Rayakan Idulfitri Sehari Lebih Lambat, Begini Ritual Lebaran Masyarakat Islam Aboge di Banyumas
Perbedaan hari Lebaran tidak pernah mereka permasalahkan.
Perbedaan hari Lebaran tidak pernah mereka permasalahkan.
Foto: Liputan6.com
Rayakan Idulfitri Sehari Lebih Lambat, Begini Ritual Lebaran Masyarakat Islam Aboge di Banyumas
Berbeda dari umat muslim pada umumnya, biasanya ribuan penganut Islam Aboge yang tersebar di Kabupaten Banyumas dan Cilacap baru merayakan Lebaran sehari lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, apakah ritual Lebaran Islam Aboge juga berbeda dari ritual umat muslim lainnya?
-
Apa yang dirayakan umat Muslim saat Idulfitri? Idulfitri, atau sering disebut sebagai Lebaran di Indonesia, adalah waktu untuk merayakan kemenangan atas pengendalian diri dan memperkuat ikatan sosial melalui tradisi saling bermaafan, memberi zakat fitrah, serta berkumpul bersama keluarga dan teman-teman.
-
Bagaimana Tarekat Sufi menyebarkan Islam di Indonesia? Mereka menggunakan pendekatan mistik dan keagamaan yang mendalam untuk menarik hati masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam dengan lebih lembut.
-
Apa arti dari kata "Islam"? "Mengutip dari situs mui.or.id, kata Islam berasal dari kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada ajaran-ajaran Islam yang diberikan oleh Allah SWT."
-
Apa yang menjadi alasan utama terpecahnya umat Islam menjadi berbagai golongan? Perbedaan tersebut berkaitan dengan, bidang fiqih, politik, tasawuf, aqidah, dan lainnya.
-
Apa tagline yang digunakan Masjid Al-Akbar Surabaya untuk menggambarkan konsep kerukunan antar umat? Ketua Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS, Kiai Sudjak menjelaskan MAS memiliki tagline "Masjid Ramah untuk Semua" atau Islam Rahmatan lil alamin.
-
Kapan umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri? Dalam hitungan jam, umat Islam akan menyambut hari kemenangan.
Salah satu komunitas Islam Aboge terdapat di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas. Penduduk di sana jumlahnya mencapai 5.000 jiwa dan mayoritas merupakan penganut Islam Aboge.
Di sana terdapat sebuah masjid kuno bernama Masjid Saka Tunggal. Di masjid itu, ibadah salat ied biasanya diikuti sekitar 500 orang. Jumlah itu merupakan kapasitas maksimal masjid hingga serambi dan pelatarannya.
Pada saat Salat Idulfitri ini pengeras suara masjid digunakan. Dalam setahun, pengeras suara di masjid itu hanya digunakan dua kali, yaitu pada saat Idulfitri dan Iduladha.
“Ya tidak ada maksud lain. Tidak juga anti pengeras suara. Cuma mempertimbangkan manfaatnya saja. Kalau jemaahnya sedikit kan tidak perlu pengeras suara,” kata Sulam, Imam Masjid Saka Tunggal sekaligus juru kunci generasi ke-12 masjid tersebut, dikutip dari Liputan6.com pada 6 Juni 2019 silam.
Sulam mengatakan tidak ada perbedaan berarti antara ritual Lebaran Islam Aboge dan Islam lainnya. Usai salat ied, jemaah akan saling bersalam-salaman.
Setelah itu, masyarakat akan berkunjung ke rumah tetangga. Lazimnya, warga yang lebih muda bersilaturahmi kepada warga yang usianya lebih tua.
Sama seperti komunitas Islam Aboge di Cikakak, komunitas Adat Banokeling di Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas juga melaksanakan Lebaran lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
Juru bicara Komunitas Adat Banokeling, Sumitro, mengatakan bahwa masyarakat adat menggunakan kalender Alif Rebo Wage atau Aboge untuk menentukan jatuhnya hari besar Islam.
- Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
- Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
- Mengenal Basuluak, Ritual Berdiam Diri saat Bulan Ramadan dari Minang yang Kini Mulai Ditinggalkan
- 80 Ucapan Idulfitri 2024, Rayakan Lebaran dengan Lebih Berkesan
Dilansir dari Liputan6.com, dalam Almanak Aboge, rumus untuk menentukan jatuhnya 1 Syawal adalah Waljiro atau Syawal Siji Loro.
Satu Syawal akan tiba pada hari pertama atau hari yang sama dengan 1 Muharam. Bila 1 Muharam jatuh pada hari Kamis, maka 1 Syawal atau hari Lebaran juga jatuh pada hari Kamis.
Sementara di tahun itu, jika hari pasaran keduanya Pahing berarti hari Lebaran juga jatuh pada hari pasaran Pahing. Dengan kata lain, 1 Syawal akan jatuh pada hari Kamis Pahing.
Sama halnya dengan di Desa Cikakak, tradisi lebaran di komunitas Banokeling juga tak ada beda dengan umat Islam pada umumnya.
Di Desa Pakuncen sendiri, ada komunitas Islam yang mengikuti Lebaran seperti umat Islam pada umumnya.
Namun perbedaan hari lebaran tidak pernah mereka permasalahkan. Bagi Sumitro, perbedaan itu sudah biasa dan menjadi kekayaan tradisi masyarakat Pekuncen.