Sejarah Sinterklas Hitam 5 Desember 1957, Diusirnya Belanda dari Indonesia
Dilatarbelakangi oleh perundingan alot antara Indonesia dan Belanda soal wilayah Irian Barat, peristiwa Sinterklas Hitam pun terjadi secara tak terelakkan pada 5 Desember 1957. Presiden Sukarno rupanya adalah orang yang melarang perayaan ini berlangsung, disusul dengan perintah pengusiran seluruh warga Belanda.
Dilatarbelakangi oleh perundingan alot antara Indonesia dan Belanda soal wilayah Irian Barat, peristiwa Sinterklas Hitam pun terjadi secara tak terelakkan pada 5 Desember 1957. Pesta Sinterklas adalah tradisi tahunan Belanda menjelang hari Natal. Pada hari ini, anak-anak Belanda dan anak bangsawan akan merayakannya dengan saling bertukar hadiah.
Sebagai daerah kolonial Belanda, tradisi Pesta Sinterklas masuk juga ke Indonesia. Selalunya, Pesta Sinterklas berlangsung meriah dan penuh sukacita terutama di Batavia. Namun berbeda dengan tahun 1957, di mana pada tahun inilah tradisi Pesta Sinterklas di Indonesia berakhir.
-
Apa itu jamak taqdim? Jamak Taqdim yaitu menggabungkan dua sholat dengan cara mengerjakannya di waktu sholat yang pertama.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kapan calon jamaah haji plus berangkat? Dalam hal waktu tunggu, periode untuk haji plus biasanya lebih singkat dibandingkan haji reguler.Akibatnya, biaya untuk program haji plus cenderung lebih tinggi.
-
Siapa Panglima Jukse Besi? Andi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Apa bentuk nisan makam Kyai Jatikusumo? Dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia, bentuk nisan makam Kyai Jatikusumo merujuk era akhir 1400-an hingga 1500-an pertengahan. Makamnya berbentuk bangun persegi dengan bahu yang tinggi hingga mendekati mustaka atau kepala nisan.
Presiden Soekarno rupanya adalah orang yang melarang perayaan ini berlangsung pada 5 Desember 1957 silam. Pelarangan pesta bahkan disusul dengan pengusiran warga Belanda dari Tanah Air beserta seluruh keturunannya, sebagai akibat dari memanasnya hubungan politik Indonesia dengan Belanda.
Perintah pelarangan dan pengusiran ini lantas dikenal dengan nama Sinterklas Hitam.
Imbas Konflik Atas Irian Barat
"Sinterklas Hitam" diterjemahkan dari bahasa Belanda Zwarte Sinterklaas, adalah peristiwa yang terjadi pada 5 Desember 1957, yaitu hari sebelum perayaan Sinterklas.
Mengutip buku A History of Modern Indonesia Since C.1200 karya Merle Calvin Ricklefs, pada saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Kementerian Hukum Indonesia mengeluarkan surat pengusiran kepada 46 ribu orang Belanda agar segera angkat kaki dari Indonesia.
Pada saat itu, Belanda tak mau melepaskan genggamannya terhadap wilayah Irian Barat kepada Indonesia. Kemarahan Soekarno pun semakin membesar lantaran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan Irian Barat masuk ke wilayah kekuasaan Belanda pada 29 November 1957.
Hasil dari kemarahannya tersebut, Presiden Soekarno pada 5 Desember 1957 mengultimatum seluruh warga Belanda di Indonesia dan melarang mereka merayakan tradisi Sinterklas. Menurut Soekarno, puluhan ribu orang Belanda baik yang keturunan ataupun tidak, tetap berbahaya saat sengketa Irian Barat tersebut.
Atas dasar inilah mereka harus angkat kaki dari Indonesia. Sehingga setelah perintah dikeluarkan, terjadi proses kepulangan warga Belanda kembali ke negaranya yang berlangsung secara bertahap.
Melebarnya Sikap Anti Belanda di Tanah Air
Konflik atas Irian Barat menyebabkan adanya sikap anti-Belanda di Tanah Air. Sikap anti Belanda ini akhirnya menjalar dan melebar hingga ke seluruh daerah di Indonesia.
Setelah sebulan penuh suasana anti-Belanda yang ikut dikobarkan oleh presiden Soekarno, pada 5 Desember 1957 itu para warga Belanda akhirnya dinyatakan "berbahaya bagi negara" dan diserukan untuk segera meninggalkan Indonesia.
Demonstrasi anti-Belanda juga terjadi di mana-mana, disertai teriakan "Usir Belanda". Tembok-tembok tiap kota penuh dengan tulisan seruan pengusiran warga Belanda. Perusahaan-perusahaan Belanda yang ada pun dinasionalisasi, dibarengi dengan gerakan massa ini.
Sebanyak hampir 50.000 orang Belanda meninggalkan Indonesia pada bulan-bulan berikutnya. Hubungan ekonomi kedua negara ini putus, dan pada 17 Agustus 1960 hubungan diplomatis juga dihentikan.
Bagi warga Belanda, 5 Desember 1957 seharusnya berjalan meriah dan penuh sukacita seperti tradisi sejak ratusan tahun lalu. Namun, pada tahun itu berubah menjadi kelabu, muram, dan mencekam. Tak ada nyanyian, tawa anak-anak, arak-arakan, apalagi acara bertukar kado.
Saat itu warga Belanda takut keluar rumah dan lebih memilih bersiap-siap mengemasi barang-barangnya untuk segera pergi dari Indonesia. Sehingga peristiwa itu dikenang dengan sebutan "Zwarte Sinterklaas" atau Sinterklas Hitam.