Mengenal Mbah Bonto, Wayang Era Kerajaan Mataram yang Disebut Bisa Berubah Wujud
Mbah Bonto atau biasa juga dikenal dengan sebutan Kiai Bonto ialah sebuah wayang kayu peninggalan Kerajaan Mataram yang dikeramatkan oleh masyarakat. Mbah Bonto diyakini sering berubah wujud menjadi siluman macan putih. Ini kisah selengkapnya.
Mbah Bonto atau biasa dikenal dengan sebutan Kiai Bonto ialah sebuah wayang kayu peninggalan Kerajaan Mataram yang dikeramatkan oleh masyarakat. Mbah Bonto diyakini sering berubah wujud menjadi siluman macan putih.
Mbah Jarni, warga Dusun Pakel, Desa Kebonsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim) sudah puluhan tahun menjadi juru kunci Mbah Bonto. Mengutip laman resmi Diperpusip Jatim, sebutan Mbah atau Kiai untuk wayang keramat itu semata-mata sebagai refleksi rasa hormat masyarakat terhadap peninggalan Kerajaan Mataram.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Siapa yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Kapan Jawa Timur meraih penghargaan insentif fiskal? Atas Keberhasilan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendapatkan penghargaan insentif fiskal yang diserahkan langsung Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin kepada Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak mewakil Khofifah, dalam acara Rakornas dan Penyerahan Insentif Fiskal atas Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 2023, di Istana Wapres Jakarta, Kamis(9/11).
-
Mengapa Aming dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Keluarga jadi salah satu faktor terpenting bagi seorang anak. Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Apa yang menjadi sorotan Kantor Berita Amerika tentang OKU Timur? Potensi perikanan terutama kampung patin yang ada di OKU Timur menjadi lirikan dunia Internasional, di mana tim dari Kantor Berita Amerika Associated Press beraudensi dan wawancara bersama Bupati OKU Timur H Lanosin ST, Senin 24 Juli 2023 di Ruang Budensi Bupati OKU Timur.
-
Siapa yang menyatakan bahwa masyarakat Jawa Timur memiliki karakteristik khusus? Menurut Mohammad Noer, masyarakat Jawa Timur dinamis, agresif dan memiliki karakteristik khusus. "Agar diterima menjadi pimpinan di Provinsi Jawa Timur maka harus mau melayani rakyat, tahu menempatkan diri serta mampu mengayomi rakyat," ujarnya, dikutip dari laman resmi disperpusip.jatimprov.go.id.
Sehari-hari, wayang tersebut berada di rumah Musiman, seorang mantan perangkat desa setempat. Mbah Bonto tersimpan dalam kotak kayu bersama dua wayang lainnya. Konon, kedua wayang itu disebut-sebut sebagai patih Mbah Bonto.
Satu di antaranya, selintas terlihat sebagai Pragata, salah satu tokoh pewayangan. Sementara yang lain seperti tokoh Buto. Sedangkan sosok Mbah Bonto mirip dengan tokoh Semar, salah seorang punakawan dalam dunia pewayangan.
Menjelma Jadi Macan Putih
Diceritakan dalam Majalah Liberty edisi 2223 tahun 2005, Mbah Bonto ada kalanya menjelma jadi macan putih. Beberapa kali warga setempat melihatnya.
“Macan jelmaan Mbah Bonto ukurannya besar sekali, tidak seperti umumnya macan-macan dalam dunia nyata,” ujar salah seorang warga. Ia juga mengaku jantungnya seperti hendak copot saat pertama kali melihatnya.
Sementara itu, Mbah Jarni menceritakan bahwasanya profesi sebagai juru kunci diwariskan turun-temurun. Ia sendiri merupakan generasi ketiga, setelah sebelumnya posisi sebagai juru kunci Mbah Bonto diemban oleh kakek dan ayahnya.
“Menurut wasiat dari almarhum kakek saya, jatah keluarga kami menjadi juru kunci Mbah Bonto sampai generasi ke sembilan,” ujarnya.
