Sempat Ingin Jadi ASN, Perempuan Muda Asal Banyuwangi Kini Justru Ketagihan Jadi Petani Jamur
Jamur membuat Anggi jatuh cinta berkali-kali dan membuatnya melupakan cita-citanya menjadi guru.
Anggi Aptiningsih, perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur tertarik dengan budi daya jamur sejak masih duduk di bangku Sekolah Menangah Atas (SMA). Saat itu, ia bahkan nekat melakukan budi daya jamur secara kecil-kecilan di kamar mandi rumahnya.
Lulus SMA, Anggi sempat galau antara dua pilihan bekerja atau kuliah. Meski demikian, ia akhirnya bisa menjalani keduanya.
- Penampakan Dua Guru Ngaji di Bekasi Pelaku Pencabulan Tiga Santriwati
- Disambut Meriah, Kirab Pataka Jer Basuki Mawa Beya Tiba di Banyuwangi
- Petaka Cinta Sesama Jenis, Pria Tewas di Asrama Akper Tapanuli Utara Diduga Dibunuh Pasangannya
- Ajakan Rujuk Ditolak, Pria di Palembang Mengamuk Tikami Mantan Istri dan Calon Suaminya
“UT (Universitas Terbuka) kan kuliahnya cuma hari Sabtu dan Minggu, jadi saya bisa sambil kerja,” ujar Anggi, dikutip dari YouTube PecahTelur, Senin (23/9/2024).
Selama kuliah, Anggi pernah menjalani pekerjaan di sejumlah bidang. Mulai dari bekerja di toko cat hingga Indomaret. Istilah muda foya-foya, tua kaya raya tak mencerminkan kehidupan Anggi.
Selama kuliah, Anggi menabung gaji yang didapatkannya dari bekerja. Tabungan inilah yang akhirnya membuat dia bisa merintis bisnis budi daya jamur sendiri seusai lulus kuliah.
Merintis Bisnis
Seusai lulus kuliah, Anggi yang dulu bercita-cita jadi Aparatur Sipil Negara (ASN) justru berbelok tujuan. Bekerja sebagai buruh di berbagai bidang bisnis membuat dia semakin mantap untuk menjadi pebisnis.
Anggi pun mencari informasi mengenai peluang pasar jamur tiram di Kabupaten Banyuwangi. Pada 2020, berbekal uang tabungannya, Anggi mencoba melakukan budi daya jamur sendiri.
“Awalnya gagal total, terus saya belajar ke beberapa petani dan ternyata setiap petani (jamur) itu memiliki komposisi sendiri-sendiri untuk membuat baglog. Dari situ saya belajar, akhirnya kegagalannya mulai berkurang,” tutur Anggi.
Buah Manis
Anggi menceritakan ia membutuhkan modal sekitar Rp15 juta untuk merintis bisnis budi daya jamurnya. Selain modal sendiri, Anggi juga mengikuti program pemerintah pusat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.
“Saya ikut program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) Kementan dan program Jagoan Tani Banyuwangi. Dapat bantuan Rp40 juta dari program YESS,” ungkap Anggi.
Kini, Anggi bisa meraup omzet hingga Rp10 juta per bulan dari bisnis budi daya jamur. Menurut dia, kunci keberhasilan budi daya jamur terletak pada konsistensi, sterilisasi, serta pemilihan bibit berkualitas.