuruk” sendiri adalah “ayam yang terpelajar”.
Wadah Adu Kekuasaan
©REUTERS/Alexandre Meneghini
Tak hanya di Jawa, permainan sabung ayam juga ditemukan di Sulawesi. Bahkan dua kerajaan besar di sana, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone, pernah berperang gara-gara perhelatan sabung ayam.
Waktu itu tahun 1562, Raja Gowa X berkunjung ke Bone dan acara penyambutan dilakukan dengan pesta sabung ayam. Saat itu, Raja Gowa mempertaruhkan 100 katie emas, sementara Raja Bone mempertaruhkan satu kampung.
Waktu itu, sabung ayam tak hanya ajang pertaruhan belaka, melainkan wahana adu kesaktian dua raja penguasa. Pada akhirnya, ayam milik Raja Gowa yang mati terbunuh. Kekalahan ini membuat Raja Gowa malu. Karena itu ia segera mempersiapkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Bone. Sejak itulah perang berkorbar. Perang ini memakan waktu satu generasi.
Sudah Ada Sejak Abad ke-10
©2014 merdeka.com/fariz fardianto
Saat melakukan penelitian di Bali, peneliti Clifford Geertz menemukan bahwa istilah “sabung” telah muncul pada manuskrip-manuskrip pada tahun 922 M. Terkait sabung ayam, praktik tersebut di Bali diyakini telah ada sejak abad ke-10. Dilansir dari Indonesia.go.id, keyakinan ini ditelusuri dari Prasasti Sukawana, Prasasti Batur Abang, Prasasti Trunyan, dan Prasasti Sembiran.
Bagi Greetz, praktik sabung ayam di Bali tak hanya sekedar pertarungan antar dua ayam jago, melainkan pertarungan antar manusia. Di dalamnya ada suatu bangunan kultur yang besar tentang status, tentang kepahlawanan, tentang kejantanan, otoritas, dan lain sebagainya.