Riwayat Bioskop Pertama di Jogja, Jadi Pusat Hiburan Malam Warga di Era Kolonial
Al Hambra adalah bioskop pertama di Jogja. Pada awal kemunculannya, bioskop ini dibagi menjadi dua kelas berdasarkan status sosial masyarakat pada saat itu.
Sejak kemunculannya, bioskop menjadi pusat hiburan masyarakat yang sangat diminati. Di Indonesia, bioskop pertama kali muncul pada era kolonial Belanda. Bioskop ini dibangun di berbagai kota besar di Indonesia saat itu. Salah satunya di Kota Yogyakarta.
Bioskop pertama di Yogyakarta bernama Al Hambra. Pada awal kemunculannya, bioskop ini dibagi menjadi dua kelas berdasarkan status sosial masyarakat pada saat itu. Gedung pertama bernama Al Hambra, diperuntukkan bagi kelas sosial atas seperti bangsa Eropa, Tionghoa, dan bangsawan pribumi. Sedangkan gedung kedua bernama Mascot, diperuntukkan bagi kelas pribumi.
-
Bagaimana bioskop di Medan berlomba untuk menayangkan film bicara? Dengan berakhirnya era film bisu, bioskop-bioskop yang ada di Medan pun berlomba untuk menayangkan film bicara.
-
Film apa yang dibintangi oleh Indah Permatasari? Film horor terbaru yang dibintangi Indah berjudul Sakaratul Maut, membuat penasaran dengan aktingnya.
-
Kapan Dune 2 resmi tayang di bioskop Indonesia? Film "Dune 2" atau "Dune: Part Two" tengah tayang di bioskop Indonesia.
-
Dimana lokasi bioskop Archipelago Cinema? Bioskop ini terletak di Kudu Island, dekat dengan Pulau Yao Noi di Thailand.
-
Di mana Museum Bioskop Jambi berada? Museum yang berada di dalam kawasan Pasar Hongkong Jambi ini bisa dikunjungi siapapun.
-
Siapa saja yang menikmati film di bioskop pada masa kolonial Belanda? Pada era kolonial Belanda, film dan bioskop hanya bisa dinikmati oleh kalangan elite dan orang-orang tertentu saja.
Saat itu kedua bioskop ini menjadi tempat favorit warga untuk menghabiskan malam. Lantas seperti apa riwayat bioskop pertama di Yogyakarta ini?
Bioskop Pertama di Yogyakarta
Al Hambra dan Mascot menjadi dua bioskop yang pertama berdiri di Yogyakarta. Bioskop itu dibangun oleh perusahaan Nederlandsch Indische Bioscoop Exploitatie Maatschappij pada tahun 1916. Di kemudian hari namanya berubah menjadi Bioskop Indra.
Mengutip YouTube Tombo Kangen Channel, pada waktu itu bangunan bioskop belum permanen karena setelah film selesai diputar, pengusaha bioskop akan berpindah ke tempat lain.
Harga tiket masuk dan fasilitas bioskop berbeda antara Bioskop Al Hambra dan Mascot. Saat itu, gedung Al Hambra sudah menggunakan kursi empuk. Lain halnya dengan gedung bioskop Mascot yang masih menggunakan tiket biasa. Harga tiket Al Hambra lebih mahal hingga tiga kali lipat dibandingkan harga masuk Gedung Mascot.
Jadi Pusat Hiburan Warga Jogja
Mengutip YouTube Tombo Kangen Channel, pembangunan Bioskop Al Hambra dan Mascot tidak terlepas dari perkembangan Kota Yogyakarta. Saat itu banyak orang Eropa jenuh dengan pekerjaan mereka sehari-hari. Karena itu mereka merasa butuh hiburan yang sesuai dengan kelas mereka. Bioskop inipun kemudian menjadi ikon rekreasi modern bagi masyarakat Yogyakarta saat itu.
- Ketika Bioskop Pertama Hadir di Bandung, Tampilkan Film Bisu dengan Suara Orang Asli di Dalam Bioskop
- Jejak Bioskop di Kota Banda Aceh, Sudah Ada sejak Tahun 1930-an
- Kebun Binatang Pertama Indonesia ada di Jakarta, Dulu Dilengkapi Bioskop sampai Kolam Renang
- Mengunjungi Museum Bioskop Jambi, Punya Koleksi Film Lawas Terlengkap di Asia Tenggara
Salah satu film yang pernah diputar di Bioskop Al Hambra berjudul “Mina dan Juragan Belanda”. Judul aslinya adalah “Mina Het Dienstmeisje Gaat Inkoopen Doen”. Film produksi tahun 1903 itu merupakan film pertama yang dibuat di Indonesia.
Mati Suri pada Masa Jepang
Pada era 1930-an, pemerintah kolonial Belanda mencatat di Kota Yogyakarta ada enam gedung bioskop yang terdiri dari dua bioskop di kawasan Malioboro, satu bioskop di Pakualaman, dan sisanya di kawasan Patuk.
Memasuki era penjajahan Jepang, industri bioskop di Kota Yogyakarta mengalami mati suri. Saat itu Jepang melarang impor film dari luar negeri dan menggantinya dengan film propaganda. Semua gedung film dambil alih untuk menayangkan film-film propaganda Jepang. Baru pada tahun 1948, saat Yogyakarta menjadi ibu kota Republik Indonesia, industri film bergeliat kembali.
Berganti Nama
Sejak Indonesia merdeka, nama Bioskop Al Hambra diubah menjadi Bioskop Indra. Nama ini merupakan akronim dari “Indonesia Raya”. Bioskop ini sempat berkembang pesat.
Namun keberadaan bioskop ini akhirnya termakan zaman karena kemunculan berbagai bioskop modern dengan kualitas dan fasilitas layar yang jauh lebih baik.
Pada akhirnya memasuki era milenium, masa kejayaan Bioskop Indra mulai memudar. Bioskop ini akhirnya berhenti beroperasi. Aset tanahnya kemudian diambil oleh Pemda DIY.
Kini bekas gedung Bioskop Indra dibangun bangunan Teras Malioboro I yang berfungsi sebagai tempat relokasi para pedagang yang berjualan di emperan Malioboro.