Jarni sendiri mengaku tidak tahu bagaimana nasib Mbah Bonto setelah regenerasi juru kunci di keluarganya usai. Sementara kakek dan ayahnya juga tidak memberitahunya.
“Ya mungkin nanti akan ada wangsit, bagaimana nantinya Mbah Bonto,” imbuhnya.
Didatangi Banyak Orang
Terkait Mbah Bonto yang berubah wujud menjadi macan putih, Mbah Jarni mengaku beberapa kali pernah menyaksikannya.
“Hampir setiap kali saya butuhkan, Mbah Bonto akan menemui saya dalam wujudnya sebagai macan putih yang besar sekali,” ungkapnya serius.
Keberadaan Mbah Bonto dikenal banyak orang dari berbagai daerah. Banyak di antara mereka datang sebagai upaya spiritual. Mereka juga membawa bermacam-macam keinginan. Di sinilah peran Jarni, ia mengomunikasikan ragam permohonan para pencari berkah yang datang kepada Mbah Bonto dengan ritual sederhana.
“Tetapi, penampakkan Mbah Bonto dalam jelmaannya sebagai macan putih, tak terkait dengan peristiwa tertentu,” tegas Mbah Jarni.
Benda Keramat Kerajaan Mataram
©2021 Merdeka.com/jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id
Keberadaan Mbah Bonto ternyata ada kaitannya dengan gong pusaka Kiai Pradah di Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sotojayan, Kabupaten Blitar. Kedua benda keramat itu sama-sama berasal dari Kerajaan Mataram era abad 17-an. Keberadaannya di Blitar berkaitan dengan satu peristiwa suksesi di kerajaan tersebut.
Dalam legenda disebutkan bahwa Paku Buwono I merupakan adik lain ibu dari Pangeran Prabu. Penobatan sang adik sebagai raja membuat hati Pangeran Prabu sangat kecewa. Kekecewaan itu membangkitkan keinginannya menggalang kekuatan untuk melakukan kudeta. Sayangnya, sebelum keinginan tersebut terlaksana, raja mencium rencana buruk sang pangeran.
Dianggap membahayakan kedudukan raja, Pangeran Prabu pun diusir dari kerajaan untuk menjalani hukuman pembuangan. Ia pun menjalani hukuman tersebut dengan sifat kesatrianya.
Tetapi sebelum meninggalkan Mataram, Pangeran Prabu pergi ke Glagah Wangi (Demak) untuk berguru ke Kiai Tunggul Manik. Sang guru itulah yang memberikan gong pusaka dan wayang kayu kepada Pangeran Prabu.
Disucikan dengan Air Kembang
Dalam pengembaraannya menjalani hukuman pembuangan, Pangeran Prabu bersama istri dan abdi setianya sampai di kawasan Blitar Selatan. Satu ketika, saat bertapa di Hutan Lodoyo yang masih lebat dan wingit, seorang abdi setianya yang bernama Ki Amat Tariman mencarinya dengan memukul-mukul Gong Kyai Pradah.
Sesaat setelah gong dipukul, tiba-tiba muncul beberapa ekor macan mengerubutinya. Peristiwa itulah yang melatarbelakangi kepercayaan masyarakat bahwa Gong Kiai Pradah bisa menjelma menjadi macan putih, sebagaimana halnya dengan wayang kayu Mbah Bonto.
Berdasarkan wasiat Pangeran Prabu, penyucian Gong Kiai Pradah dan Mbah Bonto dilakukan dengan siraman air kembang setaman. Penyucian dilakukan setiap 12 Maulid dan 1 Syawal menurut kalender Islam.
Sementara itu, air bekas penyucian benda keramat itu disebut memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit serta membuat seseorang awet muda.
Hingga kini, setiap kali dihelat upacara adat siraman Kiai Pradah di Kelurahan Kalipang dan siraman Mbah Bonto di Desa Kebonsari, antusiasme masyarakat yang ingin ngalab berkah selalu tampak meluap-luap.