Sektor Kendaraan Listrik Menghadapi Masalah Kepercayaan
Industri EV menghadapi krisis kepercayaan akibat kebakaran dan penurunan harga yang tajam. Bagaimana produsen menghadapi tantangan ini?
Industri kendaraan listrik (EV) di seluruh dunia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk masalah keamanan dan penurunan harga yang drastis.
Belakangan ini, Korea Selatan menarik perhatian setelah terjadinya kebakaran pada EV yang menyebabkan kepanikan di pasar kendaraan listrik bekas.
- Tak Ada Pasar Mobil Listik Bekas Jadi Tantangan Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia
- Kondisi Pasar Mobil Listrik di China yang Suram akibat Persaingan Harga yang Ketat
- ESDM soal Indonesia Berambisi Jadi Pemain Utama Mobil Listrik Dunia: Alangkah Baiknya Perkuat Pasar Dalam Negeri Lebih Dulu
- Bos Tesla Terang-terangan Minta Maaf ke 140.000 Karyawan yang di-PHK, Ada Apa?
Kebakaran dan Kepanikan di Korea Selatan
Peristiwa mengejutkan ini dimulai dengan terjadinya kebakaran spontan yang melibatkan mobil listrik Mercedes-Benz di Incheon pada tanggal 1 Agustus 2024. Kebakaran tersebut terjadi di area parkir bawah tanah sebuah apartemen dan dengan cepat meluas, mengakibatkan kerusakan pada setidaknya 140 kendaraan lainnya akibat kesulitan dalam proses pemadaman. Diduga, kebakaran ini disebabkan oleh masalah pada baterai dari kendaraan listrik tersebut.
Setelah kejadian itu, pasar kendaraan listrik bekas di Korea Selatan mengalami lonjakan, dengan banyak pemilik yang berusaha menjual mobil mereka. Menurut laporan dari The Strait Times yang juga mengutip Korea Herald, SK Car, sebagai platform jual beli mobil bekas terbesar kedua di Korea Selatan, melaporkan peningkatan jumlah listing EV bekas sebesar 184% pada minggu pertama bulan Agustus dibandingkan dengan minggu terakhir bulan Juli.
Penurunan Harga EV Mewah
Insiden ini juga berdampak pada penurunan harga kendaraan listrik mewah. Sebelum terjadinya kebakaran, harga model bekas Mercedes-Benz EQE biasanya berkisar antara 60 juta won (sekitar Rp 698 juta) hingga 70 juta won. Namun, setelah insiden itu, harga kendaraan tersebut mengalami penurunan yang cukup drastis.
Untuk mengatasi ketidakberanian konsumen, produsen mobil di Korea Selatan meluncurkan berbagai promosi agresif. Sebagai contoh, Hyundai Motors memberikan diskon hingga 5 juta won untuk model Kona Electric dan menawarkan diskon 10% untuk Ioniq 5. Sementara itu, merek mewah Hyundai, Genesis, memberikan potongan harga hingga 5% untuk seluruh model, termasuk GV70 Electrified.
Produsen lain, termasuk BMW dan Audi, juga harus menurunkan harga agar tetap bersaing. BMW memberikan potongan harga lebih dari 12% untuk model listrik unggulannya, yaitu i7 dan iX, sedangkan Audi menawarkan diskon hampir 30% untuk model e-tron, termasuk varian RS yang memiliki performa tinggi.
Penundaan Rilis dan Fokus Baru Ford
Tantangan yang dihadapi oleh industri kendaraan listrik (EV) tidak hanya terjadi di Korea Selatan, tetapi juga di Amerika Serikat. Ford, salah satu produsen otomotif terkemuka, telah mengumumkan bahwa peluncuran versi listrik terbaru dari truk pikap terlarisnya, F-150, akan ditunda hingga tahun 2027. Penundaan ini disebabkan oleh penjualan yang kurang menggembirakan untuk beberapa model kendaraan listrik.
John Lawler, Kepala Keuangan Ford, menyatakan bahwa perusahaan sedang melakukan penyesuaian terhadap rencana produk dan teknologi mereka, agar setiap model baru dapat mencapai keuntungan dalam 12 bulan pertama setelah diluncurkan. Di samping itu, Ford juga berencana untuk menambah variasi truk pikap dan van listrik berukuran sedang dalam lini produk masa depannya, dengan penekanan pada segmen pikap dan kendaraan komersial.
Ford berencana untuk memindahkan sebagian dari proses produksi baterai kendaraan listriknya dari Polandia ke Amerika Serikat. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengurangi biaya produksi dan menjadikan kendaraan listrik lebih terjangkau bagi para konsumen.