Pemkab Banyumas Optimistis Padi di Wilayahnya Selamat dari Kekeringan, Ini Penjelasannya
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas optimistis sebagian besar tanaman padi di wilayahnya selamat dari kekeringan.
Persediaan beras di Banyumas masih melimpah.
Pemkab Banyumas Optimistis Padi di Wilayahnya Selamat dari Kekeringan, Ini Penjelasannya
BMKG memprediksi musim kemarau 2023 akan lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya atau biasa disebut dengan fenomena El Nino.
-
Mengapa El Nino dapat menyebabkan kekeringan di Banten? El Nino merupakan kondisi di mana suhu permukaan air laut mengalami peningkatan. Kondisi ini terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah, dan memunculkan pertumbuhan awan yang mengurangi curah hujan.
-
Kapan puncak ancaman El Nino diperkirakan terjadi? Maka itu harus di warning karena berdasarkan data cuaca ekstrim ini akan terjadi pada puncaknya di bulan Agustus dan September mendatang," katanya.
-
Apa itu El Nino? El Nino adalah fenomena global yang terjadi hampir di seluruh negara yang terletak pada garis ekuator, salah satunya Indonesia. Fenomena El Nino yang sudah berbulan-bulan ini membuat beberapa tempat di Indonesia dilanda krisis air.
-
Kapan puncak fenomena El Nino akan terjadi? Puncak fenomena El Nino akan terjadi pada Agustus 2023 sehingga pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupaya menyiapkan langkah mitigasi agar bencana kekeringan dapat meminimalisasi jumlah gagal panen di tingkat petani
-
Kapan El Nino diperkirakan akan berlangsung? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong para Kepala Daerah segera menggulirkan penggunaan alat mesin pertanian atau Alsintan dalam menghadapi perubahan iklim El nino yang berlangsung hingga Agustus mendatang.
-
Bagaimana cara Gubernur Jateng menghadapi fenomena El Nino? "Skema mitigasi itu di antaranya mengeluarkan cadangan pangan pemerintah hingga optimalisasi dana desa. Bulog kabupaten/kota harus siap, kampanye food loss dan food waste kami siapkan,"
Adanya El Nino membuat para petani terancam gagal panen. Terkait hal tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas optimistis sebagian besar tanaman padi di wilayahnya selamat dari kekeringan.
Kepala Dinpertan KP Banyumas, Jaka Budi Santosa, mengatakan bahwa untuk sementara ini luas tanaman padi yang dilaporkan mengalami gagal panen hanya sebesar 84 hektare dari total luas lahan sawah di Banyumas yang mencapai 26 ribu hektare.
Dari luas 84 hektare tersebut, 76 hektare di antaranya karena kekeringan, 6 hektare karena serangan organisme pengganggu tanaman, dan 2 hektare karena serangan hama wereng. “Kami optimistis sebagian besar tanaman padi di Banyumas dapat diselamatkan. Meskipun saat ini msih ada yang panen, bahkan ada pula yang baru tanam khususnya di sekitar kaki Gunung Slamet karena memang di sana air selalu tersedia,” ujar Jaka dikutip dari ANTARA pada Minggu (13/8).
Lebih lanjut, dia mengatakan pihaknya juga telah menggerakkan penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk memantau kondisi lahan pertanian khususnya sawah di masing-masing wilayah yang rawan kekeringan.
Selain itu, petugas PPL juga telah diminta untuk berkoordinasi dengan kelompok tani termasuk pemangku kepentingan lainnya dalam rangka penggunaan pompa untuk area tanaman padi yang terdampak kekeringan. "Itu hanya sebagian kecil langkah-langkah yang telah kami siapkan untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada musim kemarau tahun 2023 yang dibarengi El Nino," kata Jaka.
- Pilkada Kabupaten Tangerang, Maesyal-Intan Dinilai Berhasil Bangun Koalisi Solid
- Upaya PKT Ciptakan Peluang Usaha Baru Bagi Masyarakat, Termasuk Olah Kompos dari Limbah Peternakan
- Kementan Arahkan Merauke Jadi Penyedia Pangan Melalui Opla
- Serunya Peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas, Empat Pusaka Kebesaran Dikirab Sekaligus
Ia optimistis ketersediaan pangan di Banyumas masih mencukupi kebutuhan karena produksi padi di kabupaten pada tahun 2022 mencapai 374 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 240 ribu ton beras atau masih surplus sekitar 40 ribu ton beras. Surplus tersebut diketahui berdasarkan asumsi konsumsi beras per kapita per tahun sebanyak 111,58 kilogram. Dengan jumlah penduduk 1,77 juta jiwa, Kabupaten Banyumas membutuhkan beras sekitar 200 ribu ton per tahun, sehingga dengan jumlah produksi yang mencapai 240 ribu ton berarti masih ada surplus hingga 40 ribu ton.