Eksotisme Pura di Lereng Gunung Semeru, Sempat Ditolak Pejabat Kini Berdiri Megah Berkat Kekompakan Warga Hindu Lumajang dan Bali
Puluhan tahun umat Hindu di Lumajang tak punya rumah ibadah.
Puluhan tahun umat Hindu di Lumajang tak punya rumah ibadah.
Eksotisme Pura di Lereng Gunung Semeru, Sempat Ditolak Pejabat Kini Berdiri Megah Berkat Kekompakan Warga Hindu Lumajang dan Bali
Sekitar 20 tahun lamanya umat Hindu di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang memendam keinginan memiliki rumah ibadah. Selama itu, mereka hanya bisa melakukan sembahyang di sanggar pamujon yang ada di setiap desa.
-
Di mana tanda "like" purba ditemukan? Para arkeolog menemukan simbol "suka" ini saat melakukan pembersihan berkala dan konservasi lukisan batu prasejarah Lascaux yang terkenal di dekat desa Montignac, Prancis Selatan.
-
Bagaimana ciri khas Pura Giri Salaka Alas Purwo? Ciri Khas Pura Giri Salaka Alas Purwo memiliki ciri khas yang membedakannya dengan pura lain di Banyuwangi. Pelinggih padmasana di Pura Giri Salaka Alas Purwo menghadap ke utara, sedangkan kebanyakan pura di Banyuwangi padmasananya menghadap ke timur. Selain itu, ada bangunan rajahkolocokro pada Pura Giri Salaka Alas Purwo yang tidak ditemukan di pura lain.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Mengapa Curug Lembah Purba disebut Lembah Purba? Asal-usul penamaan Lembah Purba berasal dari lokasi air terjun yang ternyata merupakan sebuah lembah. Ini ditandai dengan adanya tebing yang pinggiran air terjun tersebut, dengan bagian tengah yang membentuk ruang luas. Konon lembah tersebut terbentuk ribuan bahkan jutaan tahun lalu karena aktivitas alam di zaman purba.
-
Di mana Curug Lembah Purba berada? Curug Lembah berada di dalam hutan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
Sejarah
Mengutip Instagram @ngurahsuryakusuma, keinginan umat Hindu di Kecamatan Senduro untuk membuat pura sudah muncul sejak tahun 1969 silam.
Sayangnya, hal ini tidak mudah diwujudkan karena izin mendirikan pura sulit didapatkan. Selain itu, umat Hindu juga butuh waktu untuk menggalang dana hingga cukup untuk membangun rumah ibadah sesuai cita-cita mereka.
Seiring berjalannya waktu, para tetua umat Hindu Bali merasa kurang sreg jika membawa air suci untuk menginap di hotel. Dari sinilah muncul inisiasi yang selaras dengan keinginan umat Hindu Lumajang untuk membangun pura.
Pendirian pura di kawasan dataran tinggi ini juga didasari konsep dari rujukan susastra agama maupun sumber sejarah kuno dalam pandangan Hindu. Dataran tanah atau gunung tertinggi merupakan kawasan tersuci secara spiritual.
Selaras dengan posisi gunung Semeru sebagai gunung tertinggi di Jawa. Mengutip kitab Negarakertagama, Gunung Semeru merupakan kawasan suci masa Jawa kuno.
Pemilihan Lokasi
Izin pendirian pura ini sempat ditolak Bupati Lumajang saat itu dengan alasan lokasi sempit dan dekat permukiman warga non Hindu. Selanjutnya, musyawarah pimpinan kecamatan menawarkan lokasi di Desa Kertasari. Lokasi ini ditolak umat karena dekat aliran lahar Gunung Semeru.
Akhirnya disepati lokasi pendirian pura di Desa Sumberagung Kecamatan Senduro. Awalnya, pura ini hanya akan didirikan di tanah seluas 25x60 meter. Kini rumah ibadah ini berdiri megah di lahan nyaris seluas 2 hektare.
Kekompakan Umat
Berdirinya pura di lereng Gunung Semeru ini tak bisa dilepaskan dari kekompakan umat Hindu Lumajang dan Bali. Mereka gotong-royong menghimpun dana hingga berhasil menyelesaikan pembangunan pura senilai Rp1,8 miliar tersebut.
Toleransi Beragama
Mengutip NU Online, Kabupaten Lumajang dipilih menjadi kabupaten moderasi beragama pertama di Jawa Timur yang digagas Kemenag setempat. Desa Senduro tempat pura ini berdiri juga dikenal sebagai Desa Pancasila.