Gedung Megah di Surabaya Karya Arsitek Terkenal Belanda, Dulu Gudang Senjata
Salah satu bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur megah yang ada di Kota Surabaya ialah gedung PT Perkebunan Nusantara XI. Dalam perjalanannya, gedung ini berubah-ubah fungsinya, termasuk pernah menjadi gudang senjata. Ini potretnya.
Salah satu bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur megah ialah gedung PT Perkebunan Nusantara XI yang berlokasi di Jalan Merak, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Perencanaan gedung tersebut dilakukan oleh biro arsitek terbesar di Hindia Belanda pada tahun 1911. Arsiteknya yakni Marius Hulswit, Fermont dan Ed Cyupers Bureau yang saat itu berkedudukan di Batavia.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Kapan Waduk Jatigede biasanya surut? Saat bulan Juli sampai Oktober volume air sudah tidak tampak, dan hanya menyisakan bagian dasar waduh yang sudah kering.
-
Kapan Jalur Pantura Jawa Barat mulai ramai pemudik motor? Sudah Ada Beberapa yang Mudik Saat kreator tersebut melalui Jalur Pantura, beberapa pemudik mulai terlihat di satu pekan jelang lebaran. Mereka sudah mulai pulang ke kampung halaman denga menggunakan sepeda motor.
-
Kapan pantun Jawa lucu populer? Pantun adalah bentuk puisi lama yang sangat populer dalam kesusastraan Nusantara.
-
Kapan Jawa Timur meraih penghargaan insentif fiskal? Atas Keberhasilan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendapatkan penghargaan insentif fiskal yang diserahkan langsung Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin kepada Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak mewakil Khofifah, dalam acara Rakornas dan Penyerahan Insentif Fiskal atas Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 2023, di Istana Wapres Jakarta, Kamis(9/11).
-
Siapa yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
Pembangunan gedung dilakukan selama periode perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Surabaya, yakni sesudah tahun 1920. Ciri khas gedung ini kental dengan pengaruh langgam Art & Craft berpadu dengan elemen-elemen lokal setempat.
Sebagian besar bahan dan konstruksi atap serta lantai gedung ini diimpor dari Belanda. Pembangunan gedung ini dilakukan setelah pembongkaran gedung pertunjukan (schonwbrug) yang terus merugi.
Tujuan Pembangunan
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemdikbud RI
Tak butuh waktu lama, pembangunan gedung yang dimulai tahun 1920 itu selesai pada tahun 1921. Namun, peresmian gedung ini baru dilakukan empat tahun kemudian yakni pada 18 April 1925.
Ide untuk membangun gedung ini bermula pada tahun 1919, tujuannya untuk memenuhi keperluan bisnis yang semakin berkembang. Hingga tahun 1930-an, gedung ini merupakan bangunan terbesar di Kota Surabaya di mana pembangunannya menggunakan konstruksi terbesar di kota setempat.
Awalnya gedung ini milik HVA (Handels Vereeniging Amsterdam/Asosiasi Pedagang Amsterdam). Di Belanda, HVA sudah berdiri pada tahun 1879 dan bergerak di bidang impor hasil pertanian serta budi daya tebu, kopi, dan singkong.
Sedangkan di Indonesia, dikutip dari laman resmi Kemdikbud RI, HVA menangani kegiatan ekspor gula ke luar negeri. Total ada 167 pabrik gula yang dikendalikan HVA dan menghasilkan delapan juta ton gula per tahun. Tak heran jika pada tahun 1930-an, Belanda dikenal sebagai penghasil gula terbesar kedua di dunia.
Pabrik Gula di Jawa Timur
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemdikbud RI
Di Jawa Timur sendiri ada sekitar 17 pabrik gula yang dikendalian HVA, yakni Soedhono (Ngawi), Purwodadi (Magetan), Rejosari (Magetan), Pagottan (Madiun), Kedawung (Pasuruan), Kanigoro (Madiun), Pajarakan (Probolinggo), Gending (Probolinggo), Jatiroto (Lumajang), Semboro (Jember), Wonolangan (Probolinggo), De Maas (Situbondo), Wringin Anom (Situbondo), Panji (Situbondo), Asembagus (Situbondo), dan Prajekan (Bondowoso).
Saat krisis ekonomi dunia sekitar tahun 1930-an, HVA masih mampu eksis dan bisnisnya tidak tumbang. Akhir kejayaan HVA terjadi saat pendudukan Jepang di Indonesia.
Jadi Gudang Senjata
Pada masa kemerdekaan (30 September 1945 hingga 1 Oktober 1945), gedung ini sempat digunakan sebagai gudang senjata Angkatan Darat Jepang di Jawa Timur yang dipimpinan oleh Mayor Jendral Iwabe.
Tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1945 itu, arek-arek Surabaya melakukan aksi pengambilalihan kekuasaan dan senjata Jepang untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
Upaya arek-arek Surabaya tak sia-sia, gedung ini kemudian dapat dikuasai. Selanjutnya dijadikan Markas Komando Militer Djawa Timur dan Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh dr. Moestopo.
Pada tahun 1945, gedung ini juga menjadi tempat perundungan antara Kolonel Pugh (utusan Jendral Mallaby) dari pihak sekutu dengan dr. Moestopo dari pihak Indonesia. Tujuan perundingan itu ialah untuk mendamaikan kedua belah pihak.
Resmi Dimiliki Pemerintah
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemdikbud RI
Pada tahun 1957, gedung ini resmi menjadi milik pemerintah Republik Indonesia karena seluruh aset perusahaan Belanda telah dinasionalisasikan.
Setahun kemudian, pada 1958, Pemerintah Republik Indonesia menasionalisasi gedung ini untuk ditempati Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
PPN kemudian berubah nama menjadi PTPN. Gedung ini kemudian dipakai oleh PTPN XXIV. Selanjutnya, gedung ini berganti nama menjadi PTPN XI yang merupakan hasil peleburan PT Perkebunan XX dan PT Perkebunan XXIV-XXV.