Dekati Putri Cantik Sang Musuh, Ini Cara Cerdik Bathara Katong Kuasai Kabupaten Ponorogo
Bathara Katong menipu musuh dengan cara unik. Bahkan, sang musuh tidak curiga sama sekali dengan tindakan Bathara Katong.
Bathara Katong, pendiri kabupaten Ponorogo menipu musuhnya dengan cara cerdik.
Dekati Putri Cantik Sang Musuh, Ini Cara Cerdik Bathara Katong Kuasai Kabupaten Ponorogo
Bathara Katong yang memiliki nama asli Lembu Kanigoro merupakan adipati pertama di Ponorogo. Ia adalah putra Prabu Brawijaya V dari selirnya yang beragama Islam, yakni Putri Campa. Semasa kecil, Bathara Katong ndikenal sebagai Raden Joko Piturun atau Raden Harak Kali.
(Foto: justicesyberonline.com)
-
Di mana letak Kubur Kalang di Bojonegoro? Kubur Kalang ditemukan di Desa Kawengan, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
-
Bagaimana asal mula patung Gajah Bolong di Bojonegoro? Mengutip Instagram @bojonegorohistory, nama Gajah Bolong berkaitan dengan patung gajah yang ada di rumah almarhum bapak H.M. Soedjono (Mbah Jono). (Foto: Pemkab Bojonegoro) Rumah yang dibangun sekitar tahun 1930 itu dinding bagian dalamnya dilapisi porselen dari China. Di halamannya yang luas, dibangun patung gajah.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan Sujiwo Tejo tampil di acara Jagong Budaya di Bojonegoro? Budayawan Sujiwo Tejo menyemarakkan acara Jagong Gayeng bertemakan "Budaya Rasa Melu Handarbeni" di Pendopo Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojoengoro, akhir pekan lalu.
-
Kapan Patung Shigir ditemukan? Patung Shigir ditemukan pada Januari 1890 di wilayah Sverdlovsk, di pinggiran barat Siberia, Rusia.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
Murid Wali Songo
Seiring meredupnya Kerajaan Majapahit, Lembu Kenongo berganti nama menjadi Raden Patah dan mendirikan Kesultanan Demak Bintoro, Lembu Kanigoro mengikut jejak kakaknya berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak.
Kritik di Majapahit
Pernikahan Prabu Brawijaya dengan perempuan Islam mendapat banyak kritik dari kalangan elite kerajaan.
Pujangga Anom Ketut Suryongalam yang kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Kutu, menciptakan sebuah seni Barongan (reog).
Reog merupakan simbol kritik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak).
Upaya Ki Ageng Kutu untuk memperkuat Basis di Ponorogo (Wengker) dianggap sebagai ancaman kekuasaan Majapahit dan Kesultanan Demak.
Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya, Bathara Katong dengan salah seorang santri bernama Selo Aji serta diikuti oleh 40 orang santri senior lain.
(Foto: Instagram @alhikmahhistoryofficial)
Pertarungan
Raden Katong sampai di wilayah Wengker dan memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman, yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan.
Saat Bathara Katong datang memasuki Ponorogo, mayoritas masyarakat penganut Hindu, Buddha, animisme dan dinamisme. Setelah Bathara Katong memasuki Ponorogo terjadilah pertarungan antara Bathara Katong dengan Ki Ageng Kutu.
Di tengah kondisi sama sama kuat, Bathara Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu.
Bathara Katong kemudian berinisiatif melawan Ki Ageng Kutu dengan cara tak biasa.
Ia berusaha mendekati putri cantik Ki Ageng Kutu bernama Niken Gandini, dengan diiming-imingi akan dijadikan istri. Bathara Katong memanfaatkan Niken Gandini untuk mengambil pusaka Koro Welang, pusaka pamungkas Ki Ageng Kutu.
Pertempuran berlanjut dan Ki Ageng Kutu menghilang pada hari Jumat Wage di pegunungan daerah Wringinanom Sambit Ponorogo. Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu disebut dengan Gunung Bacin.
Bathara Katong mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.
- Kehidupan Perempuan Cantik Tewas Diduga Dianiaya Anak Anggota DPR, 12 Tahun Tak Pernah Bertemu Anak Demi Mencari Nafkah
- Potret Cantik Indah Putri Indriani Bupati Luwu Utara Saat Terjun ke Lapangan Pakai Kaca Mata Hitam Jadi Sorotan
- Kabut Asap Dampak Karhutla Menggila di Palembang, Penderita ISPA Naik Drastis
- Jarang Tersorot, Ini Potret Cantik Miyako Emi Anak Bungsu Della Puspita
Mendirikan Ponorogo
Pemberian nama Bathara Katong bertujuan agar ia dekat dengan rakyat Wengker (nama sebelum Ponorogo) yang penduduknya mayoritas beragama Budha.
Pasalnya, saat mengalami kesulitan, penduduk Wengker terbiasa menyebut” Duh Bathara……” yang berarti dewa.
Pada tahun 1486, Bathara Katong memerintahkan rakyat membabat alas. Gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus berhasil dikalahkan karena Bantuan warok dan para prajurit Wengker.
Akhirnya pekerjaan membabat hutan berjalan lancar.
Setelah hutan selesai dibabat, bangunan-bangunan didirikan sehingga penduduk pun berdatangan.
Setelah istana kadipaten didirikan, Batara Katong memboyong permaisurinya, Niken Sulastri ke istana kadipaten.
Bathara Katong memberikan nama daerah yang baru saja dibangun dengan sebutan Prana Raga yang berasal dari sebuah Babad legenda "Pramana Raga".
Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. Sehingga daerah ini kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.
Sisi Lain
Selama hidupnya, Bathoro Katong mempunyai lima istri. Terdiri dari Putri Adi Kaliwungu, Putri Bagelen, Putri Pamekasan Madura, Niken Gandini, dan Putri Kuning.
Sosok Bijaksana
Batoro Katong mendirikan pemerintahan dan menyebarkan Islam dengan cara bijaksana. Ia hanya berperang ketika diserang musuh lebih dahulu.
Penguasa Demak sudah mewanti-wanti ia bersabar terhadap watak orang Wengker/Ponorogo yang keras. Untuk meraih hati mereka misalnya perlu medium seperti kesenian.
Dikutip dari Babad Ponorogo, beliau tetap menghormati para Wiku (Biksu Budha) dan Pandita Hindu.
Membangun Ponorogo
Bathara Katong membangun Ponorogo dengan memajukan usaha perdagangan (mendirikan Pasar Pon), memajukan pertanian (menanam tanaman yang hasilnya mahal seperti merica (kelak menjadi desa Mrican dan Sahang di Ngebel), memajukan peternakan (memelihara kerbau, sapi, dan kuda untuk alat transportasi dan pertanian).
Kemudian, mendatangkan para santri dari Demak untuk mengajarkan agama Islam. Bhatara Katong dan Ki Ageng Mirah menciptakan kesenian Jemblungan untuk mengenalkan dasar agama Islam.