Momen Penyucian Keris Pusaka Kerajaan Karangasem, Dicuci Pakai Air Kelapa hingga Air Laut
Menyucikan keris pusaka hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu.
Menyucikan keris pusaka hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu.
Momen Penyucian Keris Pusaka Kerajaan Karangasem, Dicuci Pakai Air Kelapa hingga Air Laut
Penyucian Keris
Tidak sembarangan orang bisa menyucikan keris pusaka peninggalan Kerajaan Karangasem. Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan oleh sulinggih.
Pada Sabtu (27/7/2024), sulinggih di Puri Karangasem menggelar upacara Tumpek Landep, menyucikan keris pusaka. Salah satu keris yang disucikan bernama Ki Baru Upas milik Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Selain keris warisan sang raja, ada 11 keris lain yang disucikan.
- Pilu Warga Karawang Tak Bisa Mandi hingga Cuci Beras karena Air Bendungan Tercemar Limbah, Warna Berubah Hitam Pekat dan Berbau
- Mengunjungi Sendang Tirto Kamandanu, Sumber Air Warisan Raja Jayabaya yang Tak Pernah Kering, Konon Bisa Obati Segala Penyakit
- Cegah Kemacetan Mudik, Korlantas Minta Perlintasan Sebidang Tanpa Palang Pintu Diperhatikan
- Bak Serpihan Surga, Curug Uci di Garut Suguhkan Pemandangan Air Terjun Bertingkat yang Eksotis
Proses penyucian keris dilakukan sesuai tahap dan aturan yang sudah ditetapkan adat. Sulinggih harus membersihkan keris menggunakan air yang disucikan, terdiri dari air kelapa, air laut, air kelebutan, dan air kumkuman.
Nama Keris Pusaka
Sebanyak 12 keris warisan raja terakhir Karangasem ini memiliki nama berbeda-beda. Selain Ki Baru Upas, ada Bedawang Nala, Ki Mumbul, Sekar Gadung, Segara Winotan, Jaga Satru, Sekar Tanjung, Ki Baru Leak, Ki Selingsing, Ki Rengit, dan Ki Baju Rante.
Berkumpul
Pada momen upacara Tumpek Landep, seluruh keluarga Kerajaan Karangsem berkumpul di Puri Karangasem untuk mengikuti prosesi penyucian keris pusaka sejak awal hingga akhir.
"Keris-keris ini peninggalan raja terakhir Karangsem. Ki Baru Upas itulah pusaka pegangan Raja Karangasem," jelas Penglingsir Puri Karangasem, Anak Agung Bagus Parta Wijaya, dikutip dari YouTube Liputan6.
Setelah proses penyucian selesai, sulinggih menggelar upacara pemujaan dan diakhiri dengan persembahyangan bersama.
Filosofi
Mengutip laman Pemprov Bali, Tumpek Landep memiliki sejumlah filosofi.
1. Tonggak Penajaman Citta, Budhi, dan Manah: Tumpek Landep memiliki makna sebagai tonggak
penajaman citta (perasaan), budhi (pikiran), dan manah (hati). Hal ini mengajarkan umat Hindu selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai spiritual.
2. Memilih yang Baik dan Menjauhi yang Buruk: umat Hindu harus mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk dalam hidup mereka. Hal ini menciptakan kesadaran akan nilai-nilai moral dan etika.
3. Mulat Sarira/Introspeksi Diri: Tumpek Landep juga menjadi tonggak untuk introspeksi diri. Umat Hindu di Bali memaknai sebagai upaya memperbaiki karakter dan perilaku mereka agar lebih selaras dengan ajaran agama.
4. Mengasah Ketajaman Pikiran: Tumpek Landep berarti mengasah ketajaman pikiran dan menyucikan
benda-benda tajam.