Karena tergiur gepokan fulus
Untung menggiurkan dan permintaan membikin pemburu elang terus berkeliaran. Hukum seolah tak dihiraukan.
Indonesia memang tanah penuh berkah. Alamnya membius saking indahnya. Satwanya juga beragam. Namun hal itu juga menjadi magnet kuat bagi para pemburu.
Perburuan hewan langka di Indonesia belum menampakkan tanda-tanda berhenti. Sebab peminatnya tetap ada. Apalagi bagi mereka yang berkocek tebal. Sebagian dijual di dalam negeri, ada juga yang dilego ke negara lain.
Di Jakarta tidak sulit mencari penjaja satwa langka seperti burung elang. Namun mereka tidak mengumbar dagangannya. Kabarnya lokasi favorit ada di Pasar Burung Pramuka, Jakarta Timur.
Di sana memang beragam jenis burung diperjualbelikan saban hari. Hanya tidak mudah mengorek keterangan mereka yang melego burung langka. Mesti pakai jurus bisik-bisik jika mau mencarinya.
Merdeka.com mencoba menelusuri perdagangan satwa dilindungi seperti burung elang dari bermacam jenis di Pasar Pramuka. Jika bertanya langsung dijamin tidak ada yang mau buka mulut. Mesti pintar-pintar mendekati calo, baru kemudian mereka mempertemukan pembeli dan penjualnya.
"Abang bukan aparat kan?," selidik sang calo berinisial K di Pasar Pramuka kepada merdeka.com.
Saya meyakinkan dia kalau cuma orang biasa. Dia baru mau mengantarkan setelah yakin. Itu pun 'barang'nya tidak berada di pasar. Melainkan mesti berjalan berkelok-kelok di gang sempit menuju sebuah rumah. Sepertinya jalannya sengaja diputar-putar supaya membikin bingung.
Sampai di sebuah rumah petak, K masuk duluan. Dia mengetuk pintu dan keluar seorang lelaki. Sasya kemudian diperkenalkan dengan pria berinisial D. Tidak mudah meyakinkan D. Setelah mengobrol cukup lama, baru dia mengaku bisa menyediakan burung dimau dengan sistem pemesanan. Dia bakal mencarikannya dengan diberi tenggat waktu.
"Asal kasih DP dulu," kata D.
Kalau sepakat, maka pesanan bakal disiapkan. Menurut D, harganya memang lumayan mahal. Bisa menyentuh Rp 8 juta seekor, dan bisa lebih. Yang dicari pun berada di rentang umur menengah. Yakni tidak terlampau muda atau tua. Sehingga masih bisa dipelihara.
Menurut D, cara dia berjualan kini tidak lagi konvensional. Media sosial dipilih menjadi sarana berdagang. Dengan cara itu mengurangi frekuensi tatap muka. Sehingga tak mudah diciduk polisi ataupun petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Di mata D dan yang berkecimpung di dalamnya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati menjadi tumpul.
Hal seperti itu selalu membikin geram pegiat konservasi di Suaka Elang Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Seva Nazar. Sebab masih ada saja pemburu dan pengoleksi elang dengan dalih macam-macam.
"Mereka bilang cuma dipelihara. Ya buat apa. Habitat mereka kan bukan di kandang. Katanya kalau di alam liar malah diburu. Ya ngapain juga diburu," kata Seva.
Buat Seva, pelestarian elang penting karena mereka bagian dari hukum alam dan rantai makanan. Jika tidak ada maka keseimbangan alam juga terganggu. Apalagi tingkat pertumbuhan mereka juga rendah, tidak seperti burung lain. Paling dalam setahun hanya sekali bertelur. Bahkan sering gagal.
"Yang tidak habis pikir yang memelihara itu justru orang yang berpendidikan. Kan aneh. Masa berpendidikan tidak paham kalau burung itu langka dan dilindungi," ujarnya.
-
Kenapa penjual cilok ini ingin membeli hewan kurban? Keinginan kuat untuk berbagi sudah dimantapkan Irfan sejak satu tahun lalu. Dia rela menabung sedikit demi sedikit agar bisa beribadah kurban untuk sang anak.
-
Bagaimana cara jual beli bayinya? Sebelumnya, polisi membongkar sindikat jual beli bayi melalui media sosial Facebook yang terjadi di wilayah Depok, Jawa Barat.
-
Bagaimana cara menabung jika ingin membeli hewan kurban dengan patungan? Mengutip dari laman NU Online, Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni menyebutkan, mayoritas ulama memperbolehkan patungan kurban. Secara perhitungan membeli hewan kurban secara patungan dinilai lebih murah jika harus membeli seekor hewan kurban untuk diri sendiri.
-
Kapan tulang hewan berisi biji henbane hitam ditemukan? Tulang tersebut berasal dari antara tahun 70 dan 100 Masehi berdasarkan model keramik dan bros kawat yang ditemukan di lubang berlumpur yang sama.
-
Hewan langka apa yang ditemukan oleh petani di Australia Selatan? Seorang petani di Beachport, Australia Selatan, melakukan penemuan luar biasa ketika memasang perangkap untuk menangkap predator yang berpotensi memangsa ternaknya. Pao Ling Tsai tadinya berharap menangkap musang atau rubah, tetapi justru dia dikejutkan dengan seekor hewan yang terakhir kali terlihat di Australia Selatan lebih dari 130 tahun yang lalu.
-
Bagaimana petani tersebut tertangkap? Peristiwa itu sebenarnya telah terjadi pada 16 Oktober 2020.Namun pelaku JM baru tertangkap di rumahnya setelah tiga tahun hidup di kebun untuk menghindari polisi. Pelaku tidak beraksi sendiri. Ia melakukan kejahatan itu bersama empat rekannya, seorang pelaku sudah menjalani masa hukuman.
Baca juga:
Penyelundupan 101 satwa digagalkan di Pelabuhan Tanjung Perak
Kondisi memprihatinkan puluhan hewan dilindungi yang dijual online
Burung Garuda, dewa atau Elang Jawa
Puluhan hewan dilindungi ini batal dipasarkan lewat Facebook
Burung jadi kelompok satwa paling tinggi kasus perdagangannya
Kasus perdagangan satwa liar meningkat 35 persen di tahun 2016