Miris Lihat Kesengsaraan Rakyat di Berbagai Daerah, Dokter Ini Memutuskan Beri Pengobatan Gratis untuk Pasiennya
Semasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat
Semasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat
Miris Lihat Kesengsaraan Rakyat di Berbagai Daerah, Dokter Ini Memutuskan Beri Pengobatan Gratis untuk Pasiennya
dr. Soetomo lebih dikenal sebagai sosok yang berkiprah pada bidang pergerakan politik dan pendidikan. Statusnya sebagai dokter justru tak banyak dibicarakan orang. Padahal konstribusi dr. Soetomo di bidang kesehatan juga luar biasa.
-
Bagaimana dr. Soetomo menunjukan rasa empati kepada rakyat? Mengutip situs library.pppkpetra.ac.id, dr. Soetomo tidak pernah meminta bayaran sepeserpun dari pasien yang ia rawat. Ia membantu siapapun yang membutuhkan bantuannya dengan rasa tulus ikhlas.
-
Kenapa dr. Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Apa yang menjadi rahasia kelezatan Soto Podjok Kediri? Adapun kunci utama kelezatan soto tersebut terletak pada bumbunya yang dibuat secara unik. Rukmini menciptakan bumbu rahasia dari campuran rempah yang dihaluskan dan disatukan lalu didiamkan selama enam bulan. Dalam bumbu yang didiamkan lama, cita rasa rempahnya akan bertambah lezat.
-
Kapan dokter Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Bagaimana Soekarno membakar semangat jiwa muda melalui kata-kata bijaknya? Kata-kata bijak Soekarno tentang perjuangan bisa digunakan untuk pemicu semangat, terutama di bulan kemerdekaan.
-
Siapa yang menulis kesan terhadap Tirto Adhi Soerjo dalam artikel "Mangkat"? Seorang anak didik Tirto Adhi Soerjo lainnya, Mas Marco Kartodikromo, menulis kesan terhadap gurunya itu melalui artikel bertajuk "Mangkat" yang dimuat di surat kabar Djawi Hisworo edisi 13 Desember 1918.
Kesengsaraan Rakyat
Lulus pendidikan dokter dari STOVIA, pada tahun 1917 Soetomo pulang ke kampung halamannya di Ngepeh, Kabupaten Nganjuk.
Beberapa saat kemudian, ia memulai kariernya sebagai dokter di Semarang. Kemudian, dipindahkan ke Tuban, lalu ke Lubuk Pakam dan terakhir di Malang.
Mengutip situs resmi Dispusip Pekanbaru, selama berpindah-pindah tempat bertugas. Seotomo menyaksikan kesengsaraan rakyat hampir di segala penjuru wilayah Indonesia.
Dokter Spesialis
Mengutip Instagram @musea.surabaya, Soetomo merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin. Ia punya kontribusi besar menangani wabah lepra di Kota Surabaya dengan memberikan pengobatan gratis di kliniknya.
Saat itu, dr. Soetomo meminta masyarakat pribumi yang tidak mampu membayar biaya pengobatan di Rumah Sakit Umum Simpang/Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (sekarang Delta Plaza), menuju kliniknya di Simpang Dukuh 12 untuk mendapatkan pengobatan gratis.
Sementara itu, pasien yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran. Bahkan, dokter Soetomo memberi mereka uang untuk membeli obat.
Tingginya rasa empati pada diri Soetomo membuat ia bersedia membantu siapapun yang membutuhkannya.
Jurnal Kesehatan
Selain mengobati orang, Soetomo juga menerbitkan buku atau jurnal medis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Surabaya tentang bahaya penyakit kulit dan kelamin.
Kumpulan jurnal kesehatan yang di tulis Soetomo dan asistennya Soetopo mengenai perjuangan melawan penyakit Lepra tersebut kini jadi koleksi di Museum dr. Soetomo Surabaya.