Kisah Penderita Jantung Koroner Hidup Segar Bugar tanpa Obat, Kini Jadi Petani Anggur di Desa
Warga Tulungagung yang berprofesi sebagai petani ini mengaku tak pernah kontrol dan tak minum obat-obatan
Samidi, warga Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur membuktikan bahwa obat bukan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh penderita jantung koroner agar tetap sehat.
"Saya tidak pernah kontrol, tidak minum obat-obatan, Alhamdulillah tetap sehat sampai sekarang," tuturnya, dikutip dari YouTube PecahTelur.
- Pengedar Obat Terlarang Bidik Pelajar 'Kota Santri' Tasikmalaya, Rayuannya 'Kalau Mau Tidur Nyenyak Minum ini'
- Mahasiswi Kedokteran Undip Diduga Menyuntikan Obat Penenang ke Tubuhnya, Sebelum Ditemukan Meninggal
- Kisah Pilu Gadis Jombang Penderita Autoimun, Dulu Anggota Paskibraka Kini Terbaring Lemas
- Kisah Anak Petani Tulungagung Jadi ASN Pertama di Keluarga, Kini Jadi Kepala Dinas Kesehatan Sekaligus Peternak Kambing Sukses
Tak ubahnya Samidi, kondisi kesehatan sang istri juga tidak baik-baik saja. Istrinya didiagosa mengidap tumor. Setelah melalui serangkaian pengobatan, kini kondisi sang istri semakin membaik.
Setiap hari, Samidi dibantu sang istri sibuk bertani baik di ladang maupun di kebun belakang rumahnya. Ia menanam beraneka ragam tumbuhan, mulai kelapa hingga anggur.
Kebun Anggur di Belakang Rumah
Samidi mulai menanam anggur sejak dua tahun lalu. Ide menanam anggur datang dari seorang teman. Dia kemudian belajar menanam anggur secara autodidak.
"(Saya) menanam anggur jenis impor di tempar seadanya. Masih sederhana, saya bikin tiang-tiang bambu sendiri, tempatnya juga masih sempit," tutur Samidi.
Ia mengaku menghabiskan uang sekitar Rp10 juta untuk bertani anggur di kebun belakang rumah.
"Uang itu hasil panen dari tanaman ladang, saya sisihkan sedikit-sedikit untuk kebun anggur ini," imbuhnya.
Cita-cita
Bagi Samidi, kebun anggur tak seberapa luas di belakang rumahnya itu ialah sumber kebahagiaan.
Ia pun membuka kebun anggurnya untuk agrowisata. Para pembeli bisa memilih sekaligus memetik sendiri anggur dari pohonnya.
"Saya jual Rp60 ribu per kilo. Kata teman saya di daerah lain harganya sampai Rp100 ribu, tapi saya tetap jual Rp60 ribu saja," kata Samidi.
Ke depan, Samidi ingin punya kebun anggur lebih luas serta tidak berbatasan dengan rumah-rumah warga seperti miliknya saat ini.
"Kebun anggur ini sumber kebahagiaan saya. Kalau dihitung-hitung nominal ya belum untung, tapi hati saya senang melihat tanaman anggur subur, buahnya lebat," terang Samidi