Menjaga eksistensi di tanah Cornelis
"Keturunan marga Zadokh sudah tidak ada. Keturunan itu diambil dari anak laki-laki," ujar Ferdy.
"Kita ingin hari jadi kota Depok diperingati saat pembebasan para budak oleh Cornelis," kata Ferdy Jonathans membuka perbincangan dengan merdeka.com kemarin di kediamannya, Jalan Raya Kartini, Depok, Jawa Barat. Ferdy merupakan keturunan dari 12 marga yang dijadikan budak oleh Cornelis Castelein. Dia juga menjabat sebagai Koordinator Bidang Harta Milik Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein.
Kedua belas marga itu adalah Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh. Namun satu marga punah. "Keturunan marga Zadokh sudah tidak ada. Keturunan itu diambil dari anak laki-laki," ujar Ferdy.
Ihwal rencana pelestarian peninggalan situs bersejarah milik Cornelis Chastelein ini muncul tatkala bangunan-bangunan bergaya arsitek Belanda di Jalan Pemuda lambat laun kian hilang. Untuk menjaga agar peninggalan sejarah Kota Depok ini, YLCC mencoba melestarikan. Tujuannya, kelak generasi muda nanti bisa mengambil pelajaran dari bangunan sejarah yang tertinggal.
Sayang, meski sembilan bangunan yang menjadi situs bersejarah peninggalan Chastelein masih ada, pembangunan tugu pembebasan para budak di Depan Rumah Sakit Harapan sempat ditentang Pemerintah Kota Depok. Melalui Dinas Pariwisata, pemerintah Kota Depok menentang pembangunan tugu berbentuk mirip rumah joglo itu.
"Sekarang sudah dibolehkan. Kita hanya ingin menjaga bagian dari sejarah Depok," tutur Fredy. Bahkan pemerintah Kota Depok berjanji jika Jalan Pemuda, tempat Cornelis berserta budaknya tinggal bakal dijadikan cagar budaya. "Rencananya di pintu masuk Jalan Pemuda akan dibangun Gapura".
Sejarah berdirinya Kota Depok memang tak bisa lepas dari Cornelis Chastelein. Pada 1696 merupakan ihwal Cornelis membeli tanah ribuan hektare di Depok. Untuk mengelola tanah tersebut, Cornelis mendatangkan budak-budak dari berbagai suku. Mereka diantaranya Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Jawa, Pulau Rote serta Filipina.
Beberapa literatur sejarah mencatat jika Cornelis dulunya bekerja untuk VOC. Namun ketika pergantian Gubernur Jenderal VOC diganti dari Camphuys menjadi Van Outhoorn, Cornelis memilih untuk mengundurkan diri. Dia merasa jika misi VOC sebagai perusahaan dagang sudah tak sesuai. Cornelis memperlakukan para budaknya secara manusiawi. "Dia seorang Kristen yang taat," tutur Fredy.
Singkat cerita, sejak usia 36 tahun Cornelis rupanya sudah membuat surat wasiat. Lima kali sampai Cornelis wafat dia mengganti isi surat wasiatnya itu. Rupanya Cornelis jauh lebih manusiawi, 146 tahun sebelum Undang-Undang Perbudakan dihapus tahun 1860, dia telah menuliskan untuk membagikan tanah dan hartanya kepada bekas budak-budaknya. Dalam surat wasiat itu Cornelis menghapus ikatan perbudakan. "Surat wasiat itu yang menjadi pegangan kami karena diterbitkan melalui kuasa hukumnya kepada Kerajaan Belanda," ujarnya.
Sejak saat itu bekas budak-budak Cornelis mendapatkan sebidang tanah sesuai surat wasiat. Untuk mengatur pembagian wasiat di dalam surat tersebut, Cornelis membaginya secara adil. Tujuannya agar bekas para budaknya hidup tidak dalam ketergantungan dan terlantar pada pihak ketiga termasuk keturunan keluarga Cornelis.
"Agar tidak digugat dan itu terjadi keturunan Cornelis mengugat tanah yang diberi dalam surat wasiat itu," kata Fredy. Namun gugatan itu dimenangkan para budak Cornelis dan mereka bertahan sebagai orang asli Depok hingga kini.
Menurut Fredy, sejarah nama Depok bukanlah dibuat oleh Cornelis. Sejak dulu kala, wilayah Depok memang dikenal sebagai tempat keramat. Bukti nyata sejarah Depok adalah wilayah keramat ialah Kecamatan Pancoran Mas. Pancoran berasal dari kata Pancuran. "Dulu di sini banyak tempat untuk bertapa dan berdiri padepokan,"cerita Fredy.
Untuk menjaga warisan Cornelis, keturunan bekas budak-budak pun membentuk Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein. Tujuan mereka bisa menjaga peninggalan sejarah Kota Depok di Jalan Pemuda. Bangunan-bangunan bersejarah itu diantaranya, Rumah Sakit Harapan, Sekolah dasar Negeri 2 Depok. Gereja Imanuel, TPU Kamboja dan Gedung yang kini dijadikan Yayasan Sekolah Kasih. "Bangunan-bangunan itu dibawah YLCC," kata Fredy.
Baca juga:
Jejak taipan di Kota Cyber
Nasib tragis situs rumah tua Pondok Cina
-
Gedung Pancasila berada di mana? Tidak semua bangunan lawas bisa lestari hingga sekarang. Sayangnya, sebagian di antaranya dibiarkan tak terawat kendati memiliki nilai sejarah, salah satunya gedung Pancasila yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
-
Di mana letak situs batu China di Cirebon? Di Desa Ciawi Japura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ditemukan sebuah situs batu tulis berusia ratusan tahun.
-
Kenapa tempat wisata sejarah di Jakarta cocok untuk ngabuburit? Nah, untuk masyarakat Jakarta, momen ngabuburit menjadi aktivitas yang menarik untuk dilakukan dengan berpergian ke beberapa destinasi wisata. Di tengah gemerlapnya pusat kota Jakarta yang modern, terselip berbagai tempat wisata bersejarah yang menjadi saksi bisu perkembangan kota ini dari masa ke masa.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Jakarta yang memiliki penjara bawah tanah? Menariknya, di bawah museum fatahilah ini terdapat berbagai penjara bawah tanah yang bisa kamu kunjungi dan dapat merasakan bagaimana di dalam penjara tersebut.
-
Dimana pusat pemerintahan Kerajaan Singasari? Pusat pemerintahan Singasari saat itu berada di Tumapel.