Raih Gelar Profesor di Usia 42 Tahun, Ini Kisah Perjalanan Dosen Unsoed yang Menginspirasi
Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka.
Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka.
Raih Gelar Profesor di Usia 42 Tahun, Ini Kisah Perjalanan Dosen Unsoed yang Menginspirasi
Profesor Yunita Sari merupakan profesor termuda di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Dia menjadi profesor saat usianya mencapai 42 tahun.
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Bagaimana cara mendapatkan inspirasi? Salah satu cara menemukan inspirasi yang paling mudah adalah bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang. Saling berbagi dan bertukar pikiran tentu akan membuka wawasan dan juga ide-ide yang unik.
-
Bagaimana kata-kata indah bisa menginspirasi kita? Dengan keindahan makna dan ucapan, kata-kata Bahasa Indonesia yang bermakna indah bisa menjadi inspirasi dalam menulis karya hingga pemberian nama.
-
Siapa yang terinspirasi oleh kisah Kukuh? Hidup pria asal Bekasi ini penuh berjuangan hingga akhirnya bisa sukses seperti sekarang.
Ibu dari dua anak itu lulus Pendidikan S1 Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2003 dan lulus Program Profesi Ners tahun 2005. Pada tahun 2005 ia menjadi dosen di Jurusan Keperawatan, Unsoed.
Tahun 2007 ia melanjutkan studi Magister-nya di Wound Care Department Universitas Tokyo, Jepang. Pada tahun 2009 ia melanjutkan studi Doktor di institut yang sama di Universitas Tokyo, Jepang.
Pada tahun 2012, Prof. Yunita pulang ke Indonesia untuk mengabdi kembali di Unsoed. Saat kembali ke Unsoed, ia berkolaborasi dengan para dosen lainnya untuk mengembangkan inovasi dalam bidang perawatan luka.
Beberapa inovasinya antara lain alat stimulasi elektris untuk perawatan luka, manset vibrator untuk perawatan luka, gel jintan hitam, dan lain-lain.
Selain itu, Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka. Salah satu buku yang ditulisnya bahkan diterbitkan oleh penerbit Springer, Jerman.
Prof Yunita mengatakan bahwa berdasarkan referensinya, angka amputasi karena luka kaki diabetes di Indonesia termasuk tinggi. Hal inilah yang membuatnya tergerak untuk menciptakan berbagai inovasi yang dapat mempercepat penyembuhan luka kronis, terutama luka diabetes.
Selama studi di Jepang, Prof. Yunita pernah mendapat internasional research grant, yaitu dari Ichiro Kanehara dan Asosiasi Perawat luka Jepang. Selain itu ia juga pernah menjadi juara I kompetisi Essay yang diselenggarakan oleh Sato Foundation, Jepang.
- Belajar dari Ibu-ibu di Purwakarta untuk Atasi Inflasi, Bangun Gerakan Tanam Sayur di Dalam Galon Bekas
- Fosil Paus Ditemukan di Gurun Mesir, Usinya 41 Juta Tahun dan Namanya Terinspirasi Firaun
- Rektor UNS Datangi Kemendikbud Usai Nadiem Cabut Gelar Guru Besar 2 Profesor, Bahas Apa?
- Profesor Ini Senang Bukan Kepalang Bisa Sentuh Benda dari Luar Tata Surya yang Dicari-cari
Saat ini, aktivitas Prof. Yunita adalah sebagai Wakil Dekan bidang Akademik FIKes Unsoed. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Bidang Publikasi Indonesian Wound Enterostomal Continence Nurse Association, bidang penjaminan mutu Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia Regional VII Jateng, Asesor Akreditasi bidang kesehatan, dan menjadi Reviewer Penelitian Nasional.
Dalam hidupnya, Prof Yunita selalu berusaha manusia yang banyak membantu orang lain. Dari suaminya, ia belajar menerapkan prinsip “Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi orang lain”.
Dari motto inilah, ia ingin menciptakan inovasi-inovasi dalam bidang perawatan luka yang harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.
Selain itu, ia ingin agar pencapaiannya menjadi guru besar menjadi inspirasi bagi kedua anaknya