Mengunjungi Pasar Tradisional di Pelosok Gunung Ponorogo, Lokasinya Terpencil dengan Suasana Tempo Dulu
Pasar Keluh letaknya begitu terpencil di pelosok desa Ponorogo. Suasana tempo dulu begitu terasa saat berkunjung ke pasar tersebut.
Walaupun tempat tinggal mereka berada di daerah pelosok pegunungan, namun warga Desa Binade, Kecamatan Slahung, Ponorogo, tidak perlu khawatir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada hari-hari tertentu, para pedagang berkunjung ke desa mereka dan menjadikannya semacam pasar tiban. Warga menyebutnya dengan Pasar Keluh.
Biasanya warga Desa Binade datang ke Pasar Keluh dengan berjalan kaki. Walaupun mereka harus berjalan kaki, tapi banyak warga desa yang rela berbelanja di pasar itu. Tak hanya berbelanja, di pasar itu pula mereka tampak saling berinteraksi dengan akrabnya.
-
Kapan Pasar Dondong ramai pengunjung? Suami dari Ibu Martini mengatakan kalau Pasar Dondong ramai pada musim-musim tertentu. Dulu pasar itu bisa ramai sampai jam 9 pagi. Tapi sekarang jam 7 pagi pasar itu sudah sepi.
-
Di mana Pasar Grosir Ngronggo terletak? Terakhir, Zanariah mengingatkan karena posisi pasar baru ini di tepi jalan besar besar, maka pastikan akses ke pasar bagian selatan juga diperhatikan.
-
Apa yang dilakukan Bulog di Pasar Johar Karawang? Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam keterangannya menegaskan, pihaknyasudah menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 200 hingga 300 ton per hari ke Pasar Johar Karawang.
-
Kapan Pasar Wisata Tawangmangu diresmikan? Pada tanggal 8 Maret 2009, bangunan baru Pasar Wisata Tawangmangu diresmikan.
-
Kenapa Pasar Grosir Setono dibangun? Pada awalnya pasar itu dibangun untuk menampung pengusaha kecil dan menengah untuk memasarkan produksi batik di Kota Pekalongan karena sebelumnya produksi batik Pekalongan banyak dijual di luar kota.
-
Bagaimana ciri khas bakwan Pontianak di Pasar Ramadan Kebon Kacang? Ukurannya lebih besar, dengan tekstur yang lebih padat dan gemuk menjadi ciri khasnya. Uniknya, bakwan Pontianak ini memiliki isian berupa udang, rebon dan ikan teri.
Lantas seperti apa suasana pasar di pelosok desa Ponorogo ini? berikut selengkapnya:
Hanya Buka Lima Hari Sekali
Dikutip dari kanal YouTube Jejak Richard, Pasar Kelung hanya buka setiap hari pasaran Legi. Karena hanya buka lima hari sekali, begitu dibuka warga langsung menyerbu pasar itu.
Tak hanya berbelanja, bahkan ada juga warga sekitar yang memanfaatkan pasar itu untuk berjualan. Tampak dalam kanal YouTube Jejak Richard, seorang perempuan tua menggendong barang jualannya dengan wadah besar yang terbuat dari bambu.
Perempuan tua itu menjual tempe. Ia membungkus jualannya dengan daun pisang yang telah mengering.
Sensasi Suasana Tempo Dulu
Suasana di Pasar Keluh terasa berbeda dibanding pasar-pasar pada umumnya. Nuansa tempo dulu begitu kental, apalagi banyak warga yang datang berkunjung tidak mengendarai kendaraan bermotor. Penjualnya didominasi oleh ibu-ibu berusia lanjut.
- Lokasinya Diapit Tiga Kabupaten, Begini Uniknya Pasar Tradisional Puhpelem Wonogiri
- 10 Tempat Wisata Ponorogo Paling Populer dan Wajib Dikunjungi Saat Libur Tiba
- Melihat Keunikan Pasar Kuno di Pedalaman Gunung Gajah, Terpencil dan Punya Akses Jalan Terjal Menanjak
- Mengunjungi Pasar Legendaris Grosir Setono, Pusat Jual Beli Batik di Pekalongan sejak 1941
Tak hanya itu, kuliner jadul tempo dulu juga bisa diperoleh di pasar tersebut. Salah satunya adalah Pecel Tiwul yang jarang dijumpai di tempat lain.
Selain itu ada juga perempuan lanjut usia yang menjual kacang gude. Dia bernama Mbah Katiyem. Berdasarkan keterangan warga, Mbah Katiyem tidak memiliki pendengaran yang baik.
“Ini harganya Rp6.000. disayur bisa, dibuat apa saja bisa,” kata Mbah Katiyem dikutip dari kanal YouTube Jejak Richard.
Tempat Berburu Oleh-Oleh
Banyak kuliner di Pasar Keluh yang bisa menjadi oleh-oleh buat keluarga di rumah. Salah satunya adalah rujak petis yang dijual Ibu Harti. Satu porsi rujak petis dihargai Rp5.000. Selain rujak petis, Ibu Harti juga menjual gorengan dan es dawet. Satu gelas es dawet ukuran besar dapat dinikmati dengan harga Rp2.500.
“Di sini memang lumayan ramai. Soalnya lokasinya di tengah-tengah. Di selatan sana sudah masuk Pacitan, kalau di sini masih masuk Ponorogo,” kata Ibu Harti. Mengenai harga jualannya yang nilainya cukup murah, Ibu Harti mengaku hanya mengambil untung sedikit.
Memasuki pukul 8 pagi, kondisi pasar mulai sepi. Para warga berbondong-bondong pulang ke rumah masing-masing.