Pulihkan jiwa di Rumah Kita
Rumah Kita. Begitulah tempat rehabilitasi jiwa itu dinamakan. Lokasi ini juga dikenal sebagai Unit Informasi Layanan Sosial (UILS) di bawah kelola Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta. Fokus tempat ini memang merawat dan membantu bagi masyarakat mengalami gangguan jiwa.
Hangatnya mentari mengiringi langkah seorang wanita berjilbab hitam dengan pakaian putih bercorak hitam, menuju rumah nomor 10 di Jalan Al Barkah, Manggarai Selatan, Jakarta Selatan. Setibanya di lokasi, senyum sumringah terpancar menyapa para penghuni.
Sekilas memang tidak ada keanehan dari bahasa tubuhnya. Dia berpakaian dan berdandan rapi. Namun, wanita itu bukan orang biasa. Dia tengah menjalani perawatan. Belakangan jiwanya tengah terganggu. Butuh rehabilitasi agar jiwanya tak lagi pergi.
Tak lama berselang, pria bertubuh tinggi besar, berkulit putih, datang diantar dengan motor. Raut wajahnya nampak seperti orang bingung. Tatapan kosong. Seolah memiliki masalah berat. Senasib dengan sebelumnya, pria ini juga mengalami guncangan kejiwaan.
Hari Senin pekan lalu itu ada delapan orang berkumpul. Setiap harinya lokasi ini menampung bagi mereka membutuhkan bantuan dan pendampingan untuk mengembalikan jiwanya.
Rumah Kita. Begitulah tempat rehabilitasi jiwa itu dinamakan. Lokasi ini juga dikenal sebagai Unit Informasi Layanan Sosial (UILS) di bawah kelola Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta. Fokus tempat ini memang merawat dan membantu bagi masyarakat mengalami gangguan jiwa.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Artinya para peserta memulai pelbagai kegiatan dan terapi penyembuhan. Mereka mengawali hari itu dengan senam sebagai pemanasan, sambil menikmati hangatnya mentari pagi.
"Satu, dua, tiga, empat," teriak para peserta penyembuhan jiwa menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri. Membuat saf dua baris, mereka kompak melakukan banyak gerakan senam.
Selesai melakukan pemanasan, para peserta masuk ke dalam rumah. Kegiatan selanjutnya, mereka diminta untuk menggambar. Tema 'Rumah Impian' dipilih. Semua diminta menggambar rumah impiannya. Beberapa orang langsung menggerakkan pensil warna di atas kertas putih. Dari para peserta, terlihat masih ada beberapa orang bingung dan enggan menggambar.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan jangkar tersebut ditemukan? Berdasarkan informasi dari pengelola vihara, jangkar ini ditemukan bukan dari dasar laut melainkan terkubur di dalam tanah. Saat ditemukan, tengah dilakukan perluasan di sekitar vihara. Namun ternyata ketika masuk tahap penggalian ditemukan bongkahan baja berbentuk jangkar tersebut.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Apa yang diminta Ganjar kepada pendukungnya di Jawa Tengah? Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo meminta semua massa pendukungnya di Jawa Tengah untuk menjaga lumbung suara demi memenangkan Pilpres 2024.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
Para pengajar tidak hentinya memberi semangat kepada para peserta. Tetapi ada saja jawaban lucu diucapkan para peserta bila diminta para pengajar. "Bang Adi ayo menggambar," ajak salah seorang pengajar bernama Ayu.
"Engga ahh, lagi sakit," jawab Adi, salah seorang peserta, sambil memegang pinggang.
Sebagian tampak serius menggambar. Banyak peserta menghasilkan karya bagus. Lebih kurang mereka diberi waktu dua jam. Mereka akhirnya diminta mempresentasikan hasil gambarnya.
Cicih, salah seorang peserta, mendapat kesempatan menunjukkan karyanya. Dia menjelaskan bahwa ini rumahnya berukuran besar dengan memiliki lima kamar. Detil dari tiap rumah impiannya juga dijelaskan rinci.
"Ini gambarnya rumah saya. Rumahnya besar, ada lima kamar. Dua kamar buat pegawai katering. Ini yang menggantung lampu," ujar Cicih.
