Terlilit Utang Cicilan Motor, Pria Paruh Baya Pilih Resign Bekerja dan Kini Sukses Jual Teh Tarik
Kehidupannya yang memprihatinkan itu membuat Kuswara bertekad untuk keluar dari jeratan utang dan riba.
Perjalanan hidup seorang pengusaha di daerah Rancaekek, Bandung, Jawa Barat sangat menginspirasi. Dia berhasil merintis usaha Teh Tarik Hanaang dan sukses di usia yang tidak produktif lagi.
Namnya adalah H. Kuswara. Pria paruh baya ini merupakan mantan karyawan yang sudah bekerja kurang lebih selama 36 tahun. Penghasilan Kuswara pada saat itu tidak sebanding dengan pengeluarannya. Hal tersebut membuat kondisi finansialnya mulai tidak stabil hingga menyebabkan dirinya terlilit utang.
"Waktu itu beli motor kredit, akhirnya nyicil pun susah dan utang numpuk. Ada lagi yang nawarin kartu kredit, gagah lah saya kalau belanja pakai kartu kredit. Eh, ternyata bulanannya ngga ketutup dan bunganya lumayan gede," kata Kuswara dalam tayangan YouTube @fokusinajaofficial.
Kehidupannya yang memprihatinkan itu membuat Kuswara bertekad untuk keluar dari jeratan utang dan riba. Berbekal ide serta peluang yang ada, Kuswara dan istri akhirnya memutuskan untuk merintis usaha Teh Tarik Hanaang untuk menutup utang-utang yang ada.
Semakin hari kebutuhan hidup semakin banyak, terutama kebutuhan biaya pendidikan untuk kedua anak Kuswara. Berkat adanya referensi bisnis minuman dari kerabatnya, Kuswara belajar merintis usaha dengan membuat minuman segar teh tarik.
Di samping usahanya dalam merintis bisnis, Kuswara tetap bekerja sebagai karyawan untuk menambah modal usahanya.
"Sambil bekerja, sambil kita produksi teh tarik berdua sama istri," terang Kuswara.
Produksi Awal
Awalnya, Kuswara hanya membeli bahan baku produksi dalam jumlah kilo-an saja, namun dalam 2 tahun berjalan akhirnya pemenuhan bahan baku mencapai jumlah karungan serta drum.
"Grosir itu sampai ngga bisa melayani lagi karena sudah kewalahan. Akhirnya saya cari tempat yang paling besar, seperti penyuplai gula," jelas Kuswara.
Berkat kegigihan Kuswara, usaha dengan modal awal Rp5 juta itu semakin berkembang hingga Kuswara memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Dirinya lebih memilih untuk berfokus mengembangkan usaha teh tariknya itu.
Dalam pemasaran Teh Tarik Hanaang, mulanya Kuswara dan sang istri menggunakan strategi berjualan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api dengan membawa 100 cup teh tarik. Mereka tak peduli dengan terik matahari yang menyengat. Mirisnya, teh tarik yang terjual hanya 7 cup.
Namun, kesabaran Kuswara dan istri dalam menghadapi lika-liku usahanya membuahkan hasil yang memuaskan. Saat ini, Kuswara berhadapan dengan tugas besar, yaitu mempertahankan kualitas dan citra produknya.
Produksi teh tarik ini tidak menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan. Pasalnya, sebagai seorang owner dia masih mengutamakan kesehatan konsumen-konsumennya.
Kini Jual 70.000 Cup per Hari
Kini produksi Teh Tarik Hanaang di musim kemarau bisa mencapai 70.000 cup per hari, sedangkan di musim hujan hanya sekitar 30.000 cup. Bahkan Kuswara menjalin kerja sama dengan agen-agen yang menyebar di berbagai wilayah, kurang lebih sekitar 200 agen.
Produksi Teh Tarik Hanaang juga berhasil melibatkan 21 tenaga kerja yang merupakan warga sekitar. Kuswara pun mampu melunasi utang-utangnya dan menghindari riba demi kelancaran usahanya.
Menurut Kuswara, ada dua prinsip bisnis yang diterapkan oleh dirinya. Pertama, selain untuk mencari keuntungan, dirinya juga menerapkan niat berbisnis untuk ibadah dan yang kedua adalah bekerja dengan maksimal serta ikhtiar.
"Berbisnis itu bukan hanya mengejar profitnya, tapi nyari berkahnya," pungkasnya.
Reporter Magang: Thalita Dewanty