Padukan Budaya Lokal, Ini 4 Cara Sunan Kalijaga Berdakwah Islam
Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota Wali Songo yang sangat disegani. Dia ditugaskan untuk melakukan dakwah kepada para penganut kepercayaan lama. Ada beberapa media dakwah yang digunakan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan ajaran Islam.
Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota Wali Songo yang sangat disegani. Namanya cukup terkenal di banyak tempat yang tersebar di wilayah Pulau Jawa bagian tengah.
Melansir dari Uny.ac.id, di antara para anggota Wali Songo, Sunan Kalijaga ditugaskan untuk melakukan dakwah kepada para penganut kepercayaan lama. Dalam menyebarkan ajaran Islam, dia selalu menggunakan pakaian adat Jawa setiap hari dengan menggabungkan unsur Islam. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu menerima kehadirannya di tengah-tengah mereka.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Selain itu, Sunan Kalijaga juga menggunakan media dakwah dalam menyebarkan ajarannya. Apa saja media dakwah itu? Berikut selengkapnya:
Wayang
©Shutterstock
Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu media dakwahnya. Waktu itu, kesenian wayang memang digemari masyarakat. Dia pun berkeliling di wilayah Padjajaran dan Majapahit untuk menjadi dalang.
Apabila masyarakat ingin Sunan Kalijaga mengadakan pertunjukan wayang, dia tidak meminta masyarakat untuk memungut biaya apapun, selain mengucapkan dua kalimat syahadat.
Di dalam kesenian wayang inilah, Sunan Kalijaga mengajarkan nilai-nilai tasawuf. Dia juga memunculkan ajaran Islam lewat tokoh-tokoh Yudistira dan Bima.
Gamelan
©2021 KBRI Tokyo
Melansir dari Uny.ac.id, gamelan digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga ketika pertunjukan dan acara lainnya.
Dalam pertunjukan, ketukan gamelan ia ciptakan sendiri agar diterima masyarakat. Selain itu gamelan dimanfaatkan untuk mengundang masyarakat datang ke masjid. Alat musik tradisional itu juga digunakan saat acara Grobeg dan Sekaten untuk bertujuan demi mendapatkan perhatian masyarakat.
Tembang
©YouTube/Solite Kids
Selain menggunakan gamelan, Sunan Kalijaga juga menggunakan tembang sebagai sarana menyebarkan dakwah Islamnya. Tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga antara lain Tembang Rumekso Ing Wengi dan Ilir-Ilir.
Tembang Rumekso Ing Wengi berisi tentang doa saat malam hari setelah melakukan salat tahajjud. Tembang ini disusun Sunan Kalijaga karena waktu itu masyarakat Jawa masih kesulitan dalam menghafal doa berbahasa Arab. Selain itu, terdapat pula Tembang Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul yang berisi tentang nasihat-nasihat kehidupan.
Grebeg dan Sekaten
©2015 Merdeka.com/arie sunaryo
Dalam menyebarkan ajaran Islam, Sunan Kalijaga juga menggelar semacam perayaan yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “grebeg”. Di dalamnya terdapat tradisi Sekaten yang berasal dari kata “sekati” yang berarti “nama dua alat gamelan”.
Ide untuk menggabungkan kebudayaan grebeg dengan sekaten muncul saat Sunan Kalijaga mencoba mengajak masyarakat ke masjid yang saat itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selain menggelar musik gamelan dan tari-tarian, waktu itu Sunan Kalijaga juga mengajak masyarakat menghiasi kompleks masjid. Awalnya masyarakat malu untuk datang, tapi perlahan-lahan mereka berdatangan melewati gapura dan dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat.