Sejarah Monumen Selamat Datang Bundaran HI, Ketahui Fakta Uniknya
Monumen selamat datang ini menjadi salah satu ikon populer yang ada di Indonesia. Tentu saja monumen ini dibangun dengan latar belakang sejarah yang unik. Di dalam rangka perhelatan Asian Games IV yang digelar di Jakarta, Presiden Soekarno ingin menyambut para tamu-tamu negara di Bundaran Hotel Indonesia dengan baik.
Seperti diketahui Indonesia mempunyai berbagai macam bangunan bersejarah yang memperkaya warisan budaya nasional. Hingga kini, sebagian besar bangunan bersejarah di Indonesia masih dirawat dengan baik dan dijadikan objek wisata menarik. Tak jarang, beberapa di antaranya menjadi ikon atau ciri khas dari suatu wilayah di Indonesia.
Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi ikon menarik di Indonesia adalah Monumen Selamat Datang. Monumen Selamat Datang merupakan bangunan monument yang berada di tengah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Monumen ini berupa dua bangunan tiang tinggi dengan sepasang patung laki-laki dan perempuan yang terletak di puncak atas. Kedua patung ini menggenggam bunga dan melambaikan tangan sebagai simbol selamat datang.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana kekeringan di Jateng? Namun Pak Suharyanto mengingatkan masyarakat bahwa meski tidak ada dampak El Niño, namun bencana kekeringan di Jawa Tengah masih mungkin terjadi, sehingga tetap perlu waspada.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Bagaimana warga Jateng merayakan kemenangan Timnas Indonesia? Setelah pertandingan selesai, mereka larut dalam euforia. Beberapa warga menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangan bersejarah itu.
Monumen selamat datang ini menjadi salah satu ikon populer yang ada di Indonesia. Tentu saja monumen ini dibangun dengan latar belakang sejarah yang unik. Di dalam rangka perhelatan Asian Games IV yang digelar di Jakarta, Presiden Soekarno ingin menyambut para tamu-tamu negara di Bundaran Hotel Indonesia dengan baik. Dengan itulah, monumen ini dibangun sebagai simbol penyambutan.
Bukan hanya itu, terdapat berbagai fakta unik dan menarik dari Monumen Selamat Datang yang perlu diketahui. Mulai dari karakteristik bangunan, perancang bangunan, hingga tim pembuatan patung yang dikerjakan oleh pematung asal kota Yogyakarta. Dilansir dari Liputan6.com, berikut kami merangkum sejarah Monumen Selamat Datang Bundaran HI dan berbagai fakta menarik yang bisa disimak.
Dibagun pada Asian Games IV
©Liputan6.com/Faizal Fanani
Monumen selamat datang yang berada di tengah Bundaran Hotel Indonesia ini dibuat menjelang perhelatan acara Asian Games 1V pada tahun 1962. Pada saat itu, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah untuk pesta olahraga terbesar di Asia. Sehingga Presiden Soekarno yang saat itu masih menjabat, ingin membuat monument sebagai simbol penyambutan para tamu-tamu negara termasuk kontingen atlet dari berbagai negara yang datang untuk kompetisi Asian Games.
Pada waktu itu, para atlet dan ofisial menginap di Hotel Indonesia dan bertanding di komplek Gelora Bung Karno Senayan. Dengan begitu, monumen selamat datang ini dibangun tepat di tengah Bundaran Hotel Indonesia untuk menunjukkan ucapan selamat datang. Hingga kini, monument ini masih menjadi ikon unik dan menarik yang menjadi ciri khas kota Jakarta.
Berada di Jantung Ibukota
Pembangunan monumen selamat datang yang terletak di tengah Bundaran Hotel Indonesia (HI) dikatakan berada di lokasi jantung Ibukota. Bukan tanpa alasan, lokasi ini mempertemukan Jalan Jenderal Sudirman dengan Jalan MH Thamrin.
Selain itu, lokasi monumen yang berada di tengah Bundaran HI pun menjadi pusat perhatian di kawasan yang ramai dikunjungi oleh masyarakat. Monumen ini dibangun cukup tinggi dengan patung sepasang laki-laki dan perempuan yang menggenggam bunga dan melambaikan tangan mengarah ke utara, yaitu arah pelabuhan.
Awal Rancangan oleh Henk Ngantung
©2016 merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman
Seperti diketahui, Presiden Soekarno merupakan sosok dibalik rencana pembuatan monumen selamat datang ini. Dari ide Presiden Soekarno, kemudian rancangan awal monumen ini dikerjakan oleh Henk Ngantung. Di mana saat itu, Henk Ngantung merupakan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Monumen ini dirancang dengan patung setinggi 5 meter, yaitu dari kepala hingga kaki patung. Sedangkan tinggi patung secara keseluruhan, yaitu dari kaki hingga tangan yang melambai sekitar 7 meter. Ukuran ini pun dinilai proporsional dan terlihat cocok diletakkan di tengah Bundaran HI dan dilihat dari arah jauh.
Edhi Sunarso sebagai Pimpinan Tim Pematung
Meskipun rancangan awal dibuat oleh Henk Ngantung, namun patung monumen selamat datang dibuat oleh tim pematung yang berasal dari Karangwuni, Kecamatan Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Tidak lain adalah tim pematung Keluarga Arca yang dipimpin oleh Edhi Sunarso.
Pembuatan patung ini memakan waktu sekitar 1 tahun. Saat proses pembuatan, Presiden Soekarno sempat mengunjungi sanggar Edhi Sunarso didampingi oleh Duta Besar Amerika Serikat, Howard P. Jones, beserta para menteri. Setelah selesai dirampungkan, Monumen Selamat Datang ini akhirnya diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1962.
Edhi Suwarno Wafat pada 2016
©2016 merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman
Monumen selamat datang memang masih berdiri dan menjadi ikon menarik bagi Ibukota Jakarta, juga Indonesia. Namun pembuat patung monument ini telah meninggal dunia pada 4 Januari 2016. Edhi Suwarno, tidak lain adalah pimpinan tim pematung Keluarga Arca wafat pukul 22.53 WIB, setelah dirawat di ICU Jogja International Hospital.
Berdasarkan keterangan dari Sari Prasetya Angkasa, yaitu putri bungsu Edhi, bahwa sebelumnya Edhi dirawat sejak 3 Desember karena keluhan sesak napas. Pria kelahiran Salatiga, Jawa Tengah, 2 Juli 1932 meninggal dunia pada umur 83 tahun. Edi meninggalkan 4 orang anak dan 11 cucu.
Sebelum wafat, Sari mengungkapkan bahwa Edhi berpesan untuk menjaga galeri yang baru saja diresmikan pada September 2016 lalu. Selain itu, Edhi juga berharap galeri seni yang dirintisnya bisa memberikan banyak manfaat untuk banyak orang, termasuk bermanfaat di dunia seni.