Peristiwa Soekarno dan Sinterklas Hitam, Bikin Belanda Ketakutan
Sinterklas Hitam adalah peristiwa di mana Sukarno melarang adanya Pesta Sinterklas dan mengusir orang-orang Belanda
Sinterklas Hitam adalah peristiwa di mana Sukarno melarang adanya Pesta Sinterklas dan mengusir orang-orang Belanda dari Indonesia pada 1957. Peristiwa ini dilatarbelakangi adanya konflik perebutan Irian Barat antara Indonesia dan Belanda.
Seperti ditahui, Sinterklas atau Santa Claus merupakan sosok pria berbaju merah putih, berbadan berisi, dan berjenggot putih kerap kali hadir saat perayaan Natal untuk membagikan hadiah kepada anak-anak. Pesta Sinterklas sendiri masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Belanda.
-
Kenapa Soeharto jadi tentara Belanda? Menjadi serdadu kolonial saat itu bukanlah masalah ideologis atau pengabdian kepada Ratu Belanda, tetapi kepada soal perut. Bagi para pemuda pribumi miskin, menjadi serdadu kolonial adalah pilihan untuk lepas dari kemelaratan hidup di desa.
-
Apa nama asli Soekarno? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno.
-
Dimana Soekarno dipenjara? Di tahun 1929, orator ulung itu sempat ditawan Belanda karena gerakan pemberontakannya terhadap kolonialisme di Partai Nasional Indonesia (PNI).Ia diculik pasukan kolonial dan dijebloskan ke sebuah penjara kuno di Jalan Banceuy, bersama tiga tokoh lain, yakni R. Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI), Maskoen Soemadiredja (Sekretaris II PNI Bandung), dan Soepriadinata (Anggota PNI Bandung).
-
Kenapa Syarif Kasim II ditakuti Belanda? Sejak terpilihnya Syarif Kasim II sebagai Sultan Kerajaan Siak, pihak pemerintah Hindia Belanda justru merasa ketar-ketir. Sosoknya pun cukup terang-terangan dalam melawan dan menentang segala bentuk penjajahan.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
-
Siapa panglima perang yang ditakuti Belanda? Guru Somalaing Pardede merupakan panglima yang dianggap penjajah Belanda paling ditakuti dan salah satu yang terkuat.
Biasanya, pesta ini dirayakan setiap 5 Desember.Di Indonesia sendiri, orang-orang Belanda itu selalu merayakan Pesta Sinterklas dengan meriah, terutama di Batavia (kini Jakarta).
Biasanya, pesta ini dimulai dengan Sinterklas yang tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kemudian, Sinterklas memulai perjalanan keliling kota dalam iring-iringan yang meriah.
Kedatangannya disambut dengan hangat di Gedung Societeit Harmoni, yang telah didekorasi khusus untuk acara tersebut. Di sana, anak-anak Belanda berkumpul menanti kehadirannya.
Hampir semua kantor dan perusahaan mengadakan acara Sinterklas bagi anak-anak para pegawainya.Namun, pada 1957, tradisi Pesta Sinterklas di Indonesia tidak ada.
Melarang Sinterklas
Presiden Soekarno secara resmi melarang perayaan tersebut pada 5 Desember 1957. Pelarangan ini disertai dengan pengusiran warga Belanda beserta keturunannya dari Indonesia.
Langkah ini dikenal dengan sebutan "Sinterklas Hitam," yang menjadi simbol memanasnya hubungan politik antara Indonesia dan Belanda, terutama terkait sengketa wilayah Irian Barat.
Pada saat itu, Belanda menolak menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia meskipun Indonesia telah merdeka. Ketegangan memuncak setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 29 November 1957 memutuskan bahwa Irian Barat tetap berada di bawah kekuasaan Belanda.
Keputusan ini memicu kemarahan Presiden Soekarno, yang melihat warga Belanda di Indonesia sebagai ancaman bagi negara.
Akibatnya, Soekarno mengeluarkan ultimatum untuk melarang budaya Belanda, yakni perayaan Sinterklas, nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, dan memerintahkan seluruh warga Belanda meninggalkan Indonesia.
Orang Belanda Ketakutan
Saat itu, 5 Desember 1957 tidak ada lagi perayaan, nyanyian, tawa anak-anak, dan Sinterklas. Sebaliknya, suasana menjadi suram dan penuh ketegangan.
Banyak orang-orang Belanda yang takut keluar rumah karena Demonstrasi anti-Belanda merebak di seluruh negeri, disertai slogan ‘Usir Belanda’ yang ditulis di tembok-tembok kota.
Proses pengusiran ini berlangsung secara bertahap, dengan hampir 50.000 warga Belanda meninggalkan Indonesia.Peristiwa ini dikenal sebagai Zwarte Sinterklaas atau Sinterklas Hitam, yang menggambarkan konflik politik Indonesia-Belanda pada masa itu.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti