Sarat Makna Budaya, Ini 6 Jenis Pakaian Adat Jawa Tengah yang Perlu Diketahui
Jawa Tengah memiliki bermacam jenis pakaian adat. Di balik penggunaannya, setiap pakaian adat memiliki nama dan maknanya sendiri. Makna-makna itu menyimbolkan kekayaan khasanah budaya yang ada, khususnya Provinsi Jawa Tengah.
Masyarakat Jawa memiliki berbagai macam bentuk budaya. Bahkan berbagai jenis budaya dalam masyarakatnya terwujud dalam berbagai jenis pakaian adat yang dikenakan.
Jawa Tengah sebagai salah satu wilayah provinsi di Pulau Jawa bahkan memiliki bermacam jenis pakaian adat. Namun, tak banyak orang tahu mengenai beragam pakaian adat yang ada di Jawa Tengah.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Beberapa orang hanya tahu jenis pakaian adat yang biasa digunakan pada acara-acara resmi. Seperti pada pernikahan ataupun acara resmi lainnya di mana pada acara-acara itu mengenakan pakaian adat hukumnya adalah wajib.
Di balik penggunaannya, setiap pakaian adat memiliki nama dan maknanya sendiri. Makna-makna itu menyimbolkan kekayaan khasanah budaya yang ada di Jawa, khususnya provinsi Jawa Tengah. Berikut ini adalah 5 jenis pakaian adat Jawa Tengah yang perlu diketahui masyarakat.
Kebaya
©2020 Merdeka.com
Tak hanya di Jawa Tengah, kebaya menjadi baju adat pada berbagai wilayah provinsi di pulau Jawa. Istilah “Kebaya” pada baju itu diyakini bersasal dari kata Bahasa Arab abaya yang memiliki arti pakaian.
Dilansir dari Indonesia.go.id, munculnya model baju kebaya terjadi seiring dengan adanya perdagangan Internasional di Nusantara, khususnya dengan bangsa Arab, Cina, India, maupun Eropa.
Kebaya di Jawa Tengah dengan daerah lainnya memiliki corak dan motif yang berbeda. Untuk kebaya yang berasal dari Jawa Tengah, bagian atasannya terdiri dari kebaya, kemben, kain tapih pinjung, dan stagen.
Sementara itu untuk bagian bawahnya adalah kain jarik. Sedangkan untuk bagian kepala terdapat konde yang diperindah dengan bunga melati.
Untuk memperindah penampilan, ditambah juga beberapa aksesoris seperti cincin, kalung, gelang, subang, dan kipas. Biasanya, kebaya dikenakan para kaum hawa yang menyambut tamu pada acara pernikahan.
Jawi Jangkep
©2020 Merdeka.com
Berbeda dengan kebaya yang diperuntukkan bagi perempuan, Jawi Jangkep merupakan pakaian yang dikhususkan bagi laki-laki. Dilansir dari Perpustakaan.id, pakaian adat ini terdiri dari atasan yang berupa baju beskap yang memiliki motif bunga.
Sedangkan untuk bawahannya berupa kain jarik yang dililitkan pada ikat pinggang yang tersedia. Sama halnya dengan kebaya, untuk memperindah penampilan, ditambah juga beberapa aksesoris seperti keris, alas kaki, blangkon, dan pula bunga melati yang diikatkan pada bagian leher.
Kanigaran
©2020 Merdeka.com
Kaniragan merupakan pakaian adat yang dulunya digunakan untuk golongan bangsawan. Baju adat ini terdiri dari kain beludru hitam yang dilengkapi dengan dodot.
Walaupun pada awalnya hanya khusus dikenakan kaum bangsawan, pakaian ini akhirnya diterima sebagai pakaian masyarakat lazim pada masa pemerintahan Sultan HB IX.
Pakaian jenis ini kerap kali dikenakan para pengantin yang melangsungkan acara pernikahan. Motif yang digunakan untuk pakaian adat ini bukanlah motif yang asal-asalan, melainkan dirancang dengan banyak sekali pertimbangan baik itu dari segi estetika maupun budayanya.
Batik
©2020 Merdeka.com
Batik merupakan pakaian resmi paling populer yang dikenakan di Jawa. Karena kepopulerannya, pakaian ini diresmikan UNESCO sebagai warisan resmi budaya Indonesia.
Dibandingkan motif-motif pakaian adat Jawa Tengah lainnya, motif dan corak pada pakaian batik begitu unik dan memiliki sejarah yang panjang. Teknik batik sendiri telah diketahui lebih dari 1.000 tahun yang kemungkinan berasal dari Mesir Kuno atau Sumeria. Teknik itu kemudian meluas ke berbagai penjuru dunia seperti negara-negara di Afrika, Iran, India, hingga sampai ke Asia Tenggara seperti Indonesia.
Di Jawa Tengah sendiri, motif batik terbagi menjadi beberapa jenis seperti Batik Pekalongan, Batik Solo, Batik Lasem, dan Batik Yogyakarta. Masing-masing jenis batik itu memiliki motif yang berbeda yang masing-masing mengandung maknanya sendiri.
Surjan
©Wikipedia.org
Surjan adalah busana adat resmi untuk kaum pria. Pakaian ini konon diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang kemudian dijadikan sebagai pakaian adat Mataram.
Baju Surjan sendiri terdiri dari dua jenis yaitu Surjan Lurik dan Surjan Ontrokusuma. Perbedaan antara keduanya adalah, Surjan Lurik memiliki motif garis-garis sementara itu Surjan Ontrokusuma memiliki motif bunga.
Dalam penggunaannya, Surjan Lurik digunakan oleh aparat kerajaan dan para prajurit, sedangkan Surjan Ontrokusuma digunakan oleh bangsawan Kerajaan Mataram.
Basahan
©2020 Kapanlagi.com
Basahan adalah pakaian adat yang biasa dipakai para pengantin di Jawa selain Kanigaran. Busana ini juga dikenal dengan nama dodot karena kedua mempelai biasanya mengenakan kain kemben panjang dan lebar yang biasa dinamakan kain dodot.
Pada zaman dulu pakaian ini hanya boleh dikenakan di lingkungan kerabat Kraton. Namun seiring perkembangan waktu, pakaian ini dapat dipakai oleh masyarakat umum.
Selain itu, pakaian Basahan memiliki arti filosofis sebagai simbol berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setiap bagian dari busana ini memiliki makna harapan agar dapat menjalani hidup dan membangun keluarga yang harmonis, Bahagia, dan sejahtera serta dapat hidup selaras dengan alam.