Cara Dagang Rasulullah Agar Sukses dan Berkah, Terapkan Tipsnya
Dengan mengikuti jejak dan cara dagang Rasulullah, kita tidak hanya memperoleh keuntungan di dunia, tetapi juga meraih ridha Allah SWT di akhirat.
Cara dagang Rasulullah ini mungkin perlu dipahami bagi para pebisnis muslim atau orang yang hendak terjun di dunia bisnis. Rasulullah Muhammad SAW dikenal tidak hanya sebagai nabi dan pemimpin umat Islam, tetapi juga sebagai seorang pedagang sukses yang menjadi teladan dalam dunia bisnis. Sejak usia muda, Rasulullah telah terlibat dalam kegiatan perdagangan, yang membuatnya dikenal luas sebagai seorang pedagang yang jujur, amanah, dan berintegritas tinggi.
Allah SWT menyebutkan anjuran berdagang menurut Islam dalam surah Al-Baqarah ayat 275,
-
Kapan Rasulullah melarang berziarah? Berziarah dulu kala sempat dijadikan Rasulullah sebagai kegiatan yang dilarang untuk dilakukan.
-
Kapan Rasulullah berziarah kubur? Rasulullah setiap kali giliran menginap di rumah ‘Aisyah, beliau keluar rumah pada akhir malam menuju ke makam Baqi’ seraya mengucapkan salam: Salam sejahtera atas kalian wahai penghuni kubur dari kalangan kaum mukmin.
-
Kapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa? Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.”
-
Kapan Rasulullah melarang ziarah kubur? Berziarah dulu kala sempat dijadikan oleh Rasulullah sebagai kegiatan yang dilarang untuk dilakukan. Namun seiring berjalannya waktu, Rasulullah justru menganjurkannya.
-
Kapan Rasulullah SAW membaca doa angin kencang? Salah satu hadist Imam Muslim meriwayatkan bahwa, saat hujan disertai angin kencang Rasulullah SAW membaca sebuah doa angina kencang seperti berikut ini:
-
Mengapa doa sapu jagat disukai Rasulullah? "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyukai doa-doa yang singkat dan padat maknanya, dan meninggalkan selain itu."
اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْٓا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰواۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ فَمَنْ جَاۤءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَانْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَۗ وَاَمْرُهٗٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَادَ فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ٢٧٥
Artinya: "Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya."
Cara dagang Rasulullah tidak hanya membawa keuntungan materi, tetapi juga keberkahan yang melimpah, baik bagi diri beliau maupun bagi para mitranya. Prinsip-prinsip yang beliau terapkan dalam berdagang menjadi fondasi penting bagi umat Islam dalam menjalankan bisnis dengan cara yang benar dan beretika.
Salah satu kunci sukses berdagang Rasulullah adalah kejujuran dan transparansi dalam setiap transaksi. Rasulullah selalu mengedepankan prinsip keadilan dan menghindari segala bentuk kecurangan, seperti menutupi cacat barang atau mengurangi timbangan. Kejujuran ini membuat Rasulullah mendapatkan kepercayaan dari para pelanggannya, sehingga bisnisnya selalu ramai dan berkembang pesat.
Selain itu, masih ada lagi beberapa cara dagang Rasulullah yang patut untuk diteladani. Prinsip-prinsip dalam cara dagang Rasulullah ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam berdagang, selain fokus pada profit, kita juga harus memperhatikan aspek keberkahan dan manfaat yang lebih luas.
Dengan mengikuti jejak dan cara dagang Rasulullah, kita tidak hanya memperoleh keuntungan di dunia, tetapi juga meraih ridha Allah SWT di akhirat. Berikut ini penjelasan lengkap mengenai seperti apa cara dagang Rasulullah yang dapat Anda praktikkan. Semoga bermanfaat!
Rasulullah Sebagai Seorang Enterpreneur Sukses
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai seorang pedagang yang sukses. Banyak pelajaran dan tauladan dari beliau tentang kiat berdagang yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya.
“Pedagang yang baik adalah pedagang yang mudah dalam membeli dan mudah dalam menjual" (HR Bukhari, dari Jabir).
Di usianya yang baru 25 tahun, Nabi Muhammad saw sudah menjadi seorang pengusaha atau entrepreneur yang sukses, cemerlang, kaya raya, kerap berniaga hingga ke luar negeri.
Dilansir dari buku Berdagang Ala Nabi Muhammad, tak heran jika emas kawin yang diberikan beliau untuk Khadijah tidak tanggung-tanggung yakni 20 ekor unta dan 12,4 ons emas. Ini adalah jumlah mas kawin yang besar sekali pada saat itu, bahkan hingga saat ini.
Jiwa mandiri Nabi Muhammad saw sudah terbentuk sedari belia. Pada usia kanak-kanak, ia sudah menjadi penggembala kambing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Saat berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw pertama kali belajar berdagang atau berwirausaha. Ia diajak pamannya Abu Thalib untuk ikut dalam rombongan dagang ke Syam (saat ini Suriah).
