Dianggap Sakti sampai Sekarang, Senjata Ini Dulu Bikin Pasukan Belanda Tak Bisa Masuk Tulungagung
Masyarakat Tulungagung punya senjata andalan sejak zaman penjajahan. Konon, gara-gara senjata ini dulu pasukan Belanda tak bisa masuk Tulungagung.
Menyelamatkan masyarakat dari kekejaman Jepang
Dianggap Sakti sampai Sekarang, Senjata Ini Dulu Bikin Pasukan Belanda Tak Bisa Masuk Tulungagung
Masa penjajahan Jepang dan Belanda jadi masa-masa terburuk bagi pribumi Indonesia. Namun, di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, penderitaan yang dirasakan warga lebih ringan dibanding daerah lain. Rupanya gara-gara mereka punya penyelamat.
(Foto: Kemdikbud RI)
-
Apa yang dimaksud dengan kata benda? Kata benda adalah jenis kata yang sering dipakai dalam percakapan sehari-hari. Sesuai dengan sebutannya, kata benda merupakan kata untuk menunjukkan suatu benda, baik benda konkret atau yang bisa dilihat dengan mata maupun benda abstrak.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana cara sejarawan menentukan kebenaran sebuah peristiwa sejarah? Sejarah menggunakan metode ilmiah dan analisis kritis untuk menilai keandalan sumber dan menyusun narasi yang berdasarkan bukti.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Bagaimana Museum Benteng Heritage menampilkan kejayaan Cina Benteng di masa lampau? Mengutip kanal Benteng Heritage, gaya bangunan museum ini menghadirkan visual kejayaan Tionghoa di Kota Tangerang masa silam. Terlihat gaya jendela, pintu sampai dinding bangunan yang dibuat dengan desain arsitektur khas negeri Tiongkok.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
Kanjeng Kyai Upas
Penyelamat pribumi di masa penjajah biasanya adalah tokoh-tokoh sakti. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Tulungagung. Penyelamat warga Tulungagung dari kekejaman penjajah adalah Kanjeng Kyai Upas. Sekilas namanya mirip nama orang, tapi Kanjeng Kyai Upas adalah pusaka berbentuk tombak.
Tombak ini memiliki bilah sekitar 35 cm dengan tangkai sepanjang 4 meter. Pada bagian bawah bilah terdapat hiasan berbentuk huruf Arab dengan lafal "Allah" dan "Muhammad."
(Foto: Pemkab Tulungagung)
Kanjeng Kyai Upas diyakini memiliki kekuatan magis atau bertuah. Konon, pusaka ini mampu menolak musuh, termasuk ketika pasukan Belanda mencoba masuk ke Kabupaten Tulungagung pada masa penjajahan.
(Foto: Diskominfo Kabupaten Tulungagung)
Legenda
Kisah keberadaan Kanjeng Kyai Upas berawal pada akhir pemerintahan Majapahit. Salah satu punggawa kerajaan, Ki Wonoboyo, membuka hutan di dekat Rawa Pening Ambarawa, wilayah Mataram.
Suatu hari dalam acara bersih desa, seorang juru masak wanita meminjam pisau dari Ki Wonoboyo. Juru masak itu lupa tidak meletakkan pisau di pangkuannya. Akibatnya, pisau tersebut tiba-tiba hilang dan masuk ke dalam perut sang juru masak dan menyebabkan dia hamil.
Ki Wonoboyo malu dan sedih karena peristiwa ini. Ia kemudian semedi di Puncak Gunung Merapi.
Saat tiba waktu melahirkan, juru masak tersebut melahirkan seekor ular yang kemudian diberi nama Baru Klinthing.
Baru Klinthing tumbuh dewasa dan ingin diakui oleh ayahnya, Ki Wonoboyo. Ki Wonoboyo setuju, asalkan Baru Klinthing bisa melingkari puncak Gunung Merapi. Namun, Baru Klinthing tidak mampu melakukannya, ia menyiasatinya dengan menjulurkan lidah. Ki Wonoboyo mengetahui trik ini dan memutus lidah Baru Klinthing, yang kemudian berubah menjadi Pusaka Tombak Kyai Upas.
Selanjutnya, Baru Klinthing melarikan diri dan terjun ke laut Selatan. Tubuhnya berubah menjadi sebatang kayu yang kemudian digunakan Ki Wonoboyo sebagai pegangan untuk tombak. Tombak itu kemudian diberi nama Kanjeng Kyai Upas.
- Kontak Senjata dengan TNI-Polri di Pegunungan Bintang, Empat Anggota KKB Tewas
- Mengenal Ulur-Ulur Telaga Buret, Ungkapan Syukur Warga Tulungagung Tak Pernah Alami Kekeringan
- Telaga Ini Diyakini Terbentuk dari Benda Pusaka Sakti, Kini Jadi Gentongnya Karanganyar
- Belajar Semangat Persatuan dari Seni Ngagotong Lisung di Sukabumi, Warisan Kerajaan Pajajaran
Pusaka Turun-temurun
Setelah kematian Ki Wonoboyo, pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas diwariskan kepada putranya, Ki Ajar Mangir. Ki Ajar Mangir menggunakan pusaka ini untuk melawan pemerintahan Mataram.
Setelah menikahi Putri Pembayun, ia membawa pusaka ini ke hadapan Raja Mataram. Padahal ada peraturan bahwa siapapun yang menghadap raja dilarang membawa pusaka.
Raja Mataram langsung membenturkan kepala KI Ajar Mangir pada dhampar raja yang terbuat dari batu hingga meninggal dunia.
Sejak saat itu, Tombak Kyai Upas menjadi pusaka Bupati Tulungagung secara turun temurun hingga saat ini.
Dikutip dari laman resmi warisanbudaya.kemdikbud.go.id, dalam perjalanan sejarahnya, Tombak Kanjeng Kyai Upas berhasil menyelamatkan Kabupaten Tulungagung dari serangan penjajah Belanda hingga tentara Belanda tidak bisa memasuki Kabupaten Tulungagung.