Daan Mogot, perwira muda di tanah Lengkong
"Orangnya ganteng, gagah dan masih muda. Namanya Daan Mogot," kata Jari.
"Orangnya ganteng, gagah dan masih muda. Namanya Daan Mogot," kata Jari (64), juru makam di Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Tangerang Selatan sembari menunjukkan sebuah makam dengan sebilah salib di atasnya. Di batu nisan, tertulis nama Daan Mogot. Diqa lahir tanggal 28 Desember 1927 dan wafat tanggal 25 Januari 1946.
Mayor Daan Mogot atau Elias Daan Mogot, 17 tahun merupakan perwira ditugaskan untuk memimpin pasukan Barisan Keamanan Rakyat dan para taruna binaannya dari Akademi Militer Tangerang untuk melucuti senjata pasukan Jepang agar tidak jatuh ke tangan NICA-Belanda pada 25 Januari 1946. Sebelum mendapatkan kesepakatan dengan pasukan Jepang di bawah komando Mayor Abe, Daan Mogot dan pasukannya di brondong peluru oleh pasukan Jepang di Desa Lengkong, Tangerang Selatan. Peristiwa berdarah nan memilukan itu dikenal sebagai Tragedi Lengkong. Daan Mogot dan pasukannya gugur sebagai pahlawan.
"Dia itu orangnya masih muda tapi sudah bisa memimpin. Ketika ada perintah merebut senjata dari Jepang, Daan Mogot ditugaskan ke Lengkong untuk melucuti senjata tentara Jepang di barak Lengkong," ujar Jari.
Tak saja karena usianya yang masih muda untuk memimpin sebuah pasukan, Daan Mogot dikenal sebagai perwira yang loyal kepada anak buahnya. Kejadian itu terjadi ketika anak binaannya dari Akademi Militer Tangerang dibantai oleh pasukan Jepang. Daan Mogot yang kala itu masih mengadakan perundingan dengan Mayor Abe seketika keluar dari ruangan dan serta merta mengambil senapan mengadang tembakan pasukan Jepang. Daan Mogot dikabarkan terkena tembakan di bahu kanannya.
-
Kapan pertempuran besar di Surabaya yang menandai Hari Pahlawan? Dikutip dari laman semarangkota.go.id, sejarah singkat Hari Pahlawan 10 November dimulai saat pertempuran di Surabaya yang merupakan pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris pada 10 November 1945.
-
Kapan Hari Pahlawan diperingati di Indonesia? Setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pahlawan.
-
Kapan makanan Padang mulai banyak di Jakarta? Warung makan Padang belum sebanyak setelah tahun 1970an. Makan makanan Padang bagi mahasiswa zaman itu, terasa mahal. Sekali-sekali saja,” beber Firman Lubis.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional? Setelah kematiannya yang tragis, nama Amir Hamzah semakin semerbak di telinga masyarakat Indonesia. Ia juga diakui dan dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Sampai puncaknya, pada tahun 1975, nama Amir Hamzah ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang ©2016 Merdeka.com
"Katanya dia mau cegah agar tidak terjadi tembakan tapi gagal, lalu dia ambil senapan dan mengadang tentara Jepang yang membantai pasukannya dengan senapan mesin," cerita Jari.
Dilansir dari Wikipedia, Daan Mogot lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 28 Desember 1928. Perwira muda ini merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Daan Mogot memiliki saudara sepupu yakni, Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta), dan Irjen Pol A. Gordon Mogot, mantan Kapolda Sulut.
Daan Mogot memiliki serangkaian pengalaman kemiliteran, mulai dari menjadi Anggota Seinen Dojo angkatan pertama (1942-1943), Anggota Pembela Tanah Air (PETA) angkatan ke-1 (1943), Shodancho PETA di Bali (1943-1944), Staf Markas PETA i di Jakarta (1944-1945), Perwira pada Resimen IV/Tangerang (pangkat Mayor) pada 1945, dan merupakan salah seorang pendiri, sekaligus menjadi Direktur pertama Akademi Militer Tangerang (MAT) atau Akademi Militer Tangerang dalam kurun waktu yang singkat (1945-1946).
Daan Mogot terhitung sebagai tentara yang cepat mendapat gelar Mayor pada usia muda (16). Ketika Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1845, Daan Mogot ditunjuk menjadi salah satu tokoh pemimpin Barisan Keamanan Rakyat (BKR), dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat). BKR yang dibentuk pada 23 Agustus 1945, mendirikan markasnya di Jalan Cilacap No. 5 untuk daerah Karesidenan Jakarta, atau empat hari sesudah pembentukannya. Moefreini Moe’min, seorang bekas syodancho dari Jakarta Daidan I ditunjuk sebagai pimpinannya.
Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang ©2016 Merdeka.com
Salah satu prestasi yang berhasil diukir Daan Mogot adalah idenya dalam membentuk sekolah akademik militer. Tepat pada pada 18 November 1945, Daan Mogot dilantik menjadi Direktur Akadami Militer Tangerang pada saat baru berusia 17 tahun. Namun demikian, gagasan membentuk sekolah militer ini sebenarnya tak hanya datang dari Daan Mogot tapi juga dari Kemal Idris, Daan Jahja dan Taswin.
Untuk mengabadikan nama Daan Mogot dan mengenang jasa-jasa ke pahlawannya, ruas Jalan di daerah Grogol, Jakarta Barat menuju Kota Tangerang pun diberikan nama Jalan Daan Mogot.