Polda Jateng Ungkap Jaringan Penipu Modus Gendam, Pura-Pura Jadi Tabib
Pada Selasa (30/11), Polda Jateng mengungkap kasus penipuan yang dilakukan komplotan penipu lintas provinsi. Dalam menjalankan aksinya salah satu penipu berpura-pura menjadi tabib guna menghilangkan kesialan pada korbannya.
Penipuan bisa dilakukan dengan cara apapun. Tak jarang para penipu memanfaatkan kondisi-kondisi sulit yang dihadapi masyarakat dalam menjalankan modusnya. Hal inilah yang dilakukan komplotan penipu lintas provinsi. Mereka menjalankan aksinya dengan modus gendam yang pura-pura menjadi tabib kesehatan.
Pada Selasa (30/11), Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jateng, Kombes Pol Djuhandani mengatakan komplotan itu sudah beraksi di berbagai kota di antaranya Semarang, Bandung, Medan, dan Surabaya. Para pelaku komplotan melakukan perannya masing-masing saat beraksi.
Mereka ada yang menjadi tabib, cucu tabib, hingga orang yang berpura-pura mencari bantuan tabib serta dia yang bertugas mengantar korban bertemu tabib palsu.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Mereka pun berhasil menjalankan aksinya dalam memperdaya korban hingga akhirnya tertangkap polisi. Lalu bagaimana skenario yang disiapkan komplotan itu dalam memperdaya korban? Berikut selengkapnya:
Cara Komplotan Menjalankan Aksinya
shutterstock/ pefostudio5
Kombes Pol Djuhandani mengatakan, dalam aksinya di Semarang, pelaku memperdaya seorang perempuan berusia 60 tahun yang ditemui di Pasar Gang Baru, Semarang. Waktu itu, salah seorang pelaku berinisial LSN bertemu korban untuk menanyakan tempat penjualan obat herbal.
“Di saat bersamaan datang salah satu rekan pelaku yang pura-pura memberi informasi mengenai keberadaan tabib yang bisa menyembuhkan penyakit,” terang Djuhandani, mengutip dari ANTARA.
Mainkan Psikologis Korban
©2013 Merdeka.com
Kemudian, pelaku yang sudah menyiapkan skenario untuk memainkan psikologis korban bertemu dengan satu pelaku lain yang mengaku sebagai cucu tabib yang dimaksud. Korban yang percaya dengan skenario tersebut kemudian mau untuk ikut diajak bertemu tabib yang dimaksud.
Dalam pertemuan itu, pelaku yang berperan sebagai tabib mengatakan kalau korban harus membuang sial karena telah menginjak darah perempuan yang meninggal akibat kecelakaan. Pelaku mensyaratkan agar korban menyiapkan uang dan perhiasan emasnya sebagai syarat untuk membuang sial.
“Total nilai uang dan perhiasan yang diserahkan korban ke pelaku mencapai Rp500 juta,” kata Djuhandani.
Keuntungan Hingga Miliaran Rupiah
©2014 Merdeka.com/shutterstock.com/Club4traveler
Djuhandani mengatakan bahwa modus yang sama juga digunakan komplotan itu dalam melakukan aksi di tempat lain. Dari lima aksi yang telah dilakukan, total keuntungan yang berhasil diperoleh komplotan itu mencapai Rp3 miliar.
Para pelaku sendiri ditangkap di sejumlah tempat berbeda seperti Jakarta, Pemalang, dan Batam. Ia mengatakan, saat ini polisi tengah berkoordinasi dengan polda-polda lain untuk mengungkap korban-korban lain dalam tindak pidana ini.