Pernah Jual Kerupuk hingga Kuli Panggul saat Kecil, Pemuda Surabaya Kini Jadi Bos Lobster Omzetnya Rp100 Juta per Bulan
Berawal dari budi daya lobster di dalam kamar berukuran 3 x 3 meter, ia kini jadi bos lobster di Surabaya.
Berawal dari budi daya lobster di dalam kamar berukuran 3 x 3 meter, ia kini jadi bos lobster di Surabaya.
Pernah Jual Kerupuk hingga Kuli Panggul saat Kecil, Pemuda Surabaya Kini Jadi Bos Lobster Omzetnya Rp100 Juta per Bulan
Sebagian anak beruntung karena dilahirkan dalam kondisi keluarga dengan perekonomian cukup. Sebagian anak lainnya harus turut bekerja keras membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti yang dialami Saiful.
- Ingin Suplai Lobster ke Pasar Global, KKP Bakal Terbitkan Sertifikasi Budi Daya Ikan yang Baik
- Diupah Rp20 Juta, Dua Pria Nekat Kirim 99.250 Benih Lobster ke Vietnam
- Penyelundupan Benih Bening Lobster Marak di Berbagai Daerah, Pelaku Saling Berkaitan?
- Mencicipi Udang Selingkuh, Lobster Air Tawar dari Papua Hasil Perselingkuhan Udang dan Kepiting
Masa Kecil
Saat duduk di bangku sekolah dasar (SD), Saiful berangkat ke sekolah membawa kerupuk dagangan ibunya. Ia menawarkan kerupuk ke kantin sekolah dan beberapa toko lain.
"Diejek temen-temen itu, mereka meneriaki anak kerupuk-anak kerupuk," ungkap Saiful, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Ia akhirnya menjadi kuli panggul ikan di Pasar Pabean, Kota Surabaya. Profesi ini ia jalani sekitar dua tahun lamanya.
"Pagi sekolah, baru jam 9 malam kerja jadi kuli ikan. Baru tidur setelah subuh, itu pun cuma sebentar," ujar Saiful. Kerja Keras sejak Kecil
Didikan Ibu
Sejak sang ayah meninggal, praktis ibu Saiful jadi tulang punggung keluarga. Ibunya menghidupi keluarga dengan berjualan kerupuk matang. Meski kondisinya serba terbatas, sang ibu mendidik Saiful untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Cobaan kembali dirasakan Saiful saat ibunya terserang stroke. Saat itu, Saiful masih duduk di bangku SMA. Sejak saat itu, ia terbiasa menghidupi dirinya sendiri dan sang ibu dengan melakukan berbagai pekerjaan.
Selama kuliah, Saiful bekerja sebagai driver ojol, mengajar Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), dan lain sebagainya. Ia membiayai kuliah dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
Selain itu, ia juga rutin mengantar ibunya berobat dan kontrol kesehatan ke rumah sakit.
"Hampir semua rumah sakit di Surabaya pernah saya datangi (untuk kontrol kesehatan ibu)," katanya.
Berawal dari Sepetak Kamar
Sejak kecil Saiful suka dengan dunia air dan perikanan. Hal ini mendasarinya mencoba peruntungan budi daya lobster air tawar pada tahun 2017 silam. Saat itu, ia masih berstatus sebagai mahasiswa salah satu kampus swasta di Surabaya.
la memulai budi daya lobster di dalam kamar berukuran 3 x 3 meter. Keputusannya belajar budi daya lobster di dalam kamar membuat heran keluarga besarnya.
"Saya beli 100 ekor bibit lobster, yang berhasil hidup hanya 15 ekor," kata Saiful.
Sebanyak 15 ekor lobster itu ia rawat dengan telaten. Dari situ, budi daya lobster yang ia jalankan semakin berkembang.
"Saya itu pagi kerja, baru malam setelah pulang kerja packing pesanan lobster. Waktu tidur bisa dibilang sangat sedikit," imbuh bapak satu anak ini.
Kerja keras itu terjawab hari ini. Omzet penjualan lobster milik Saiful terus meningkat. Dari yang awalnya hanya Rp2 juta, naik menjadi Rp35 juta, kini bahkan tembus Rp100 juta per bulan.
Selain membudidayakan lobster secara mandiri, Saiful juga memberlakukan konsep kemitraan. Hingga Maret 2024, ia sudah memiliki 1.000 mitra yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.