Oksigen di Gunungkidul Langka, Rumah Sakit Wonosari Lakukan Cara Ini
Rumah Sakit Wonosari, Gunung Kidul, menggunakan oksigen yang mereka produksi sendiri akibat kelangkaan oksigen yang terjadi di pasaran.
Meningkatnya kasus Covid-19 membuat kelangkaan oksigen terjadi di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Gunungkidul.
Akibat kelangkaan ini, institusi kesehatan harus berbagi oksigen dengan warga, lantaran banyak pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah juga membutuhkan oksigen tersebut.
-
Apa saja yang terjadi di Gunungkidul terkait kekeringan? Memasuki Bulan Agustus, beberapa daerah di Indonesia mulai dilanda kekeringan. Kondisi ini juga terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dikenal dengan daerah rawan kekeringan. Pemkab Gunungkidul menetapkan status siaga darurat kekeringan. Terlebih sebanyak 14 dari 18 kecamatan di sana mengalami kesulitan air bersih.
-
Kapan status siaga darurat kekeringan di Gunungkidul berlaku? “Untuk antisipasi dampak dari kekeringan yang semakin meluas, BPBD telah menetapkan status siaga darurat kekeringan. Kebijakan ini berlaku hingga 30 September 2023,” Sumadi mengatakan penetapan status tersebut sangat situasional karena bisa diperpanjang melihat kondisi terkini di lapangan.
-
Di mana saja wilayah yang terdampak kekeringan di Gunungkidul? Berdasarkan data yang dihimpun BPBD, dari 14 kapanewon terdapat 55 kelurahan yang berpotensi terdampak. Adapun penyebarannya berada di 350 dusun, dengan jumlah jiwa sebanyak 107.853 jiwa.
-
Apa yang menjadi bukti keberadaan manusia purba di Gunungkidul? Belum lagi adanya petunjuk-petunjuk kehadiran homo sapiens (manusia purba) di gua-gua dan ceruk-ceruk kawasan Ponjong, yang diprediksi jadi tempat tinggal mereka sekitar 700 ribu tahun silam.
-
Kenapa manusia purba memilih menetap di Gunungkidul? Laman Wikipedia menyebut jika daratan Kabupaten Gunungkidul dahulu adalah wilayah yang aman untuk ditinggali manusia purba. Jadi Tempat Hidup Manusia Purba 700.000 Tahun Silam Ini karena wilayah tersebut berada di dataran tinggi, kaya akan flora dan fauna, termasuk letaknya berbatasan dengan Samudera Hindia.
-
Kapan kasus antraks di Gunungkidul terjadi? Laporan tiga kasus antraks tersebut merupakan kasus pertama selama tahun ini.
Ketersediaan oksigen yang terbatas ini membuat rumah sakit harus mencari alternatif lain agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Tak hanya untuk pasien Covid-19 namun juga pasien dengan penyakit lain.
Rumah Sakit (RS) Wonosari akhirnya menggunakan oksigen yang mereka produksi sendiri sehingga tak perlu bergantung pada vendor swasta.
Direktur RSUD Wonosari Heru Sulistyowati mengatakan, oksigen ini sudah digunakan sejak 2016. Pihak rumah sakit menggunakan oksigen konsentrat, tidak seperti rumah sakit kebanyakan yang masih menggunakan oksigen cair.
"Itu sudah sesuai dengan Permenkes nomor 4 tahun 2016," kata Heru pada Jumat (16/7).
Melansir dari Liputan6.com, berikut informasi selengkapnya.
Gunakan Mesin Generator
Oksigen ini diproduksi menggunakan mesin generator khusus tipe OGP 8, yang memiliki kapasitas sekitar 120 liter per menit atau sekitar 170.000 - 200.000 liter per 24 jam. Sehingga, RS Wonosari kira-kira mampu memproduksi 5-6 juta liter per bulan.
Sebelum pandemi, jumlah ini mampu mencukupi kebutuhan seluruh pasien. Pihak rumah sakit tidak perlu terlalu bergantung membeli oksigen dari vendor lain.
"Kita memang masih terus beli oksigen liquid. Itu untuk jaga-jaga," ujar Heru.
Perlu Penambahan Generator untuk Cukupi Kebutuhan
Meski sudah memiliki mesin generator untuk memproduksi oksigen, namun itu belum mencukupi. Saat ini, di RS Wonosari terdapat 76 pasien Covid-19 dengan gejala berat dengan kebutuhan oksigen mencapai 7 juta liter per bulan, bahkan bisa menembus angka 9 juta liter per bulan.
Heru mengatakan, generator yang dimiliki rumah sakit sekarang hanya bisa mencukupi kenaikan kebutuhan 30 persen. Untuk sementara, pihaknya menambah pembelian oksigen cair yang menggunakan tabung untuk cadangan gawat darurat.
"Kami ada dua vendor yaitu PT Samator dan PT Langgeng serta penyedia lainnya. Namun saat ini kosong," ungkapnya.
Saat ini pihak rumah sakit sedang mengupayakan mesin generator baru dari Belgia yang baru akan tiba di Gunungkidul 3 bulan lagi.