Sejak saat itu, Nabi Muhammad saw. semakin menekuni dunia usaha atau dagang. Merujuk buku Muhammad A Trader, Nabi Muhammad saw sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke luar negeri pada saat usianya baru 17 tahun. Ia berdagang hingga ke 17 negara lebih. Diantaranya Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya.
Dari situ timbul pertanyaan, apa saja yang menyebabkan Nabi Muhammad bisa menjadi pengusaha yang cemerlang dan berhasil memenangkan persaingan pasar?
Cara Dagang Rasulullah
Dalam buku Marketing Muhammad, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin sukses menjadi pedagang, pengusaha, atau entrepreneur seperti Nabi Muhammad saw.
Pertama, melakukan segmentasi, menetapkan target pasar (targeting), dan positioning. Sebelum menjajakan suatu barang, Nabi Muhammad saw memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kebiasaan, cara hidup, cara makan dan minum, serta kebutuhan yang diperlukan masyarakat setempat.
Ia berhasil melakukan segmentasi sehingga ketika datang ke kota A maka barang-barang yang dibawa adalah ini dan itu. Ketika datang ke kota B maka barang yang dibawa lain lagi. Dan seterusnya.
Nabi Muhammad saw juga mahir dalam melakukan targeting. Ia tidak hanya memasuki satu segmen saja, ia memasuki semua segmen yang ada dalam masyarakat semenanjung Arab. Mulai dari budak hingga kalangan elit kerajaan, bahkan sang raja.
Di samping itu, Nabi Muhammad saw adalah seorang yang pintar dalam memosisikan diri dimanapun dia berada. Ia tidak pernah mengecewakan pelanggannya. Ia juga sangat menghormati pelanggannya, baik yang dewasa atau pun remaja.
Kedua, melakukan diferensiasi, bauran pemasaran, dan memiliki prinsip dalam menjual. Nabi Muhammad saw adalah orang yang berpikiran out of the box. Ia berdagang dengan cara-cara yang beda, tidak konvensional digunakan pedagang lainnya pada saat itu.
Terkait hal ini, ada dua cara yang dilakukan Nabi Muhammad saw, yaitu menjalin hubungan yang baik (silaturahim) dengan pelanggannya dan melakukan ekspansi usaha ke wilayah-wilayah lain, buka hanya satu wilayah saja.
Yang tidak kalah penting, Nabi Muhammad saw selalu menjelaskan kekurangan dan kelebihan barang dagangannya dengan jujur kepada para pelanggannya. Mematok harga sesuai dengan nilai komoditasnya dan tidak melakukan perang harga dengan pedagang lainnya.
“Janganlah kamu menjual menyaingi penjualan saudaramu” Kata Nabi dalam sebuah hadist riwayat Bukhari.
Nabi Muhammad saw juga memiliki prinsip-prinsip manakala menjual barang dagangannya. Diantaranya adalah tidak menipu dalam mendeskripsikan barang dagangannya, tidak bersumpah yang berlebihan, jujur dalam timbangan dan takaran, serta tidak memonopoli komoditas.
Ketiga, melakukan branding dan pelayanan yang baik. Nabi Muhammad saw. dikenal sebagai masyarakat Arab sebagai pribadi yang jujur dan bisa dipercaya sehingga ia mendapatkan julukan al-Amin.
Personal branding ini tidak didapat secara singkat dan ujug-ujug, melainkan dalam waktu yang lama. Karena memiliki brand dapat dipercaya, banyak investor yang berinvestasi kepada Nabi Muhammad saw.
Maka tidak heran jika Nabi Muhammad saw kerap kali berdagang tanpa modal sepeser pun, alias menjualkan barang dagangan orang lain dengan imbalan bagi hasil. Hal itulah yang menghantar Nabi Muhammad saw. menjadi seorang pengusaha atau pedagang yang jujur, profesional, dan disegani siapapun.
Nabi Muhammad saw juga memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Ia sangat ramah dan menghormati pelanggannya. Bahkan, ia mendahulukan kepentingan pelanggannya atas dirinya sendiri.
Soal ini, ada sebuah cerita menarik. Suatu ketika Adullah bin Abdul Hamzah membeli suatu barang dari Nabi Muhammad saw dan ia berjanji akan menemui Nabi di suatu tempat karena ada urusan tertentu. Naasnya, Abdullah lupa kalau punya janji dengan Nabi Muhammad.
Tiga hari setelahnya, dia baru ingat dan langsung ke tempat tersebut untuk menemui Nabi Muhammad saw. Ia terbelalak karena Nabi Muhammad saw. masih ada di tempat itu.
Keempat, jujur, ikhlas, dan profesional. Dalam berdagang, Rasulullah mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional.
Maksudnya, tidak pernah membohongi pelanggannya dan ikhlas menjalankan usahanya. Meski demikian, Rasulullah adalah seorang yang profesional. Ia selalu mencari cara yang beda dan baru dalam menjual barang dagangannya.
Itulah beberapa kiat atau cara berdagang Rasulullah yang dapat diteladani. Banyak pelajaran yang bisa diterapkan bila kita ingin meraih kesuksesan dalam berbisnis dan berkah seperti beliau.