Terpapar COVID-19, Anak Kembar di Bantul Ini Kehilangan Empat Anggota Keluarganya
Di Bantul, DIY, ada kisah pilu di mana dua anak kembar, VA (14) dan VT (14), harus kehilangan kedua orang tuanya, kakaknya, serta seorang neneknya karena COVID-19.
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan jutaan orang meninggal dunia. Di baliknya, terselip berbagai kisah duka bagaimana seseorang ditinggal oleh orang yang dicintainya.
Di Kalurahan Pandowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ada kisah pilu di mana dua anak kembar, VA (14) dan VT (14), harus kehilangan kedua orang tuanya, ST (64) dan SP (49) akibat terpapar COVID-19. Tak hanya itu, kakak perempuan mereka, E (26), juga meninggal dunia karena COVID-19. Pada Jumat (23/7), giliran nenek mereka, RS (65) yang meninggal dunia juga karena terpapar COVID-19.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Mereka berdua juga positif COVID-19,” kata Lurah Pendowoharjo, Hilmi Hakimudin, dikutip dari Liputan6.com pada Selasa (27/7). Berikut selengkapnya:
Berawal dari Hajatan
ilustrasi hajatan ©2021 Merdeka.com
Kronologi meninggalnya empat anggota keluarga karena COVID-19 itu bermula saat keluarga itu mendatangi acara hajatan. Waktu itu, yang terpapar pertama kali adalah SP. Petugas kemudian langsung melaksanakan tracing dan menyatakan jika lima anggota keluarga inti terpapar COVID-19.
“Tetapi sayangnya keluarga ini enggan diperiksa ke rumah sakit padahal teman-teman relawan sudah berusaha membujuknya,” ungkap Hilmi.
Sang Kakak Tak Mau Dirawat di Rumah Sakit
©2021 Merdeka.com/liputan6.com
Hilmi menceritakan, pada 14 Juli 2021, ST meninggal dunia di RSUP Sardjito setelah sebelumnya sempat kritis. Selang sehari kemudian, sang istri ikut meninggal dunia di RSUP Sardjito.
E, anak pertama ST dan SP kemudian dirawat di rumah sakit khusus COVID-19 di Bambanglipuro selama beberapa hari. Namun dia ingin pulang karena ingin menemani kedua adiknya.
“Baru tinggal sehari di rumah, pada Kamis (22/7) kemarin E meninggal dunia,” kata Hilmi dikutip dari Liputan6.com.
Sang Nenek Ikut Meninggal
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Setelah meninggalnya sang kakak, VA dan VT kemudian menjalani isolasi mandiri bersama kakek dan nenek mereka. Namun pada Jumat (23/7) sang nenek meninggal dunia juga karena COVID-19. Kini, kedua anak kembar itu tengah menjalani isolasi mandiri bersama sang kakek.
“Atas kejadian ini saya mengimbau, percayalah bahwa COVID-19 itu ada,” kata Hilmi.