Kegiatan presentasi hasil karya menjadi momen kocak. Wajar saja, karena banyak penjelasan nyeleneh dari para peserta. Apalagi dengan tema Rumah Impian ini. Seperti salah seorang peserta menggambar rumah tanpa pintu.
Ketika ditanya, peserta tersebut memberi jawaban di luar nalar. "Masuk ke rumahnya nanti terbang," jawabnya disambut tawa para peserta lain.
Meski lucu, namun waktu ini justru baik sebagai komunikasi antar para peserta. Banyak dari para peserta justru menimpali pelbagai jawaban dan baik dalam berkomunikasi.
Beres kegiatan menggambar mereka diberi waktu istirahat. Pada waktu istirahat ada sebagian melaksanakan salat berjemaah. Mereka dibimbing seorang pendamping. Tapi ada juga langsung makan siang disiapkan Rumah Kita. Mereka dapat makan siang gratis.
Sesuai konsep awal UILS. Tempat ini diciptakan buat mereka berkebutuhan khusus. Kabid rehabilitasi Sosial Pemprov DKI, Chaidir, mengaku tempat ini justru banyak didatangi para penyandang disabilitas mental. Biasanya rehabilitasi terutama dalam masalah sosial.
"(Datang ke UILS) rekomendasi dari dokter rumah sakit jiwa ada. Bahwa dia keadaan tidak lagi rehabilitasi medis tapi harus rehabilitasi sosial yang sifatnya day care," ujar Chaidir kepada merdeka.com.
Para peserta rehabilitasi di UILS berbagai latar belakang. Di sana mereka diberikan berbagai kegiatan agar pikirannya tidak kosong. Mereka juga masih rutin minum obat untuk pemulihan. Tidak ada batasan usia mengikuti rehabilitasi itu. Semuanya ditampung dan difasilitasi secara gratis.
Waktu istirahat siang usai. Kegiatan selanjutnya, para peserta diminta ikut keterampilan mote. Mereka hanya melihat dan memperhatikan guru keterampilan. Pada tahap ini, para pengajar tidak memaksa para peserta ikut. Namun, peserta biasanya tertarik dan ikut mencoba tanpa diminta.
Meski begitu, ada saja peserta tak peduli dengan kegiatan mote ini. Mereka malah milih untuk tidur atau merokok di halaman. Ada juga lebih memilih membaca.
Tak lama, azan Asar berkumandang. Artinya sebentar lagi kegiatan rehabilitasi mereka segera usai. Mereka nampak tak sabar ingin segera pulang. Banyak di antara mereka sudah bersiap dengan merapikan bawaannya.
Dalam mengakhiri kegiatan, para pengajar masih memberi beberapa metode. Mereka diminta untuk menghafal nama dan alamat sesama peserta. "Kalau enggak hafal, enggak boleh pulang," canda Ria Poniastuti, salah seorang pengajar lainnya.
Mereka lantas memperkenalkan diri satu per satu. Setelah itu mereka ditunjuk untuk mengulang nama dan alamat rekannya sesama peserta rehabilitasi. Banyak tak berhasil menghafal. Akhirnya Ria membagi dua kelompok agar lebih sedikit menghafal. Ternyata berhasil. Mereka hafal dan riuh tepuk tangan gemuruh memenuhi ruangan.
Raut semringah terlihat saat Ria meminta salah seorang membaca doa sebelum pulang. Sehabis berdoa semua saling bersalaman dan pamit pulang. Sama seperti kedatangan. Ada di antara para peserta kembali ke rumah tanpa didampingi, tetapi banyak juga dijemput keluarganya.
Baca juga:
Suara mereka yang terguncang jiwanya
Ruang koleksi otak pasien sakit jiwa ini dijamin bikin merinding
Kurangi budaya gila kerja, Jepang minta pegawai pulang cepat
Kisah lucu mayat di tengah sawah ternyata...
Nasib malang MSD diisolasi selama 30 tahun akibat gangguan jiwa
Bupati Dedy bikin sayembara serahkan orang gila berhadiah Rp 2 juta