Redup di jalan benderang di dunia maya
"Di Matraman aja pesan hotelnya. Deket kos aku, harganya Rp 700 ribu sebentar, buat lama Rp 1,5 juta," ujar Rei.
Napas lelaki 25 tahun itu seolah memburu. Dia tidak tahan untuk melepaskan syahwat dengan pelacur di sebuah tempat berkedok spa di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Dia segera melaju dengan sepeda motor, menerobos dinginnya udara pukul sepuluh malam.
Selang dua jam, dia muncul dengan wajah berkeringat, rambut kusut, dan tubuh berminyak. "Biasa habis mijit," kata Ghale saat berbincang dengan merdeka.com di Apartemen Kalibata beberapa waktu lalu.
Ghale dikenal kerap menjajal prostitusi di jalanan Jakarta. Dari Lenteng Agung, Jakarta Selatan, hingga Lokasari, Mangga Dua, Jakarta Pusat. Jangankan mencari pelacur di pinggir jalan. Di sebuah tempat berkedok spa daerah Jakarta Pusat, Ghale pernah memilih pelacur dalam sebuah album.
Di sana dia bisa memilih pelacur untuk diajak bercengkerama melemaskan urat syaraf. "Kalau yang kayak gitu sekarang banyak, cuma tarifnya agak mahal," ujarnya.
Bagi Ghale, fulus seberapa pun tak ada artinya jika nafsu liar sebagai pemuda sudah di ujung kepala. Namun kini Ghale lebih memilih berburu pelacur lewat jejaring sosial. Hanya dalam satu klik nafsu bisa diselesaikan tanpa perlu masuk angin dan buang bensin mengitari jalan Jakarta. Dia juga tidak perlu takut terjaring razia karena transaksinya cenderung lebih aman dan tempat bisa disesuaikan.
Hasil penelusuran merdeka.com di media sosial menemukan akun pelacur berinisal PA. Dia memanjakan sesama pengguna akun untuk mencicipi pelacur lengkap dengan kategori dan macamnya. Pada akun itu terdapat 15 perempuan berpenampilan modis dan seksi sehingga mengundang mata lelaki jelalatan menjelajah lekuk tubuh mereka.
Salah satu pelacur berinisial Y. Dia mengenakan gaun merah ketat dengan payudara menyembul keluar. Dia tak malu menuliskan ukuran payudaranya 34B. Y juga menuliskan nomor telepon selulernya agar tak sulit menghubungi. Di akun itu juga ada germo lelaki.
Pelacur berinisial N berhasil dihubungi lewat obrolan di Internet mengaku bersedia kapan saja untuk diajak tidur. Dia bilang sedang membutuhkan uang untuk membayar sewa kamar kos bulan ini. Perempuan 24 tahun ini mematok tarif Rp 3 juta untuk sekali main. Dia memberikan waktu enam jam untuk berkencan di atas ranjang.
"Itu tidak termasuk hotel yah," tutur N Jumat pekan lalu. Dia juga menerima panggilan untuk kencan di apartemen. Namun N meminta pelanggan menanggung biaya transportasi.
N mengaku sudah biasa bermain tanpa perantara atau germo. Sebab lebih mudah dan aman mencari lelaki konsumen di media sosial. Dia mengaku sudah menjajakan diri lewat sana. "Kalau di Facebook sudah nggak. Banyak yang cuma tanya doang," katanya kesal.
Selain N, pelacur bernama Rei dalam profil jejaring sosialnya juga blak-blakan menjajakan diri. Perempuan 20 tahun ini mengaku tinggal di Jakarta Pusat.
Di album fotonya terdapat 22 gambar dengan gaya berbeda. Salah satunya Rei terlihat duduk mengenakan kaca mata hitam dengan baju dalaman merah muda berdada rendah dan celana jins ketat sampai pangkal paha.
Rei bisa diajak tidur untuk sekali main atau dipesan seharian. Dia sudah memiliki hotel langganan tidak jauh dari tempat kosnya. "Di Matraman aja pesan hotelnya. Deket kos aku, harganya Rp 700 ribu sebentar, buat lama Rp 1,5 juta," ujar Rei.
Dia masih aktif bekerja di toko mebel di bilangan Pramuka, Jakarta Timur. Demi memenuhi kebutuhan hidup, Rei mencari sampingan menjajakan diri lewat jejaring sosial. "Kalau mau duit tambahan enak dapetnya."