Terbesar di Dunia, Ini 5 Fakta Bedug Pendowo Milik Masjid Agung Purworejo
Bedug Pandowo adalah bedug terbesar di dunia. Bedug raksasa itu berada Masjid Agung Kauman Purworejo, Jawa Tengah. Memiliki nama asli Bedug Kyai Bagelan, masyarakat setempat lebih populer menyebutnya Bedug Pandowo
Bedug Pandowo adalah bedug terbesar di dunia. Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri, bedug raksasa itu berada di Kota Purworejo, Jawa Tengah, tepatnya di Masjid Agung Kauman yang berada di sebelah barat alun-alun Purworejo.
Memiliki nama asli Bedug Kyai Bagelan, masyarakat setempat lebih populer menyebutnya Bedug Pandowo. Bedug ini memiliki panjang 2,92 meter dengan diameter depan sepanjang 1,94 meter dan diameter belakang mencapai 1,8 meter.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Bagaimana Dishub DIY mengantisipasi kepadatan arus kendaraan saat Tol Jogja-Solo dibuka secara fungsional? Sejumlah antisipasi disiapkan Dishub DIY untuk mengurai kepadatan di sejumlah titik rawan pada lebaran 2024 nanti.
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Sementara itu permukaan bedugnya terbuat dari kulit banteng dan dibutuhkan lebih dari 200 paku untuk memakunya. Pembuatan bedug ini masih berkaitan erat dengan sejarah pembangunan Masjid Agung Purworejo.
“Ini awalnya untuk melengkapi Masjid Agung yang selesai dibangun pada tahun 1834. Cokronegoro I (Bupati Purworejo yang Pertama) punya ide untuk melengkapinya dengan bedug istimewa. Lalu oleh adiknya dipilihkan pangkal kayu jati di Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Purworejo,” terang Ilhan, pemerhati sejarah Purworejo dikutip dari Brilio.net.
Sejarah Pembuatan Bedug Pandowo
©2020 Merdeka.com
Sejarah pembuatan Bedug Pandowo tak bisa dilepaskan dari sejarah pembangunan Masjid Agung Kauman Purworejo.
Dikutip dari Jatengprov.go.id, selesai Perang Diponegoro (1825-1830) Pemerintah Hindia Belanda mengangkat pemimpin dari kalangan pribumi untuk memerintah wilayah tanah Bagelan (wilayah Purworejo).
Pada saat itu, Belanda memilih Kanjeng Raden Tumenggung Cokronegoro I sebagai bupati. Pada masa itulah masjid mulai dibangun.
Setelah pembangunan selesai, Bupati Cokronegoro I memiliki gagasan untuk melengkapi bangunan masjid dengan sebuah bedug yang harus dibuat istimewa sehingga menjadi tanda peringatan di kemudian hari.
Dibuat dari Kayu Jati Berusia Ratusan Tahun
©2020 Merdeka.com
Karena keinginan sang Bupati, adiknya yang bernama Mas Tumenggung Prawironegoro Wedana Bragolan menyarankan agar bahan bedug terbuat dari pangkal pohon jati. Pohon jati itu diambil dari Dusun Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo.
Dari cerita yang diwariskan secara turun temurun, pohon-pohon jati yang berada di sana telah berusia ratusan tahun dengan ukuran batangnya yang besar-besar, bahkan ada beberapa yang bercabang lima.
Dalam ilmu kejawen, pohon-pohon jati bercabang lima itu disebut Pandowo dan mengandung sifat perkasa dan berwibawa.
Pemindahan Bedug ke Masjid Agung
©jatengprov.go.id
Muncul persoalan baru setelah bedug selesai dibuat, yaitu bagaimana cara memindahkannya ke Masjid Agung dengan jarak 9 km dan kondisi jalan yang sangat sukar dilalui. Oleh karena itu Bupati Cokronegoro I mengangkat seorang kaum bernama Kyai Haji Muhammad Irsyad untuk memimpin proyek pemindahan itu.
Akhirnya, pemindahan bedug itu dilakukan oleh para pekerja dengan mengangkatnya secara beramai-ramai diiringi bunyi gamelan lengkap dengan penari tayub yang menanti di sepanjang pos pemberhentian. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, bedug terbesar di dunia itu tiba di Masjid Agung Purworejo.
Sempat Mengalami Kerusakan
©Goodnewsfromindonesia.id
Pada 3 Mei 1936, atau tepatnya setelah 102 tahun sejak pertama kali dibuat, bedug itu mengalami kerusakan. Pada awalnya, permukaan bedug itu dilapisi oleh kulit banteng.
Namun karena rusak, permukaan itu kemudian diganti dengan kulit sapi ongale dan sapi pamacek yang berasal dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo.
Waktu Penabuhan Bedug
©Goodnewsfromindonesia.id
Bedug Pandowo ditabuh tiap hari tepatnya pada saat waktu menjelang Salat Subuh, Ashar, Maghrib, dan Isya’. Selain itu bedug tersebut juga ditabuh pada saat menjelang Salat Idul Fitri dan Idul Adha, acara-acara keagamaan Islam.
Pada saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, bedug ini juga ditabuh sebagai bentuk penghormatan.